Advertisement

Benarkah Sastra Bisa Membentuk Karakter Seseorang Lebih Humanis?

Sunartono
Rabu, 14 Maret 2018 - 21:40 WIB
Bhekti Suryani
Benarkah Sastra Bisa Membentuk Karakter Seseorang Lebih Humanis?

Advertisement

Sastra bisa membentuk karakter bangsa.

Harianjogja.com, SLEMAN--Nilai religiositas dan humanitas dalam teks sastra menjadi penting untuk dimanfaatkan membangun karakter bangsa. Sastra sendiri memiliki kontribusi yang besar dalam membentuk nilai religiositas dan humanitas.

Advertisement

Materi tentang sastra Indonesia menjadi fokus penelitian Prof. Suroso hingga mencapai predikat tertinggi sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pembelajaran Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Suroso menyampaikan pentingnya sastra dalam kehidupan. Selain sebagai media menyampaikan ide dan persoalan di masyarakat, sastra mengandung pesan dengan media bahasa tidak langsung. Dari hasil pengamatannya, orang yang memiliki kesenangan dan kemampuan membaca sastra, akan memiliki kecerdasan yang lebih atas perilaku manusia, pemahaman tempat, peristiwa hingga persoalan lain.

"Sastra juga memberikan pembelajaran berbagai persoalan manusia terutama wacana sastra tentang hubungan dengan Tuhan, antarmanusia terwujud dalam religiositas, humanisme dan multikulturalisme," ungkapnya dalam pidato pengukuhan Guru Besar di UNY, Rabu (14/3/2018).

Suroso menemukan empat langkah pembentukan karakter melalui karya sastra. Pertama, membaca cerita rakyat, Suroso mengidentifikasi sejumlah cerita rakyat yang dapat membentuk karakter seperti Malin Kundang, Tangkuban Perahu, Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang, Ande-Ande Lumut dan lainnya. Kedua, mengenalkan tokoh yang sudah ditulis dalam bentuk biografi maupun autobiografi, seperti Bung Hatta dengan kesahajaannya, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela.

Ketiga, membaca karya sastra yang merekam kehidupan sehari-hari dalam kisah feature atau cerita pendek, contohnya kisah tukang sampah, sopir, tukang kebun atau tukang bangunan. Keempat, membaca teks sastra sesuai dengan konteks budayanya, misal, tradisi lahir, perkawinan, kematian, dalam tradisi suku, ritual dan budaya dalam konteks budaya.

Selain itu, lanjutnya, teks sastra memberikan kontribusi dalam membentuk nilai religiositas dan humanitas. Di antaranya, keteladanan tokoh, dimana Suroso merinci setidaknya ada 13 biografi dan karya sastra yang dapat digunakan dalam pendidikan karakter karena berisi teladan, moralitas dan pengorbanan sang tokoh. Selain itu, kontribusi lain adalah persoalan pemikiran lokalitas.

"Saat ini sebagian besar orang Indonesia sangat kagum dengan yang berbau luar negeri baik pemikiran, ideologi, dan gaya hidup. Globalisasi melanda kehidupan manusia berupa kebiasaan dan perilaku. Pembaca dapat menikmati persoalan pemikiran jenius lokal dari novel berlatar Jawa, Bali, Minang, Bugis dan Dayak," urainya.

Suroso juga mendapati kontribusi lain saat meneliti berbagai teks sastra, dalam hal ini sastra Indonesia modern memberi pilihan terhadap berbagai persoalan kehidupan, menyikapi dan memberi apresiasi terhadap tokoh dan peristiwa. Kontribusi itu terdiri atas menangani persoalan pindah keyakinan dan perkawinan antaragama seperti dalam novel Keluarga Permana. Kemudian persoalan kesetaraan gender, sejarah bangsa dan berbagai persoalan hidup.

"Terkait pembelajaran hidup ini bisa belajar dari novel Pertemuan Dua Hati. Kemudian trilogi Ronggeng Dukuh Paruk jika ingin belajar tentang problem kemiskinan," kata dia.

Prof. Suroso menamatkan sarjana dan magister di IKIP Malang dan mengakhiri  jenjang doktor di Universitas Negeri Jakarta pada bidang ilmu Pendidikan Bahasa. Ia dikukuhkan sebagai guru besar setelah melewati pergumulan akademik yang panjang, antara lain melakukan 16 kali penelitian bidang sastra, 19 karya jurnal terpublikasikan dan menulis 22 judul buku pendidikan bahasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

ASN Akan Dipindah ke Ibu Kota Nusantara Secara Bertahap hingga 2029, Ini Prioritasnya

News
| Jum'at, 19 April 2024, 19:17 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement