Advertisement
Relawan Gelar Aksi Keprihatinan Terhadap Kondisi Orangutan
Sejumlah relawan menggunakan topeng dan baju Orangutan saat aksi Save Orangutan Tapanuli di Bundaran UGM, Sleman, Jumat (20/9/2019). - Harian Jogja/Gigih M. Hanafi.
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Sejumlah relawan dari Centre for Orangutan Protection menggelar aksi kepedulian terhadap ekosistem Orangutan di Bundaran UGM, Jumat (20/9/2019). Mereka menyampaikan keprihatinan terhadap kondisi Orangutan.
Pendiri Centre for Orangutan Protection Hardi Baktiantoro menjelaskan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatra dan Kalimantan, yang sebagian besar terjadi di lahan gambut terus berulang. Dampaknya sangat serius tidak hanya bagi kesehatan masyarakat dan transportasi masyarakat namun juga kondisi fauna seperti Orangutan.
Advertisement
“Kebakaran hutan ini seringkali dilakukan di kawasan yang menjadi habitat Orangutan. Deforestasi untuk membuka perkebunan sawit adalah ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup orangutan,” katanya di sela-sela aksi, Jumat (20/9/2019).
Ia menambahkan, kongres primata yang dilaksanakan di Jogja menjadi momentum untuk kampanye guna mengubah cara pandang untuk berpihak pada primata, termasuk pada Orangutan Tapanuli atau Pongo Tapanuliensis. Apalagi spesies yang baru terindentifikasi ini justru langsung terancam oleh pembangunan bendungan untuk PLTA.
BACA JUGA
Kerusakan lingkungan yang berdampak pada kondisi Orangutan terus terjadi karena para pegiat konservasi alam, baik pemerintah, akademisi, ilmuwan dan LSM cenderung memberikan toleransi dengan berbagai alasan. “Termasuk alasan atas nama investasi untuk menggerakkan perekonomian dan pembangunan,” ucapnya.
Akibat berbagai aktivitas yang menimbulkan kerusakan lingkungan membuat spesies langka, Pongo Tapanuliensis terancam punah, saat ini hanya tersisa kurang dari 800 ekor. Organisasi lokal maupun internasional telah melakukan berbagai macam protes untuk melindungi Orangutan seperti Orangutan Information Centre (OIC) dan Center of Orangutan Protection (COP), and Mighty Earth.
“Termasuk The International Union for Conservation of Nature, pemerintah dan badan ahli masyarakat sipil terkemuka dalam konservasi spesies, menyerukan moratorium pada semua proyek yang berdampak pada punahnya Orangutan Tapanuli,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
2 Jaksa Kejari Hulu Sungai Utara Diduga Memeras, Ini Jumlahnya
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement




