Advertisement
Jualan Sejak Subuh, Daging Sapi Hanya Laku Sekilo

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dampak merebaknya antraks beberapa waktu lalu masih dirasakan sejumlah pedagang. Di sejumlah pasar tradisional di Gunungkidul, penjualan daging sapi masih lesu.
Waginem, 64, seorang pedangan daging sapi di Pasar Argosari, Wonosari, mengaku harus memutar otak untuk menjual dagangannya. Menurut perempuan asal Desa Ngebrak, Kecamatan Semanu ini, sejak wabah antraks merebak, penjualannya terus merosot. Bahkan meski mulai berjualan pada subuh, dia hanya mampu menjual satu kilogram daging setiap harinya.
"Kami benar-benar menangis kalau kondisinya seperti ini terus. Saya berjualan mulai pukul 03.00 WIB dan sampai pukul 11.00 WIB hanya bisa menjual satu kilogram daging saja. Kondisi ini terjadi hampir setiap hari," kata Waginem saat ditemui Harian Jogja, Sabtu (22/2/2020).
Waginem mengungkapkan sejak kasus antraks mencuat pada Januari lalu, penjualan daging terus menurun. Pedagang sangat merasakan dampaknya. Bahkan, jika biasanya setiap ke pasar membawa daging cukup banyak, namun belakangan ini hanya membawa seadanya saja. "Masyarakat masih takut membeli daging sehingga menjualan sepi dan omzet pedagang juga menurun," ujarnya.
Kondisi seperti itu, menurut Waginem, dirasakan semua pedagang. Bahkan saking sepinya pembeli, beberapa pedagang memilih tutup lebih cepat. Untuk harga, meski jumlah pembeli merosot, pada pedagang tetap mempertahankan harga di kisaran Rp120.000/ kilogram. "Kasus antraks membuat masyarakat khawatir dan takut membeli daging. Padahal daging yang kami jual berasal dari sapi yang sehat," ujarnya.
Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gunungkidul, Virgilio Soriano, tak menampik jika tingkat konsumsi daging di masyarakat Gunungkidul masih cukup rendah. Jajarannya bersama Pemkab Gunungkidul tidak akan tinggal diam melihat kondisi ini.
Salah satu langkah utama yang perlu dilakukan pemerintah, menurut Virgilio, dengan mengembalikan dan memulihkan kepercayaan masyarakat untuk kembali mengonsumsi daging yang dijual di pasaran pasca merebaknya kasus antraks. "Sampai saat ini belum stabil, kami masih berusaha untuk menyetabilkan tingkat kepercayaan masyarakat untuk membeli daging," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Pengin Nikmati Air Terjun Swiss dan Kebun Tulip ala Belanda, Objek Wisata Ini Cocok untuk Anda
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement