Advertisement

Maling Terus Menggerus Reputasi Pasar Klithikan

Salsabila Annisa Azmi
Rabu, 04 April 2018 - 09:25 WIB
Budi Cahyana
Maling Terus Menggerus Reputasi Pasar Klithikan Pasar Klithikan tak lagi ramai. - Harian Jogja/Salsabila Annisa Azmi

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Pedagang Pasar Klithikan di Pakuncen, Wirobrajan, Kota Jogja, tak tahu lagi harus berbuat apa demi meramaikan lapak. Pada masa kejayaan di 2011, omzet pedagang bisa sampai Rp11 juta per bulan, tetapi kini rata-rata hanya Rp3 juta. Bakul-bakul yang sekarang terpuruk itu merasa Pasar Klithikan sepi karena stigma yang disangkutpautkan dengan barang curian, selain jerat lintah darat yang sudah bikin banyak orang bangkrut.

Los-los barang elektronik bekas di lantai kedua Pasar Klithikan lengang, hanya ada beberapa pedagang yang saling bercengkerama sambil mengisap sigaret. Setengah dari total lapak di sana hanya menyisakan kursi-kursi plastik yang diletakkan di etalase kaca yang kosong.
 
Muhammad Trisno menutulkan solder, membenahi perangkat ponsel rusak yang diantar pelanggan.

Setelah berbincang mengenai banyak bakul yang gulung tikar, otot leher dan dahi Trisno langsung muncul. Dia bangkit dari duduknya, mondar-mandir memeragakan gerak-gerik remaja yang tiga tahun lalu mendatanginya seraya menunjuk etalase, mengatakan salah satu ponsel yang Trisno jual adalah kepunyaannya yang hilang.

“Saya tanya dia, ‘Kode IMEI-nya berapa, ada kardus handphone-nya tidak?’ Memang harus begitu karena terkadang ada maling tetapi ngaku-ngaku handphone-nya hilang dan dijual pencuri kemari,” kata Trisno.

IMEI adalah singkatan international mobile station equipment identity, terdiri dari 15 digit angka yang memuat informasi tentang pabrik dan model ponsel.
Pedagang handphone bekas lainnya, Dwi, terkekeh mendengarkan cerita Trisno.

Dia ingat saat seseorang menjual ponsel seken kepadanya. Dwi pun membaca gelagat tidak beres dari pengunjung tersebut: tergesa-gesa, selalu menengok ke kanan dan ke kiri, dan tak tahu password handphone yang akan dia lego dengan alasan lupa. Parahnya, orang itu menetapkan banderol asal-asalan, jauh di bawah harga pasar.

“Saya sebenarnya tahu dia maling. Saya pura-pura saja, enggak cocok dengan harga yang dia tawarkan. Saya persilakan ke lapak lain? Eh dia malah cuma ke sebelah, ke lapak Pak Ceker,” kata Dwi sambil tertawa.

Si pengunjung tadi kemudian bergeser ke lapak milik Ceker, panggilan karib Trisno, menawarkan handphone curiannya. Ceker menerima, karena tidak tahu menahu dan sedang dihimpit banyaknya kebutuhan. Untungnya, Dwi sempat memotret si pengunjung saat bertransaksi dengan Ceker.

Benar saja, sore harinya, ada karyawan kantor bersama satu orang temannya yang mendatangi mereka. Dia bilang handphone miliknya yang hilang ada di etalase kaca milik Ceker.

“Dia mencurigai salah satu rekan kerjanya, saya tunjukin aja foto yang saya ambil. Saya tanya, ‘Yang ini bukan?’ Eh ternyata benar. Akhirnya dia panggil rekannya ke pasar, lewat temannya. Rekannya disuruh nebus handphone dia ke Pak Ceker,” ujar Dwi.

Tak lama kemudian Sugiyanto datang membawa satu gelas teh hangat. Diletakannya teh itu di atas etalase kaca milik Dwi. Dia langsung menyambung cerita Dwi. Ingatannya melayang saat Pemilu 2014, seseorang yang mengaku bekerja di salah satu partai politik menyambangi lapaknya sambil membawa laptop. Gelagatnya tenang, mengajak berbincang dengan santai. Sugiyanto pun membeli laptop bekas itu.

Keesokan harinya, Sugiyanto terperanjat ketika didatangi rombongan anggota partai politik. Salah satu dari mereka menghampirinya dengan muka memelas, berkata rela membeli dengan harga berapa saja asalkan laptop miliknya kembali.
“Katanya, ‘Semoga data di dalam laptop sudah hilang, kalau masih ada, khawatir dikopi, bisa bocor semua rencana saya.’ Terus dia tebus laptopnya, datanya masih ada, saya enggak tahu isinya sih, siapa tahu data KTP ganda,” kata Sugiyanto sambil tertawa.

Sugiyanto baru mengetahui saat itu juga, ternyata sang penjual laptop milik anggota partai adalah pengurus partai yang tidak digaji selama tiga bulan. Rupanya dia ingin balas dendam.

Sambil beberapa kali berjongkok dan mengambil perangkat usang di laci etalase, Trisno terus memaparkan betapa rangkaian peristiwa itu mencoreng nama baik Pasar Klithikan. Menurut dia, pencuri dan korbannya masih sering ke Klithikan akhir-akhir ini. Pedagang pun harus jeli membedakan orang yang benar-benar kemalingan dengan maling betulan.

“Itu hanya salah satu yang menurut kami menjadi sebab pengunjung kapok kemari. Image-nya penampung barang curian. Selain itu masih ada permainan rentenir yang bikin bangkrut hampir setengah pedagang. Tidak ada keamanan sama sekali, semua pedagang harus pasang badan menghadapi semua itu,” kata Trisno.

Harian Jogja pada akhir November 2016 pernah menurunkan laporan tentang jerat lintah darat yang merontokkan banyak bakul di Pasar Klithikan. Utang yang menggunung memaksa mereka menjual lapak.

Pada masa kejayaan pada 2011, Dwi mengaku penghasilan rata-rata pedangang bisa mencapai Rp11 juta per bulan. Kini, lapak milik Trisno hanya mendatangkan Rp3 juta saban bulan. Menurut Dwi, kemerosotan tersebut sangat menggambarkan betapa citra buruk menurunkan jumlah kunjungan ke Pasar Klithikan. “Sudah tidak tahu lagi harus bagaimana, kami juga mati-matian dongkrak kunjungan salah satunya dengan BMJ sepekan penuh,” kata Dwi.

Trisno mengatakan pedagang masih mengupayakan usaha terbaik untuk memulihkan citra Pasar Klithikan dengan dinas terkait dan dari pihak partikelir, seperti diler-diler kendaraan yang bekerja sama dengan Bursa Motor Jogja [BMJ]. Namun sampai saat ini usaha itu belum membuahkan hasil.

“Beberapa dari kami akhirnya mengusahakan pekerjaan sampingan, terkadang teringat masa-masa dulu, pasar ini ramai sekali. Tidak tahu kapan bisa seperti itu lagi,” kenang Trisno.


Advertisement

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Jadwal Buka Depo Sampah di Kota Jogja

Jadwal Buka Depo Sampah di Kota Jogja

Jogjapolitan | 4 hours ago

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Seorang DPO Kasus Korupsi Pembangunan Pasar Rakyat Ditangkap di Papua

News
| Sabtu, 20 April 2024, 09:27 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement