Menghilang, Mbah Rubingah Masih Dicari
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN- Setelah sempat viral karena menjadi korban kekerasan di Pasar Gendeng Madurejo Prambanan, Senin (20/1/2020) lalu, kini Mbah Rubingah menghilang. Diketahui, nenek berusia 64 tahun tersebut meninggalkan rumahnya pada Selasa (21/1/2020).
Kepala Dukuh Kranggan I Jogotirto Berbah Sleman, Suharmadi mengatakan sejak kemarin ia dan sejumlah warga mencari keberadaan Rubingah. Namun hingga Kamis (23/1/2020) siang ini, Rubingah belum juga ditemukan.
Advertisement
"Saya sudah mencari ke mana-mana juga belum ditemukan. Hari ini saya susuri sekitar Piyungan juga belum ditemukan. Sudah saya sebar ke medsos juga," kata Suharmadi kepada Harian Jogja, Kamis (23/1/2020).
Selain menyisir wilayah sekitar Berbah, ia dan sejumlah warga juga menyisir lokasi-lokasi yang dimungkinkan dilewati oleh mbah Rubingah. Dia berharap masyarakat yang mengetahui keberadaan Rubingah segera mungkin melaporkan ke aparat kepolisian atau langsung diantarkan ke rumahnya di Dukuh Kranggan II Jogotirto Berbah.
"Biasanya jalan kaki. Mohon dengan sangat jika mengetahui keberadaan Mbah Rubingah bisa memberitahu kami atau yang mengetahui rumahnya bisa diantar langsung," kata Suharmadi.
Hal senada disampaikan oleh Kasi Humas Polsek Prambanan Aiptu Ahmad Mukhlis. Menurutnya sampai saat ini pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang menimpa Rubingah statusnya masih sebagai saksi. "Kami belum bisa meminta keterangan Rubingah karena masih dalam pencarian," ujarnya.
Hingga kini, pihak kepolisian masih fokus mencari kebenaran Rubingah sebelum menuntaskan kasus tersebut. "Belum ada perkembangan. Fokus masih mencari keberadaan Rubingah. Belum ada laporan termasuk keluarga juga belum [ditemukan]," katanya.
Sebelumnya diberitakan telah terjadi aksi kekerasan yang menimpa nenek Rubingah karena diduga mengutil di Pasar Gendeng Madurejo Prambanan, menjadi viral.
Rubingah usianya sekitar 64 tahun. Selama ini ia tinggal di Dukuh Kranggan II Desa Jogotirto Berbah. Puluhan tahun dia hidup menyendiri di sebuah rumah "tak layak". Disebut tak layak, meskipun dinding rumahnya terbuat dari dinding bata, namun kondisi di dalamnya sangat memprihatinkan.
Tidak ada dipan atau ranjang yang layak, tidak ada kursi apalagi sofa yang empuk di dalamnya. Pintu gerbang rumahnya hanya terbuat dari bambu yang dikunci menggunakan gembok mungil. Di halaman depan rumah itu banyak disesaki dengan berbagai macam material. Mulai batu, kayu, genteng dan barang bekas lainnya. Benda-benda itu hanya digeletakkan begitu saja, tidak terawat.
Di bagian belakang rumah tambah menyesakkan. Ada sebuah lobang dangkal yang menyerupai sumur. Ruang dapur juga tanpa perabotan. Di belakang rumah itu ada juga sedikit ruangan yang penuh dengan bekas pembakaran dupa.
Puluhan tahun lamanya, Rubingah hidup tanpa listrik. Praktis tidak ada lampu, perabotan elektronik lainnya di rumah itu. Untuk mendapat pencahayaan saat malam, Rubingah sedikit membuka pintu bagian depan rumahnya. Pintu itu dibuka agar sinar lampu di jalan kampung bisa sedikit menyelinap ke dalam rumah.
Rubingah harus menghidupi dirinya sendiri setelah cerai dengan suaminya, Jamal. Jamal bersama putri sematawayang mereka, Wiwin, merantau ke tanah Sumatera. Itu terjadi sekitar 30 tahun yang lalu. Melihat kondisinya, menjadi seorang janda, penghasilan tidak menentu dan hidup dalam tekanan ekonomi yang berat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kapanewon Gamping Sleman Bentuk Satgas Pengelolaan Sampah
- Santer Kabar Ratusan Kader Membelot, Begini Penjelasan DPD PAN Sleman
- Pemkab Tegaskan Tak Ada Penyertaan Modal kepada Aneka Dharma untuk Proyek ITF Bawuran
- Warga Keluhkan Pembakaran Sampah oleh Transporter, DLH Bantul Siap Bertindak
- 2 Sekolah di Kulonprogo Ini Berpotensi Terdampak Pembangunan Tol Solo-Jogja-YIA
Advertisement
Advertisement