Advertisement

Antisipasi Bencana, Sultan Minta Embung Dibangun

Ujang Hasanudin
Sabtu, 23 Maret 2019 - 11:07 WIB
Budi Cahyana
Antisipasi Bencana, Sultan Minta Embung Dibangun Evakuasi korban longsor di Kecamatan Imogiri, Bantul, akibat Siklon Savannah, Kamis (21/3/2019). - Harian Jogja/Gigih M. Hanafi

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Gubernur DIY Sri Sultan HB X meminta pembangunan embung sebagai antisipasi banjir dan tanah longsor terutama di wilayah Kabupaten Bantul.

Raja Kraton Ngayogyakarta ini melihat bencana banjir tidak lepas dari luapan dua sungai besar, yakni Sungai Oya dan Opak saat hujan. Sementara belum ada upaya untuk mengurangi debit kedua sungai tersebut, misalnya dengan membuat embung.

Advertisement

"Waktunya kendalikan Oyo kita bikin embung saja. Dicarikan posisi yang paling tepat. Jadi tambah [embung] yang isinya bisa nampung 500.000-600.000 meter kubik lebih. Sehingga dampak [luapan] tak kian meluas," kata Sultan saat meninjau bencana banjir dan tanah longsor di Imogiri, Jumat (22/3/2019).

Lebih lanjut, Sultan memaparkan embung yang dibangun nantinya juga tidak hanya menampung luapan air sungai, tetapi juga bisa dimanfaatkan sebagai irigasi untuk persawahan. Karena itu ia meminta segera mencarikan lahan yang cocok untuk dibangun embung.

Tidak perlu umbung yang mewah, tetapi bisa menampung banyak. Ia mencontohkan Embung di Nglanggeran Patuk Gunungkidul sudah lima tahun cukup kuat meski hanya dengan terpal. Jika terjadi kerusakan terpal justru mudah diperbaiki.

Sultan juga meminta organisasi perangkat daerah (OPD) mengidentifikasi kembali lokasi-lokasi yang mudah longsor. Selama ini, Sultan mengaku Bantul timur yang sering terdampak bencana baik longsor maupun banjir. Tidak dengan Bantul bagian barat, kecuali pohon tumbang.

Adapun, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) DIY, Agus Rudiyanto mengaku sudah menangkap pesan Sultan untuk membangun embung. BBWSSO segera menindaklanjuti dengan membuat kajian karena butuh penyesuaian dengan tipografi dan kondisi geologisnya. "Yang jelas dawuh beliau kami serap dan kami tindaklanjuti sesegera mungkin," kata Agus.

Agus mengakui embung memiliki fungsi menahan air sementara supaya tidak mengalir ke sungai atau mengurangi debit air sungai sekaligus untuk kebutuhan lain seperti pertanian. Menurut dia, embung membutuhkan lahan yang luas sehingga kemungkinan besar yang paling mudah dibangun di lahan Sultan Grond (SG).

Makam Raja-Raja

Sultan menilai pembangunan talut baru di kompleks makam Raja-Raja di Wukirsari, Imogiri, Bantul, kurang cermat dalam perencanaannya. Akibatnya talut sisi timur bagian selatan kompleks makam tersebut longsor hingga menyebabkan korban jiwa.

Sultan mengatakan struktur tanah di Bantul bagian timur, seperti Imogiri merupakan tanah lempung. Dulu kawasan yang saat ini longsor tidak ada bangunan. Kemudian dibangun talut sehingga ruang penyerapan air hujan kian sempit. Karena sifat lempung menyerap air, sementara kemiringannya tinggi tanpa ada talut dari bagian bawah menyebabkan talut utama longsor karena menahan beban berat. "Saya berpendapat mestinya dari bawah sudah dikasih talut atau teras siring. Jadi kurang cermat mestinya dimulai dari situ [dari bawah]," kata Sultan.

Menurut Sultan, untuk membangun kembali talut utama di lokasi bekas longsor perlu membangun talut dari bawah terlebih dahulu, "Kalau tidak ya longsor lagi," ucap Sultan.

Lonsor di kompleks Makam Raja-Raja Imogiri terjadi pada Minggu (17/3) malam lalu. Talut sepanjang 50 meter dan tinggi sekitar 100 meter itu ambrol dan mengenai dua rumah di bawahnya di wilayah Dusun Kedungbuweng, Wukirsari, Imogiri. Tiga orang dinyatakan meninggal dunia karena tertimbun material longsor.

Disinggung soal membangun talut kembali, Sultan meminta perlu perencanaan yang matang. Soal anggaran kemungkinan bisa menggunakan Dana Keistimewaan (Danais). Diketahui saat ‎ini penanganan sementara longsor di sekitar kompleks Makam Raja-Raja hanya dengan menutup bekas longsor dengan terpal.

Sebanyak 50 angota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Tim SAR, dan sukarelawan memasang terpal. Ada sekitar 220 terpal, setiap terpal ukuran 9x5 meter persegi. Terpal itu kemudian dijahit dan dijadikan satu untuk menutup kawasan longsor seluas sekitar 4.000 meter persegi.

"Sementara ini prosesnya baru menutup dengan terpal untuk mengantisipasi supaya air hujan tidak masuk tanah bekas longsor dan menghindari longsor susulan," ucap Adrian ‎Dwi Roy, salah satu anggota TRC BPBD DIY.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kuta Selatan Bali Diguncang Gempa Berkekuatan Magnitudo 5,0

News
| Jum'at, 26 April 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement