Advertisement
Proyek Infrastruktur di Jogja Makin Masif, Perempuan Paling Rentan Jadi Korban

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Perempuan terdampak pembangunan infrastruktur dinilai rentan mengalami kekerasan dan ketidakadilan gender. Hal itu terungkap dalam Workshop Pemberitaan Berbasis Gender pada Perempuan Terdampak Pembangunan Infrastruktur di Auditorium Kampus Univeristas Islam Indonesia (UII), Jalan Cik Di Tiro, Kota Jogja, Rabu (15/1/2020).
Direktur Rifka Annisa Women’s Crisis Center, Defirentia One Muharomah mengungkapkan dampak negatif dan ketidakadilan berbasis gender yang kerap menimpa perempuan saat ada proyek infrastruktur di wilayahnya antara lain tidak dilibatkannya mereka dalam perencanaan pembangunan.
Advertisement
Proyek pembangunan kata dia juga berpotensi meminggirkan perempuan serta kelompok rentan lainnya karena acap kali menghilangkan mata pencaharian. Contohnya kasus pembangunan Yogyakarta International Airport (YIA) di Kulonprogo yang menghilangkan sumber penghasilan perempuan petani di pesisir lantaran lahan tergusur bandara.
Kondisi tersebut lebih jauh membuka peluang munculnya hal-hal buruk seperti kehilangan pekerjaan, kemiskinan baru, potensi perempuan terjerumus ke dalam prostitusi hingga perdagangan manusia. “Perempuan terjebak dalam prostitusi untuk bertahan hidup,” kata Defirentia One Muharomah, kemarin dalam workshop yang digelar oleh Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN), Univeristas Islam Indonesia (UII) dan Rifka Annisa Women’s Crisis Center tersebut .
Pembangunan infrastruktur kata dia tidak menjamin perempuan bisa bekerja seperti semula. “Biasanya hanya sekitar 40 persen lowongan pekerjaan yang bisa diakses perempuan,” kata dia.
Jurnalis The Jakarta Post, Bambang Muryanto, menceritakan pengalamannya meliput warga terdampak pembangunan YIA.
Dikatakannya, ketika sebuah tanah diambil untuk dibangun infrastruktur, konsekuensinya terjadi kerusakan lingkungan dan berkurangnya daerah tangkapan air hujan.
“Padahal perempuan dengan sistem reproduksinya adalah pengguna air paling banyak. Perempuan dalam struktur patriarki juga paling rentan, karena mereka yang mengurus anak dan keluarganya,” jelas Bambang.
Dosen Ilmu Komunikasi UII, Mutia Dewi, mengatakan pembangunan idealnya memberdayakan masyarakat. Kuncinya kata dia, pemerintah menguatkan potensi yang ada di masyarakat. Dalam kasus di Kulonprogo, pertanian menjadi salah satu potensi ekonomi di wilayah pesisir. Pembangunan kata dia juga harus menimbulkan ekonomi yang berkelanjutan bagi kehidupan warga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Presiden Prabowo dan Pangeran MBS Serukan Global Lakukan Aksi Nyata untuk Perdamaian Dunia
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Masih Ada Sekolah Negeri Kekurangan Siswa di Kota Jogja, Hasto Wardoyo Upayakan Peningkatan Kualitas
- Tol Jogja-Solo Ruas Klaten-Prambanan Resmi Dibuka, Jasamarga Pastikan Telah Mengantongi Sertifikat Laik Operasi
- Lowongan Kerja PMI DIY: Ini Formasi dan Syarat Pendaftarannya
- Kemarau Basah Bikin Jasa Pengiriman Air di Gunungkidul Sepi Orderan
- Tol Jogja-Solo Ruas Klaten-Prambanan Masih Gratis, PT JMJ Tunggu Keputusan Menteri PU Soal Tarif
Advertisement
Advertisement