Advertisement

Perajin Sablon Kaus Keluhkan Minimnya Penjualan

Rahmat Jiwandono
Rabu, 25 September 2019 - 14:12 WIB
Yudhi Kusdiyanto
Perajin Sablon Kaus Keluhkan Minimnya Penjualan Ilustrasi Pameran UMKM. - Harian Jogja/Gigih M. Hanafi

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Sejumlah pengusaha sablon di Gunungkidul mengeluhkan belum maksimalnya penjualan kaus khas Bumi Handayani. Perkembangan pariwisata yang cukup pesat belum dibarengi penguatan sektor usaha kecil menengah (UKM) termasuk sablon kaus. Sejauh ini wisatawan tidak banyak membeli oleh-oleh asli Gunungkidul.

"Kalau di daerah lain seperti di Pulau Bali, UKM sablon lokal sudah bisa menjual produk asli Bali," kata seorang pengusaha sablon kaus asal Kota Wonosari, Aji Putra Pamungkas, Rabu (25/9/2019).

Advertisement

Menurut dia apabila wisatawan membeli oleh-oleh dan souvenir akan menunjang sektor pariwisata. Ia berharap wisatawan yang datang tidak hanya singgah tetapi juga membelanjakan uangnya untuk membeli produk UKM yang dijajakan. "Dengan membeli produk berarti membantu kehidupan para pelaku usaha," kata dia.

Ia menyatakan hasil produk kaus yang ada saat ini ialah kaus Gunungkidul alias Gundul. Menurutnya, belum ada perajin sablon yang membuat kaus khas asli Gunungkidul seperti merek Gundul. Diakuinya, kendala yang dihadapi untuk memasarkan produknya yaitu orang-orang lebih sering membuat kaus di luar Gunungkidul dan juga belum adanya wadah untuk memasarkan produk-produk UKM. "Contohnya untuk pusat oleh-oleh di Bali ada Krisna yang mengambil dari para UKM lokal di sana," ujarnya.

Kepala Bidang Usaha Kecil dan Menegah (UKM) Dinas Koperasi dan UKM Gunungkidul, Sutaryana, mengungkapkan jajarannya mengadakan pendidikan dan pelatihan (diklat) untuk 30 perajin sablon kaus. Diklat ini bertujuan untuk mengembangkan UKM sablon yang sudah ada. "Bukan hanya yang sudah punya usaha sablon, tapi juga melibatkan warga yang berniat untuk belajar menyablon," kata Sutaryana, Rabu.

Sutaryana menegaskan ke depan sablon kaus dapat dijual di tempat wisata. Desain yang dijual di tempat wisata sepenuhnya menjadi kebebasan para perajin. "Terserah desainnya mau seperti apa tapi peluangnya di wisata," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Setelah Lima Hari, 2 Wisatawan yang Berenang di Zona Hahaya Pangandaran Ditemukan Tewas

News
| Rabu, 24 April 2024, 20:07 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement