Advertisement

Kuota Pupuk Bersubsidi Merosot, DPP Gunungkidul Minta Petani Gunakan Pupuk Organik

Muhammad Nadhir Attamimi
Rabu, 22 Januari 2020 - 20:07 WIB
Yudhi Kusdiyanto
Kuota Pupuk Bersubsidi Merosot, DPP Gunungkidul Minta Petani Gunakan Pupuk Organik Pupuk bersubsidi - Ilustrasi/JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDULDinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul berharap para petani di Gunungkidul bisa menyikapi kebijakan Pemerintah Pusat yang memangkas alokasi pupuk bersubsidi tahun ini. Untuk menyiasati kekurangan pupuk, DPP meminta para petani menggunakan pupuk organik.

"Petani bisa memperbanyak pupuk organik atau menggunakan pupuk nonsubsidi jika masih kurang," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan DPP Gunungkidul, Raharjo Yuwono, saat ditemui Harian Jogja, Rabu (22/1/2020).

Advertisement

Raharjo mengungkapkan penurunan jumlah alokasi pupuk subsidi berbeda-beda. Ia mencontohkan pupuk Urea yang sebelumnya dialokasinya 9.069 ton, pada 2020 hanya dijatah 7.092 ton. Pupuk subsidi lainnya seperti jenis SP-36 alokasi di 2019 sebanyak 886 ton, tahun ini turun menjadi 667 ton; untuk ZA dari 1.620 ton turun menjadi 540 ton. Penurunan alokasi juga berlaku untuk jenis NPK dari sebelumnya 5.481 ton menjadi 4.147 ton di 2020. "Kuota untuk semua jenis pupuk bersubsidi di Gunungkidul turun," ujarnya.

Raharjo berharap penurunan alokasi pupuk ini tak mengganggu produktivitas para petani. Menurutnya, petani harus bisa menyiasati penurunan kuota dengan penggunaan pupuk jenis lain. "Untuk distribusi pupuk bersubsidi kepada kelompok tani dilakukan dengan sistem tertutup," ujarnya.

Penurunan jatah ini, menurut Raharjo, tak memengaruhi sistem distribusi kepada kelompok tani di Gunungkidul. Semua proses distribusi mengikuti kebutuhan kelompok tani dengan mengukur alokasi yang ada. DPP juga tidak khawatir dengan adanya alokasi pupuk bersubsidi. Sebab, petani di Gunungkidul mampu menyiasati kekurangan pupuk bantuan dengan penggunaan pupuk organik. "Petani rata-rata punya hewan ternak, di mana kotorannya bisa digunakan sebagai pupuk organik,” kata Raharjo.

Selain itu, petani juga memiliki asosiasi pupuk organik yang bisa menyediakan atau mengolah pupuk kandang menjadi kompos. "Sebagian besar petani di Gunungkidul hanya menanam padi sekali dalam setahun, dan sisanya mereka menanam palawija, di mana kebutuhan pupuk hanya 1/3 dari kebutuhan pupuk untuk padi," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Ada Kabel Semerawut, ORI DIY: Laporkan!

Ada Kabel Semerawut, ORI DIY: Laporkan!

Jogjapolitan | 10 hours ago

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Jadi Markas Pungli Pegawai KPK, 2 Rutan Ditutup

News
| Jum'at, 26 April 2024, 23:47 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement