Advertisement
Ada Pasar Tani dan Pasar Ikan di Bantul

Advertisement
Acara bertajuk Pasar Tani setiap Rabu dan Pasar Ikan setiap Jumat ini digelar di kompleks perkantoran Manding
Harianjogja.com, BANTUL--Belum maksimalnya kanal promosi produk pertanian dan perikanan, membuat Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (Diperpautkan) Bantul mengadakan program pasar mingguan yang tematik.
Advertisement
Acara bertajuk Pasar Tani setiap Rabu dan Pasar Ikan setiap Jumat ini digelar di kompleks perkantoran Manding. Pesertanya adalah mereka yang tergabung dalam asosiasi pedagang pasar tani maupun ikan ini.
Produk yang dipasarkan di pasar tematik ini beragam, salah satunya olahan daun kelor oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Ngudi Rejeki, Trirenggo. Daun kelor dibuat menjadi mi, peyek, egg roll, wajik, teh dan berbagai olahan lainnya.
Koordinator KWT Ngudi Rejeki, Haida menuturkan peran pasar tematik dalam memasarkan produk-produk KWT-nya cukup besar. Pasalnya, tak banyak sarana promosi yang dapat digunakan oleh KWT yang merupakan organisasi tingkat desa.
Apalagi produknya masih tergolong baru dan belum banyak diketahui masyarakat luas. "Memasukkan ke toko besar juga butuh biaya," tuturnya, Rabu (1/11/2017).
Kepala Diperpautkan Bantul, Pulung Haryadi mengatakan program ini dimaksudkan untuk memaksimalkan promosi produk baik pertanian maupun perikanan.
Caranya dengan membawa pasar ke kerumunan, sehingga masyarakat tak perlu jauh-jauh untuk mendapatkan produk yang berasal dari petani dan nelayan binaan Diperpautkan ini. "Biasanya kerumunan yang datang ke pasar, kalau ini beda," ujarnya.
Di Pasar Tani misalnya ada sekitar 30 petani dan kelompok tani binaan yang masing-masing memasarkan produk yang berbeda. Mulai dari makanan olahan, hasil kebun seperti buah dan sayuran segar, hingga bibit tanaman. Sedangkan untuk Pasar Ikan, menurut Pulung baru ada sekitar 10 nelayan dan pengusaha olahan ikan yang bergabung.
Khusus untuk Pasar Ikan, Pulung menyebut pasar tematik ini diadakan untuk akselerasi program gemar makan ikan yang dicanangkan oleh Diperpautkan. Sebab hingga kini, jumlah konsumsi ikan masyarakat Bantul masih rendah yaitu hanya 19 kilogram per kapita/tahun, padahal idealnya mencapai 35 kilogram per kapita/tahun.
Padahal jika ditilik dari segi harga, harga ikan jauh lebih murah dan relatif stabil dibandingkan harga daging sapi dan ayam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Gubernur Jakarta Dipilih Presiden, Mahfud MD Setuju Istimewa seperti Yogyakarta
- Kasus HIV/AIDS dengan Sebab Lelaki Seks Lelaki Mulai Jangkiti Pelajar Sragen
- Sebelum Membunuh, Alung Perebutkan Pacarnya dengan Pria Lain sampai Masuk Bui
- IBM Berhasil Membuat Proseseor Tercepat di Dunia, Jauh di Atas Rata-Rata
Berita Pilihan
Advertisement

Ade Armando Singgung Politik Dinasti di Jogja, Begini Komentar Ganjar Pranowo
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Serahkan DIPA dan Buku Alokasi TKD 2024, Belanja Negara di DIY 2024 Naik 12,08 Persen
- Dishub Jogja Petakan Titik Parkir Liar Jelang Libur Akhir Tahun, Ini Salah Satunya
- Desentralisasi Pengelolaan Sampah, ORI DIY: Penutupan TPA Piyungan Tidak Sesuai Perda
- Pasar Murah di Alkid, Cabai Rp5 Ribu per Ons Habis Diserbu Warga
- Di Mal Pelayanan Publik Kota Jogja Ada Loket Konsultasi untuk Konsultasi Izin APK Pemilu 2024
Advertisement
Advertisement