Advertisement
Petani Bantul Kesulitan Pasarkan Tembakau

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL -- Petani tembakau di wilayah Dlingo mengeluh karena hasil panen tidak bisa dipasarkan secara maksimal. Petani hanya menjual hasil panen ke pasar wilayah lokal.
Salah seorang petani tembakau di Dusun Koripan I, Desa Dlingo, Dlingo, Sadiyo mengatakan hasil panen tembakau tahun ini sangat bagus. Kondisi ini berbeda dengan panen tahun lalu yang mengalami kegagalan. “Tahun ini panennya lebih baik karena cuaca baik tidak terkena hujan,” kata dia kepada Harian Jogja, Kamis (4/10/2018).
Advertisement
Tanaman tembakau ditanam satu kali setahun. Biasanya penanaman dilakukan pada saat musim kemarau sehingga lahan yang dimiliki warga tetap berfungsi. “Dalam sekali tanam, tembakau bisa panen tiga kali. Kalau saya menanam 1.500 batang dan setiap panen bisa menghasilkan 100 kilogram daun tembakau basah,” ucap dia.
Menurut dia, proses pembuatan tembakau melalui proses yang panjang karena daun-daun tembakau yang dipetik harus dijemur hingga kering. Selanjutnya, daun-daun itu dicacah dan kembali dijemur hingga kering. “Prosesnya lama karena harus dijemur berkali-kali,” katanya.
Menurut dia, harga tembakau saat ini di kisaran Rp.50.000 per kilogram. Namun, untuk mendapatkan harga jual ini, sambung Sadiyo, para petani harus menjual sendiri-sendiri ke pasar.
“Ya, memang kami harus jual sendiri karena tidak ada perusahaan yang membeli tembakau dari hasil panen petani,” kata Sadiyo.
Hal tak jauh berbeda diungkapkan Tumijam, Ketua Kelompok Tani Ngudi Mulyo di Dusun Koripan I, Desa Dlingo. Menurut dia, untuk hasil panen tidak ada masalah karena daun tembakau yang dipetik sangat baik. Hanya, lanjut dia, untuk pemasaran para petani masih kesulitan karena harus menjual sendiri. “Ya petik sendiri, jual sendiri,” kata Tumijan.
Dia menjelaskan pada 2015 lalu sempat ada perusahaan yang berjanji akan membeli tembakau milik petani Dlingo. Hanya, kerja sama tersebut tidak berjalan mulus karena tembakau-tembakau petani tidak jadi dibeli. “Habis itu petani tidak percaya lagi dan memilih menjual sendiri,” kata dia.
Meski demikian, Tumijan tetap berharap ada bantuan untuk proses pemasaran sehingga petani tidak kesulitan memasarkan hasil panen. “Ya kalau memang ada perusahaan yang ingin membeli tidak masalah, tapi jangan sampai pembelian hanya sebatas janji tanpa ada realisasi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Ade Armando Singgung Politik Dinasti di Jogja, Begini Komentar Ganjar Pranowo
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Serahkan DIPA dan Buku Alokasi TKD 2024, Belanja Negara di DIY 2024 Naik 12,08 Persen
- Dishub Jogja Petakan Titik Parkir Liar Jelang Libur Akhir Tahun, Ini Salah Satunya
- Desentralisasi Pengelolaan Sampah, ORI DIY: Penutupan TPA Piyungan Tidak Sesuai Perda
- Pasar Murah di Alkid, Cabai Rp5 Ribu per Ons Habis Diserbu Warga
- Di Mal Pelayanan Publik Kota Jogja Ada Loket Konsultasi untuk Konsultasi Izin APK Pemilu 2024
Advertisement
Advertisement