Advertisement

Kisah Mapala UGM Arungi Sungai Franklin di Pulau Tasmania

Bernadheta Dian Saraswati
Kamis, 06 Desember 2018 - 23:50 WIB
Bhekti Suryani
Kisah Mapala UGM Arungi Sungai Franklin di Pulau Tasmania Salah satu Tim Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Gadjah Mada (Mapagama) sedang mengarungi Sungai Franklin, Tasmania, Australia, akhir November 2018 lalu. - Ist

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN- Tim Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Gadjah Mada (Mapagama) berhasil mengarungi derasnya arus Sungai Franklin, Tasmania, Australia, akhir November lalu. Tim mengarungi sungai sepanjang 125 kilometer (km) selama delapan hari.

Ekspedisi bertajuk “Pristine Wild Rivers" ini merupakan program UGM Internasional Expedition (UIE) 5. Ekspedisi melibatkan tujuh mahasiswa dari Fakultas Hukum, Filsafat, Teknik, Psikologi, dan Sekolah Vokasi.

Advertisement

Ketua Tim Ekspedisi Irfan Hafiyyansah mengatakan Sungai Franklin dipilih sebagai lokasi pengarungan karena selain arusnya berkarakter juga memiliki pemandangan alam yang indah. "Hal ini tidak dapat ditemui di sungai-sungai Indonesia,” katanya dalam rilis yang diterima Harianjogja.com, Kamis (6/12/2018).

Sungai Franklin berada di pedalaman hutan Taman Nasional Franklin-Godon, Pulau Tasmania. Kawasan tersebut memiliki kelembaban tinggi dan suhu yang dingin hingga lima derajat pada malam hari. 

“Selama pengarungan tim menghadapi kondisi yang berat dengan iklim dan situasi berbeda dengan Indonesia. Kondisinya lembab dan suhu dingin. Ditambah lagi tidak ada akses keluar kecuali menyusuri hutan tapi dengan waktu yang lebih lama,” paparnya.

Irfan mengungkapkan Sungai Franklin merupakan sungai paling bersih yang pernah ia temui selama melakukan pengarungan. Kebersihan sungai tersebut, kata dia, sangat dijaga oleh penduduk Pulau Tasmania karena masyarakat di pulau tersebut sadar bahwa sungai dapat memberikan banyak manfaat bagi keberlangsungan kehidupan.

Pihak Taman Nasional memberlakukan beberapa larangan yang wajib dipatuhi para pengunjung Sungai Franklin. “Semua kotoran baik kotoran manusia maupun sampah harus dibawa oleh pengunjung, tidak boleh menyalakan api unggun, tidak mencuci di sungai dan beberapa larangan lainnya," katanya.

Irfan mengatakan pengarungan di Sungai Franklin telah memberikan pengalaman baru dan memberikan dampak positif dalam pengembangan kemampuan petualangan anggota Mapagama pada kegiatan tingkat internasional. Kegiatan ini juga meningkatkan pengetahuan untuk menjaga dan mengelola sungai dengan baik. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Alasan Kepolisian Hentikan Penyidikan Kasus Aiman Witjaksono

News
| Jum'at, 29 Maret 2024, 15:57 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement