Advertisement
Kasus Perceraian Persulit Pencairan Dana Tali Asih PAG
Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Pencairan dana tali asih Pura Pakualaman untuk warga penggarap Pakualaman Grond (PAG) di Desa Glagah, Kecamatan Temon terganjal sejumlah kasus perceraian.
Imbasnya, pencairan dana bagi beberapa warga penggarap PAG yang terdampak pembangunan New Yogyakarta International Airport (NYIA) di desa tersebut terpaksa ditunda.
Advertisement
Kepala Desa Glagah Agus Parmono mengatakan secara umum proses pencairan berjalan lancar. Namun, terdapat tiga pihak penerima tengah mengurus perceraian. Untuk satu di antaranya sudah teratasi dan harus segera diterimakan dana tali asih itu untuk membantu kebutuhan keluarga.
Dia menjelaskan mereka yang tengah mengurus perceraian ini menginginkan pencarian lewat desa sehingga pemerintah desa mengambil keputusan untuk menunda pencairan. “Kalau sudah ada kesepakatan baru dicairkan agar tidak memunculkan permasalahan di kemudian hari. Selebihnya tidak ada kendala,” ungkapnya, Kamis (14/2/2019).
Agus mengatakan penerimaan dana tali asih di desanya dilangsungkan selama dua hari, mulai Kamis (14/2/2019) hingga Jumat (15/2/2019). Total warga yang penerima bantuan ini sebanyak 476 orang. Setiap warga menerima dana sekitar antara Rp1 juta dan Rp148 juta, tergantung luas lahan garapan.
Persentase warga penerima dana tali asih sekitar 60% pemilik lahan dan 40% warga penggarap lahan PAG dan tidak memiliki lahan lain, atau memiliki lahan tetapi tidak terdampak bandara secara langsung.
Warga Glagah, Tarmidi, yang menerima dana tali asih sebesar Rp80 juta, mengatakan uang yang diterimanya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sementara untuk bekerja sebagai petani sudah tidak bisa lantaran lahannya telah tergusur bandara. “Dulu punya lahan sekitar 5.000 meter tetapi sekarang sudah tergusur semua,” ujarnya.
Warga penerima lain, Saryono, mengaku dana tali asih sebesar Rp26,7 juta yang diterimanya akan digunakan untuk merenovasi rumah. Dia tidak berpikiran menggunakan dana tersebut untuk modal usaha karena dianggap tidak cukup.
Dia pun memilih untuk menjadi buruh tani mengingat lahan sawahnya telah tergusur NYIA. “Selama ini saya bertani, sekarang saya masih bertani mengarapkan sawah milik orang lain,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- BEA CUKAI: Mari Bersama-sama Gempur Rokok Ilegal
- Jadwal Kereta Api Prameks Jogja-Kutoarjo Kamis 28 Maret 2024
- Jadwal Kereta Bandara YIA Kamis 28 Maret 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
- Prakiraan Cuaca DIY Kamis 28 Maret 2024: Hujan Ringan
- Jadwal Pemadaman Listrik Kamis 28 Maret 2024: Giliran Sleman, Jogja dan Bantul Cek Lokasinya!
Advertisement
Advertisement