Advertisement

Promo November

Festival Qixi Belum Populer di Indonesia

Herlambang Jati Kusumo & Kusnul Isti Qomah
Kamis, 01 Agustus 2019 - 08:07 WIB
Mediani Dyah Natalia
Festival Qixi Belum Populer di Indonesia Rebecca Kanthor (kiri) dan Liu Jian (kanan) tersenyum saat menggelar upacara pernikahan tradisional Tionghoa di Dong'an, Henan Pusat, Tiongkok, beberapa waktu lalu. JIBI/Reuters - Carlos Barria

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Festival Qixi perayaan tradisional masyarakat Tionghoa yang dikenal sebagai hari Valentine orang Tiongkok belum begitu popular di Indonesia.

Ketua I Jogja Chinese Art and Culture Center (JCACC) Jimmy Sutanto menjelaskan Qi artinya tujuh, Xi malam sehingga diartikan festival malam ketujuh atau dirayakan setiap tanggal 7 bulan 7 kalender Imlek.

Advertisement

“Dalam tradisi Tionghoa banyak tradisi, tetapi di Indonesia yang dirayakan hanya Tahun Baru Imlek Cap Go Meh, kemudian Pehcun dan tradisi kue bulan. Ya seperti di Jawa kan banyak, tidak bisa mengikuti semuanya,” ucap Jimmy, Rabu (31/7).

Ia mengungkapkan Qixi memang belum sepopuler festival yang sering dirayakan di Indonesia. “Karena kita tidak seperti yang dilahirkan di sana jadi artinya tradisi ini tidak cukup untuk dirayakan terus menerus,” katanya.

Meski tidak populer dan tidak dirayakan di Indonesia, ia berharap setidaknya anak muda tetap tahu festival tersebut.

Jimmy juga mengharapkan anak muda keturunan Tionghoa tidak hanya mengenal budaya Tionghoa sendiri. Namun, diharapkannya warga keturunan Tionghoa juga dapat membaur dengan budaya asli khususnya di DIY.

Dilangsir tionghoa.info, Festival Qixi sendiri tahun ini akan jatuh pada Rabu (7/8) mendatang. Dengan perayaan memberikan hadiah, seperti bunga, cokelat, dan berbagai hadiah lainnya kepada pasangan.

Asal usul Festival Qixi berawal dari legenda seorang pemuda penggembala sapi, Niulang dengan seorang gadis penenun, Zhinu. Kisah umum dari kisah cinta antara Niulang dan Zhinu  adalah cinta mereka tidak diizinkan oleh langit, sehingga mereka dibuang ke sisi berlawanan dari Sungai Perak.

Menurut legenda, Niulang bertemu dengan tujuh peri bersaudari anak Dewi Kahyangan yang sedang mandi pada sebuah danau di bumi, untuk mencari kesenangan diri dari kebosanan di surga. Niulang mencuri pakaian mereka, dan menunggu apa yang terjadi selanjutnya.

Akhirnya para peri tersebut sepakat untuk memilih yang termuda di antara mereka, yaitu Zhinu untuk tetap tinggal dan mendapatkan kembali pakaian mereka yang hilang.

Maka Zhinu pun melakukan tugasnya. Akan tetapi karena dapat dilihat dalam keadaan telanjang oleh Niulang, maka dia pun harus merestui lamaran pria tersebut. Zhinu terbukti menjadi seorang istri yang baik, sedangkan Niulang seorang suami yang baik, maka berbahagialah mereka berdua bersama.

Namun begitu, Dewi Kayangan murka setelah menemukan bahwa Zhinu telah menikahi manusia biasa. Sang Dewi lalu memerintahkan Zhinu untuk kembali ke surge.

 

Makna Buah Jeruk

Selain Festival Qixi, ada akar budaya lain yang biasa dijalani tetapi terkadang tak diketahui maknanya. Misalnya saat perayaan seperti Imlek atau ibadah, orang Tionghoa kerap menyajikan buah jeruk. Rupanya buah jeruk memiliki makna yang dalam.

Jimmy mengatakan pemberian sesaji dalam upacara merupakan wujud bakti kepada leluhur. Sesaji biasanya terdiri dari makanan kecil dan buah-buahan. Salah satu buah yang kerap digunakan yakni buah jeruk. Pilihan menggunakan jeruk bukan tak ada artinya. "Jeruk disebut juga dengan Chi atau firasat baik sehingga diharapkan akan mendatangkan kebaikan," kata dia, Rabu.

Dilansir dari Fimela.com, kata Tionghoa untuk buah jeruk dan emas terdengar hampir sama. Menghidangkan buah jeruk mandarin di perayaan Imlek ini dipercaya akan mendatangkan keberuntungan dan kemakmuran di tahun yang akan datang. Menyediakan jeruk pada saat Imlek dianggap akan memberikan semakin banyak keberuntungan.

Selain itu ada kepercayaan yang mengatakan akan lebih baik jika menghidangkan jeruk yang masih ada daunnya. Daun pada buah jeruk ini melambangkan panjang umur. Ada satu hal menarik lain, masyarakat Tionghoa tidak pernah menyajikan jeruk sejumlah empat buah. Bagi orang Tionghoa angka empat diasosiasikan dekat dengan kematian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Program Tapera Banyak Ditolak, Muruarar Sirait: Masih Harus Bangun Kepercayaan Publik

News
| Selasa, 26 November 2024, 13:27 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement