Advertisement

Promo November

Khatib Punya Peran Strategis Ciptakan Masyarakat yang Moderat

Arief Junianto
Senin, 24 Desember 2018 - 18:20 WIB
Arief Junianto
Khatib Punya Peran Strategis Ciptakan Masyarakat yang Moderat Ketua Dewan Pembina Ikatan Khatib Dewan Masjid Indonesia Abdul Manan Ghani saat berbicara di tengah acara Halaqah Khatib Nasional yang digelar di Jakarta. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Halaqah Khatib Nasional Ikatan Khatib Dewan Masjid Indonesia (IK-DMI) yang digelar di Jakarta telah rampung dengan menghasilkan sejumlah rekomendasi. Di antaranya adalah penekanan fungsi dan posisi khatib, dai, dan mubalig.

Ketua Ikatan Khatib Indonesia Hamdan Rasyid mengatakan khatib sejatinya memiliki peran dan posisi yang sangat strategis di tengah masyarakat. Oleh karena itu, kata dia, para khatib hendaknya terus meningkatkan kualitas, keilmuan, dan keterampilannya untuk membangun masyarakat yang moderat dengan mengedepankan ajaran Islam, yakni rahmatan lil alamin.

Advertisement

“Peran khatib sangat strategis di masyarakat. Itulah sebabnya, mereka hendaknya bisa dalam menciptakan uswatun wasathan [masyarakat yang moderat],” katanya kepada Harianjogja.com, Senin (24/12).

Seperti diketahui, Halaqah Khatib Nasional digelar IK-DMI di Hotel Mercure, Jakarta, mulai Jumat (21/12/2018) hingga Minggu (23/12/2018) dengan mengambil tema Meneguhkan Peran Khatib dalam Melestarikan Dakwah Rahmatan Lil Alamin.

Selain itu, dari halaqah itu, para khatib se-Indonesia yang hadir juga sepakat bahwa pada khatib menyampaikan ceramah yang mendidik, mencerahkan, dan menghindari provokasi. Dengan peran khatib yang strategis, dia optimistis ceramah mereka mampu meminimalkan intervensi politik praktis dalam praktik bermasyarakat.

Ketua Dewan Pembina Ikatan Khatib Dewan Masjid Indonesia Abdul Manan Ghani menyinggung soal masjid. Menurut dia, sebagai pusat pembinaan umat, masjid harus dijaga kesuciannya.

Tidak hanya suci secara hukum Islam, namun suci pula dari upaya-upaya penyebaran paham radikal, ekstremisme, intoleransi, serta politik praktis. Dia menilai paham-paham tersebut sangat berpotensi menimbulkan gesekan dan disharmoni di masyarakat. “Masjid harus tetap pada fungsinya sebagai pusat pembinaan umat. Jangan sampai disalahgunakan,” ucap Ketua PBNU itu melalui rilis yang diterima Harianjogja.com, Senin kemarin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Segera Menyusun Data Tunggal Kemiskinan

News
| Jum'at, 22 November 2024, 23:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement