Advertisement
Bedah Rumah Dinilai Efektif Tingkatkan Gotong Royong

Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO - Program bedah rumah yang selama ini dilakukan setiap minggu di Kulonprogo dinilai termasuk dalam implementasi revolusi mental. Hal ini juga ditengarai efektif dalam mempertahankan tradisi gotong royong.
Hal itu disampaikan Kepala BKKBN RI, Hasto Wardoyo ketika memberi bantuan 10 paket bedah rumah tidak layak huni (RTLH) di Dusun Pantok Wetan, Kalurahan Banjaroya, Kapanewon Kalibawang, pada Minggu (1/3/2020). Kali ini, Hasto hadir bukan sebagai Bupati Kulonprogo seperti tahun lalu, namun sebagai donatur bedah rumah bersama Alumni FK UGM 1983 dan Bank BPD DIY.
Advertisement
Program bedah RTLH merupakan program yang ia inisiasi semasa masih menjabat sebagai Bupati Kulonprogo sebelum diberi mandat untuk jadi pimpinan BKKBN. Hasto mengapresiasi program ini terus berjalan dan dapat memberi pembelajaran bagi warga Kulonprogo untuk saling membantu.
"Visi bedah rumah itu revolusi mental untuk kita semua membantu yang lemah, apalagi dalam prosesnya juga mengikutsertakan warga dan anak-anak sekolah," kata dia. Kali ini, sejumlah 30 siswa dari SMPN 1 Kalibawang turut serta dalam bedah rumah.
Dalam kegiatan ini, 10 rumah yang dibedah terdiri dari dua rumah di Kokap, satu rumah di Sentolo, satu di Wates, satu di Panjatan, dua di Nanggulan, dua di Girimulyo, dan satu di Kalibawang. Masing-masing pemilik rumah tersebut diberi bantuan dengan besaran Rp15 juta dari Bank BPD DIY dan Rp5 juta dari Alumni FK UGM 1983.
Hasto menyoroti dalam satu bedah rumah tidak mungkin cukup dari dana bantuan yang sudah diberikan. Warga sekitar dan tim bedah rumah pasti akan melakukan pencarian dana tambahan melalui iuran sebagai bentuk gotong royong. "Pasti ada uang pancingan itu untuk gotong royong, makanya kami apresiasi sekali bagi segenap pihak yang juga turut mau membantu," kata dia.
Dul Jabar, 76, pemilik rumah yang Minggu pagi ini dibedah menuturkan rasa syukurnya karena telah dibantu. Rumahnya telah beberapa tahun terakhir mengalami kebocoran di beberapa titik, namun ia tak kunjung dapat memperbaikinya lantaran tidak memiliki penghasilan tetap.
Mantan penderes legen ini kini menjadi petani, namun sudah tidak seaktif dulu saat menderes legen. "Saya pernah jatuh dari pohon setinggi 15 meter, untung masih sehat, tapi oleh dokter sudah tidak boleh nderes," kata Dul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Wamendes: Koprasi Merah Putih Jangan Mematikan Usaha di Desa yang Sudah Ada
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- Gelar FGD, Pemkab Gunungkidul Pastikan Implementasi JKN Semakin Baik
- Jelang Kurban, Ternak di Gunungkidul Wajib Kantongi Surat Kesehatan Hewan
- Soal Kelanjutan Rencana Pengembangan Wisata Malam Parangtritis, Begini Kata Dispar DIY
- Jalan Tegalsari-Klepu Kokap Penghubung YIA-Borobudur Hanya Diperbaiki 4 Kilometer, Ini Alasannya
- Pendaftar Sekolah Rakyat Sonosewu dan Purwomartani Tembus 700 Orang, Dinsos Gelar Verifikasi Lapangan
Advertisement