Advertisement

DIY Terimbas Corona, Harga Daging Ayam Kini Tinggal Rp26.000 per Kilogram

Muhammad Nadhir Attamimi
Senin, 06 April 2020 - 16:57 WIB
Bhekti Suryani
DIY Terimbas Corona, Harga Daging Ayam Kini Tinggal Rp26.000 per Kilogram Ilustrasi daging ayam. - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUGNKIDUL- Harga ayam potong di Pasar Argosari, Wonosari, sejak sepekan terakhir anjlok signifikan. Walau demikian, anjloknya harga tersebut dibarengi dengan keluhan para pedagang di pasar jika pembeli sangat sepi belakangan ini.

Informasi yang berhasil dihimpun, harga ayam potong dipasaran di hari biasanya berada di kisaran Rp32.000 per kilogramnya, namun sejak anjloknya, harganya hanya berkisar Rp26.000 per kilogramnya.

Advertisement

"Walaupun harga ayam sedang murah tapi pembeli masih saja sepi," kata Mukiyem salah seorang pedagang ayam asal Desa Siraman, Kecamatan Wonosari, Senin (6/4/2020).

Mukiyem menjelaskan pedagang merasakan adanya penurunan ayam hampir terjadi setiap harinya. Bahkan dirinya yang mana bisa mencapai 150 kg per harinya, kini hanya mencapai puluhan kg saja. Menurut dia, murahnya harga-harga ayam tersebut diimbangi juga harga dari tengkulak yang mengalami penurunan yang cukup signifikan dari peternak.

"Sepinya pembeli mungkin karena banyak warung-warung yang memilih tutup ditengah Corona. Jadi kalau pedagang berhasil menjual ayam sampai 100 kg, itu sudah bagus sekali," paparnya.

Menurut Mukiyem, pandemi corona diduga menjadi penyebab selama ini pembeli di pasar menjadi sepi. Sebab, selama pandemi ini, pedagang tidak hanya merasakan pembeli ayam sepi, melainkan hampir semua bahan pokok mengalami sepi pembeli.

"Sepi sudah lumayan lama terjadi, sejak maraknya informasi Corona, pembeli mulai sepi datang ke pasar," kata dia.

Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gunungkidul Yuniarti Ekoningsih tak menampik harga ayam potong seminggu terakhir ini mengalami penurunan. Menurut dia hal tersbut imbas dari permintaan dipasar turut mengalami penurunan.

Menurut dia beberapa faktor penyebab diantaranya permintaan yang berkurang karena tidak adanya pertemuan-pertemuan yang mengaharuskan olahan ayam hingga rumah makan nanyak yang sudah tutup. "Rumah makan tutup, pertemuan tidak ada jadinya tidak laku," ujarnya.

Sedangkan, lanjut dia, umur masa panen ayam sudah mulai. "Umur panen sudah tiba, jadi banting harga daripada cost produksi tambah besar," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kuta Selatan Bali Diguncang Gempa Berkekuatan Magnitudo 5,0

News
| Jum'at, 26 April 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement