Tua Tua Keladi, Makin Tua Makin Rajin Ngaji
Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Ibu-ibu berusia lanjut di salah satu RW di Kulonprogo benar-benar membuktikan ungkapan menuntut ilmu tak kenal usia. Sebab, mereka tetap semangat belajar membaca Alquran meski tak lagi muda, hingga akhirnya bisa wisuda. Berikut kisah yang dihimpun wartawan Harian Jogja Jalu Rahman Dewantara.
Mata Mujiyem menerawang jauh ke belakang membayangkan saat tubuhnya masih segar bugar. Kala itu akibat kesibukan duniawi, perempuan yang kini berumur 63 tahun itu melupakan kegiatan keagamaan. Hanya salat lima waktu yang masih teguh ia jalankan, sedangkan membaca Alquran dia abaikan.
Advertisement
"Waktu kecil saya belum intens belajar Alquran. Hanya sesekali ikut aja, terus pas kerja jadi guru, makin sibuk jadinya belum ada waktu untuk membaca kitab," kata Mujiyem kepada Harian Jogja, Rabu (3/4/2019).
Kekurangan itu membuatnya resah. Ada perasaan yang mengganjal di hatinya. Hingga akhirnya, setelah pensiun sebagai guru pada 2016 lalu, ia bertekad membayar utang dengan mengikuti sebuah kelompok pengajian yang juga sekaligus mengajarkan baca Alquran.
Kelompok itu bernama Pengajian Lansia Ngudi Saras Lestari. Jemaahnya mayoritas perempuan berusia uzur seperti Mujiyem. Namun ada juga yang lebih muda, di kisaran umur 31 tahun. Para jemaah ini rata-rata bermukim di RW 03, eks Dusun Terbah, Kelurahan Wates, Kecamatan Wates, Kulonprogo.
Kelompok ini rutin mengadakan kegiatan mengaji bareng di Masjid At-Taubat RW 03. Dalam satu pekan kegiatan belajar membaca Alquran dilakukan hingga tiga kali seusai salat Maghrib hingga Isya berkumandang.
"Saya mulai dari iqra satu. Kadang belajarnya di masjid, tapi juga sering di rumah saya, kalau ditotal sebenarnya bisa seminggu full, karena kegiatan [belajar mengaji] di rumah itu bisa sampai tiga kali ditambah di masjid tiga kali juga," ujar Mujiyem.
Setelah mulai mempelajari Alquran ada perubahan yang dialami Mujiyem. "Saya jadi lebih tenang," ungkapnya.
Utang Mujiyem terbayar. Bahkan saat ini ia sudah masuk tahap menghafal Alquran, meski baru bisa beberapa juz saja.
Capaian Mujiyem itu tak lepas dari jasa Rusmini. Ibu rumah tangga tersebut merupakan salah satu guru mengaji yang intens mengajari Mujiyem dan anggota Pengajian Lansia Ngudi Saras Lestari lainnya.
Sebagai pembimbing, Rusmini mengaku mengajari mengaji para lansia susah-susah gampang.
Kendala yang dihadapi Rusmini karena siswanya tak lagi muda, daya ingat mereka cenderung lebih lemah. Sehingga banyak dari mereka kesulitan menghafal tanda baca Alquran. Rata-rata setiap lansia membutuhkan waktu sekitar tiga bulan hingga empat bulan untuk bisa lancar membaca Alquran.
"Lamanya itu tergantung juga dari waktu belajar sehari berapa kali. Kalau makin sering pasti makin cepat," kata perempuan berusia 47 tahun tersebut.
Rintangan itu tidak menjadi beban bagi Rusmini. Sebab menurutnya, para lansia ini memiliki semangat yang tinggi untuk belajar. Secara tak langsung hal itu turut menjadi penyemangatnya dalam mengajar. "Saya malah semangat, sejak dulu saya memang sudah mengajar mengaji anak-anak. Terus saya berpikir, kenapa tidak sekalian lansia, ternyata semuanya bisa," kata dia.
Jerih payah Rusmini dan sejumlah guru mengaji di kelompok pengajian tersebut akhirnya membuahkan hasil. Mujiyem dan teman-teman seusianya berhak mengikuti wisuda yang digelar kelompok pengajian tersebut. Sebelum diwisuda, para peserta harus tamat tahapan belajar membaca Alquran mulai dari Iqra jilid I. Kemudian di sesi akhir diuji oleh guru mengaji. "Alhamdulillah berhasil semua," kata Rusmini.
Upacara kelulusan itu bertajuk Wisuda Iqro Santri TQL (Taman Alquran Lansia). Kegiatannya dilangsungkan di halaman kompleks Masjid At-Taubat, Rabu (3/4) pagi. Konsep wisuda ini seperti upacara kelulusan sarjana pada umumnya. Atribut berupa jubah komplit berikut topi toga dikenakan Mujiyem beserta 88 jemaah lainnya. Para peserta juga diberi sertifikat sebagai tanda telah lulus mengkhatamkan Alquran.
Di sela-sela acara dilaksanakan penyerahan penghargaan untuk dua orang lansia. Satu orang lansia berusia 80 tahun menerima penghargaan wisudawati tertua, sedangkan satu orang lainnya menerima penghargaan sebagai peserta terbaik selama proses belajar. "Kelompok ini sebenarnya sudah tiga tahun berdiri. Tapi baru kali ini dilaksanakan wisuda. Karena memang proses belajarnya lama," ujar Anik Hudijati selaku Ketua Kelompok Pengajian Ngudi Saras Lestari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dinas Kebudayaan Gelar Malam Anugerah Kebudayaan dan Launching Aplikasi SIWA
- Pemkab Bantul Kembali Bagikan 250 Pompa Air Berbahan Bakar Gas ke Petani
- KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
- Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
Advertisement
Advertisement