Advertisement

Siapa Bilang di Perkotaan Tak Ada Upacara Wiwitan? Ini Dia Buktinya

Lugas Subarkah
Minggu, 15 Desember 2019 - 18:07 WIB
Arief Junianto
Siapa Bilang di Perkotaan Tak Ada Upacara Wiwitan? Ini Dia Buktinya Warga Kelurahan Rejowinangun, Kecamatan Kotagede, Kota Jogja menggelar upacara wiwitan, Sabtu (14/12/2019)./Harian Jogja - Lugas Subarkah

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Upacara wiwitan atau acara adat Jawa yang dilakukan menjelang panen ternyata tidak hanya ada di perdesaan. Di Kelurahan Rejowinaganun, Kecamatan Kotagede, warga dengan antusias menggelar wiwitan di sawah yang masih mereka miliki, Sabtu (14/12/2019) sore.

Dibalut cuaca mendung, puluhan warga yang telah berdandan dengan pakaian petani, lengkap dengan tabuhan rebana dan juga memedi sawah. Mereka membawa beberapa makanan tradisional seperti tumpeng, jajanan dan nasi gurih, ingkung, tahu, tempe dan lainnya.

Advertisement

Mereka menggelar pawai sepanjang beberapa meter sampai pada lokasi sawah. Sesampainya di lokasi, warga duduk di sekitar sawah dan mbah kaum melaksanakan ritual dengan berdoa dilanjutkan memotong sebagian padi yang sudah siap panen. Beberapa peralatan yang disediakan seperti kendil berisi air, bunga mawar, kemenyan serta kain jarik.

Setelah ritual selesai, mbah kaum mempersilakan warga menyantap bersma makanan yang menjadi uba rampe wiwitan. Warga pun makan bersama dengan lesehan di sekitar sawah, mirip seperti budaya petani yang sederhana dan bersahaja.

Kabid Adat Seni Budaya Dinas Kebudayaan Kota Jogja, Mukti Wulandari, menjelaskan upacara ini merupakan salah satu upaya melestarikan adat tradisi yang berlangsung lama dari nenek moyang. "Kami berkewajiban melestarikan budaya itu. Jangan sampai berjalannya waktu era milenial lupa asal usul dan adat tradisi yang sudah ada," ujarnya, Sabtu.

Menurutnya, wiwitan mengandung filosofi luar biasa, bagaimana masyarakat memohon pada Tuhan untuk panen raya padi yang telah ditanam dan bermanfaat bagi manusia. "Perlu dikembangkan jangan sampai Kota Jogja penuh beton. Jangan sampai anak-anak kalau mau lihat padi harus pergi ke Bantul atau Sleman," katanya.

Selain itu, dalam wiwitan juga mengingatkan manusia untuk terus melestarikan alam. “Ini juga jadi bentuk ungkapan syukur. Meski ini kemarau panjang, tapi padi masih tumbuh subur yang merupakan anugerah Tuhan,” kata dia

Ketua Forum Rintisan Kelurahan Budaya (RKB) Kota Jogja, Susanto Dwi Antoro, berharap warga bisa lebih mempromosikan kegiatan ini karena kegiatan ini bisa menjadi agenda selain nguri-uri kabudayan tapi juga dikemas untuk pariwisata. "Kami mengapresiasi upacara tradisi lainnya seperti tedak siten, teresan, mendem ari-ari dan lainnya yang hari ini wajib dikenalkan pada anak cucu, sehingga ke depan adat tradisi masih bisa ngrembaka [terus berkembang] dan wajib dipertahankan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Polri Siapkan Pompa Air Antisipasi Banjir di Tol Saat Arus Mudik

News
| Selasa, 19 Maret 2024, 00:07 WIB

Advertisement

alt

Ribuan Wisatawan Saksikan Pawai Ogoh-Ogoh Rangkaian Hari Raya Nyepi d Badung Bali

Wisata
| Senin, 11 Maret 2024, 06:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement