Advertisement
Dosen Teknik Elektro UMY Aplikasikan Teknologi Ramah Lingkungan untuk Industri Batik Bantul

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memanfaatkan energi terbarukan untuk membantu pelaku Usaha Kecil Mikro (UKM) di Bantul.
UKM Batik Tugiran di Bantul memiliki permasalahan tentang kebutuhan tambahan pasokan energi listrik. Proses produksinya pun masih berbahan bakar minyak tanah dan gas yang relatif mahal dan sering langka. Sistem manajemen masih manual berbasis kertas, belum tersedia sistem informasi produk, keterampilan SDM, dan limbah industri yang belum tertangani.
Advertisement
Hal itu menginisiasi tim Dosen Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang terdiri dari Ramadoni Syahputra, Indah Soesanti, dan Agus Jamal, melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat lewat skema Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD), dengan misi utama yaitu meningkatkan kapasitas produksi dan manajemen usaha dalam rangka memperkuat industri batik nasional dengan penerapan energi terbarukan (solar home system).
Selama kurun waktu tiga tahun bertutut-turut, yakni 2017 hingga 2019, Tim Dosen Teknik Elektro UMY yang diketuai Ramadoni Syahputra mendapatkan kepercayaan dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenrisetdikti untuk melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat program multi-tahun.
Metode yang diterapkan tim dosen Teknik Elektro adalah pemasangan pembangkit listrik energi terbarukan (solar home system) yang ramah lingkungan, proses daur ulang lilin dan pewarna kain, penyediaan kompor batik listrik otomatis, sistem manajemen yang berbasis komputer, sistem informasi produk dan pemasaran berbasis web, penambahan SDM dan peningkatan keterampilan, dan pengendalian limbah industri batik. Kegiatan-kegiatan tersebut telah diselesaikan secara bertahap setiap tahun dalam kurun waktu tiga tahun.
“Target khusus kegiatan PPM PPPUD ini adalah terjadinya peningkatan kualitas dan jumlah produk batik masing-masing UKM sebesar 10 persen per tahun selama tiga tahun dan berdampak pada peningkatan cash-flow dan laba UKM sebesar 10 persen per tahun selama tiga tahun,” ujar Ramadoni melalui rilis, Selasa (3/9/2019).
Kegiatan PPM PPPUD ini telah memberikan hasil yang bermanfaat khususnya bagi UKM Batik Tugiran dan menjadi pendorong bagi industri batik lainnya baik di Kabupaten bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, bahkan industri batik nasional.
“Aplikasi pembangkit listrik tenaga surya dan penggunaan kompor batik listrik terbukti mampu menekan biaya produksi secara signifikan. Keuntungan lainnya adalah ruang produksi yang relatif lebih bersih dari polusi udara yang selama ini dihasilkan dari kompor minyak tanah," kata dia.
"Semoga kegiatan ini memberikan kontribusi dalam rangka memperkuat industri lokal berbasis warisan budaya dalam persaingan pasar nasional dan internasional,” ujarnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Banjir di Jakarta Belum Surut, Warga Diingatkan Potensi Ancaman Rob 1-2 Hari ke Depan
Advertisement

Jalur Hiking Merapi di Argobelah Klaten Kian Beragam dengan Panorama Menarik
Advertisement
Berita Populer
- Masyarakat Diminta Meneladani Nilai Luhur Ki Demang Cokrodikromo
- Bantul Lakukan Pemasangan Elektrifikasi Pertanian di 101 Titik Lahan
- Tak Hanya Tempat Wisata Religi, Petilasan Gunung Gambar Juga Jadi Sentra Kopi di Gunungkidul
- Penertiban di Pantai Drini: Warga Diberi Waktu hingga 15 Juli Membongkar Mandiri
- Sheila On 7 Bakal Ramaikan JVWF Musicfest 2025 di Lapangan GSP UGM
Advertisement
Advertisement