Advertisement
Petambak Udang di Selatan Bandara Kulonprogo Akhirnya Menyerah

Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO- Sebelum batas waktu terakhir tambak udang di Selatan Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) pada akhir Oktober nanti, para petambak bersiap-siap sambil menunggu solusi dari pemerintah.
Salah satu petambak, Warino mengaku mau tidak mau, ia harus taat aturan untuk menghentikan tambaknya sampai waktu habis. "Mau menolak, tapi tetap tidak bisa. Kita rakyat kecil tetap tidak bisa. Hanya mengalah saja," ungkapnya pada Kamis (29/8/2019).
Advertisement
Saat ini, empat tambak yang dimilikinya masih beroperasi. Ada yang sudah 36 hari, bahkan ada juga yang masih dua pekan setelah tebar benih udang. Ia mengaku, mau tidak mau, apabila nanti setelah batas penggusuran di Oktober akhir belum bisa panen, terpaksa panen dini.
Pihaknya sudah mendapatkan tawaran dari Pemkab Kulonprogo perihal pemindahan lokasi tambak ke Desa Banaran, Kecamatan Galur. Namun, ia berharap pemerintah bisa memberikan pendampingan ketika pemindahan dilakukan. Karena menurut Warino, warga Desa Banaran tidak akan serta merta memberikan lahannya begitu saja untuk tambak.
"Di sana (Desa Banaran) pun pasti kasih harga yang mahal. Saya minta ke dinas, harus ada pendampingan. Kalau tidak, dia (Warga Desa Banaran) semaunya sendiri," ungkap Warino.
Petambak lainnya, Yanto mengaku ia akan mempertimbangkan lagi pemindahan tambak ke Desa Banaran seperti yang diusulkan Pemkab Kulonprogo. Menurutnya, modal yang besar dibutuhkan kalau petambak harus pindah ke Banaran.
Modal saat ini untuk menambak udang di Selatan Bandara YIA yaitu sekitar Rp50 juta, termasuk mesin dan alat lainnya. "Kalau pindah pastinya harga sewa lahan juga harus dipikirkan," beber Yanto.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Sudarna mengatakan saat ini secara perlahan pihaknya memberikan penjelasan pada petambak untuk mengejar target pengosongan lahan di akhir Oktober. "Perkembangan kawan-kawan petambak masih diberi kesempatan budi daya sampai akhir Oktober. Ada beberapa petambak menyatakan sudah tidak akan melanjutkan," katanya.
Ia menuturkan, masih ada ratusan kolam tambak yang beroperasi. "Karena masih ada waktu. Rata-raya sebaran umur sebulan, ada juga yang 25 hari, berbeda-beda tiap kolam," tutur Sudarna.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Perdana Menteri India Serukan Tatanan Dunia yang Inklusif dalam KTT BRICS
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Bupati Sleman Keluarkan 90 Rekomendasi Penggunaan TKD, Tinggal Menunggu Izin Gubernur DIY
- Ribuan Pelari Ikuti Bhayangkara Run 2025 di Gunungkidul
- Masuki Musim Tanam Palawija Saat Kemarau Basah, Petani Kulonprogo Siapkan Parit
- Kontribusi Nyata untuk Warga, RS Sedayu General Hospital Gelar Khitan Gratis
- Seminar Kebangsaan di UGM: PDIP Jogja Dorong Praktik Nyata Ideologi Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari
Advertisement
Advertisement