Kuota Pupuk Bersubsidi Merosot, DPP Gunungkidul Minta Petani Gunakan Pupuk Organik
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul berharap para petani di Gunungkidul bisa menyikapi kebijakan Pemerintah Pusat yang memangkas alokasi pupuk bersubsidi tahun ini. Untuk menyiasati kekurangan pupuk, DPP meminta para petani menggunakan pupuk organik.
"Petani bisa memperbanyak pupuk organik atau menggunakan pupuk nonsubsidi jika masih kurang," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan DPP Gunungkidul, Raharjo Yuwono, saat ditemui Harian Jogja, Rabu (22/1/2020).
Advertisement
Raharjo mengungkapkan penurunan jumlah alokasi pupuk subsidi berbeda-beda. Ia mencontohkan pupuk Urea yang sebelumnya dialokasinya 9.069 ton, pada 2020 hanya dijatah 7.092 ton. Pupuk subsidi lainnya seperti jenis SP-36 alokasi di 2019 sebanyak 886 ton, tahun ini turun menjadi 667 ton; untuk ZA dari 1.620 ton turun menjadi 540 ton. Penurunan alokasi juga berlaku untuk jenis NPK dari sebelumnya 5.481 ton menjadi 4.147 ton di 2020. "Kuota untuk semua jenis pupuk bersubsidi di Gunungkidul turun," ujarnya.
Raharjo berharap penurunan alokasi pupuk ini tak mengganggu produktivitas para petani. Menurutnya, petani harus bisa menyiasati penurunan kuota dengan penggunaan pupuk jenis lain. "Untuk distribusi pupuk bersubsidi kepada kelompok tani dilakukan dengan sistem tertutup," ujarnya.
Penurunan jatah ini, menurut Raharjo, tak memengaruhi sistem distribusi kepada kelompok tani di Gunungkidul. Semua proses distribusi mengikuti kebutuhan kelompok tani dengan mengukur alokasi yang ada. DPP juga tidak khawatir dengan adanya alokasi pupuk bersubsidi. Sebab, petani di Gunungkidul mampu menyiasati kekurangan pupuk bantuan dengan penggunaan pupuk organik. "Petani rata-rata punya hewan ternak, di mana kotorannya bisa digunakan sebagai pupuk organik,” kata Raharjo.
Selain itu, petani juga memiliki asosiasi pupuk organik yang bisa menyediakan atau mengolah pupuk kandang menjadi kompos. "Sebagian besar petani di Gunungkidul hanya menanam padi sekali dalam setahun, dan sisanya mereka menanam palawija, di mana kebutuhan pupuk hanya 1/3 dari kebutuhan pupuk untuk padi," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dinas Kebudayaan Gelar Malam Anugerah Kebudayaan dan Launching Aplikasi SIWA
- Pemkab Bantul Kembali Bagikan 250 Pompa Air Berbahan Bakar Gas ke Petani
- KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
- Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
Advertisement
Advertisement