Advertisement

Tak Ada Penumpang, Agen Bus di Sleman Gigit Jari

Hafit Yudi Suprobo
Rabu, 29 April 2020 - 02:17 WIB
Nina Atmasari
Tak Ada Penumpang, Agen Bus di Sleman Gigit Jari Agen penjualan tiket bus yang ada di Kranggan, Bokoharjo Prambanan, Sleman, Selasa (28/4/2020). - Harian Jogja/Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN-- Agen bus antar kota antar provinsi (AKAP) maupun travel terpaksa harus menelan pil pahit di tengah pandemi Covid-19 ini. Omzet mereka menurun hampir 100 persen dikarenakan sejumlah wilayah menerapkan pembatasan sosial berskala besar dan diperparah dengan aturan pemerintah yang melarang mudik bagi warganya per Jumat (24/6) lalu.

Ketua Paguyuban Agen Bus Malam Prambanan Nur Effendi, 63, warga Kranggan, Bokoharjo, Prambanan, Sleman mengatakan jika omzet agen bus yang ada di Bokoharjo Prambanan Sleman dan berlokasi tepat di depan Candi Prambanan tersebut saat ini pendapatannya nihil karena tidak ada penumpang sama sekali.

Advertisement

"Penurunan sudah mulai terasa sejak wilayah Jabodetabek dilakukan PSBB, kemudian ditambah lagi larangan pemerintah untuk mudik, alhasil kami tidak ada pendapatan sama sekali dari tiket bus AKAP, omzetnya turun sekitar 100 persen," ujar Nur Effendi, Selasa (28/4/2020).

Sejak ditetapkannya PSBB di Jakarta pada 10 Maret lalu, angka penurunan penumpang yang naik di agen bus yang ada di Bokoharjo mulai terasa. Kemudian, penurunan diperparah sejak ada larangan pemerintah untuk mudik dan dikeluarkannya Permenhub nomor 25/2020.

"Februari itu masih ada satu dua penumpang yang naik, namun setelah Jakarta ditetapkan PSBB dan larangan pemudik yang diinisiasi oleh pemerintah, akhirnya jumlah penumpang di kami menjadi nihil," ungkap pensiunan ASN ini.

Ia dan pemilik agen bus yang berjumlah sekitar 12 agen di bawah naungan paguyuban agen bus malam Prambanan saat ini harus gigit jari. Pasalnya, banyak dari pemilik agen yang menggantung nasib mereka dari hasil penjualan tiket bus malam maupun travel.

"Banyak dari mereka harus tutup, sebagian lainnya yang tersisa akhirnya beralih ke jualan apa saja yang bisa membuat dapur ngebul, toko saya juga saya buka karena memang ini bagian depan rumah saya, walaupun tidak ada yang beli tiket tetap saya buka," ungkapnya.

Jika dibandingkan masa lebaran tahun lalu, jumlah penumpang di tiap agen bus yang ada di Bokoharjo, Prambanan, Sleman bisa mencapai 50 sampai dengan 60 orang per harinya. Untuk lebaran tahun ini sangat berbeda di tengah pandemi Covid-19.

"Tiap agen bisa mengantarkan penumpang sebanyak 50 sampai 60 orang ke berbagai daerah mulai dari Jabodetabek, Jawa, hingga Sumatera, kali ini benar-benar tidak ada penumpang, PO juga banyak yang mengeluh karena tidak ada orderan," jelasnya.

Lebih lanjut, Nur beserta 10 agen bus sisanya biasanya bisa mengantongi keuntungan dari bagi hasil tiket antara PO dan agen bus. Untuk trayek Sumatera bagi hasilnya biasanya di kisaran Rp20.000 per tiket yang berhasil dijual oleh Nur dan jawatannya.

"Untuk trayek Jabodetabek biasanya kami hanya mengambil keuntungan sebesar Rp10.000 sampai Rp15.000 per tiketnya, dalam satu bulan kami biasanya mengantongi uang sebesar Rp2,5 sampai Rp3 juta dari hasil penjualan tiket, kalau lebaran akan lebih dari itu omzetnya," tandasnya.

Agen penjualan tiket bus lainnya, Supri, 56, warga Kranggan Bokoharjo, Prambanan, Sleman juga harus menutup lapak agen busnya karena tidak adanya penumpang. Supri harus rela banting stir jualan pulsa handphone dan pulsa elektronik lainnya demi mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari.

"Tidak ada penghasilan sama sekali, apalagi semenjak bus AKAP tidak ada penumpang sama sekali, penumpang saya kebanyakan untuk tujuan wilayah Bandung dan sekitarnya, sekarang sudah nihil sama sekali tidak ada," ungkap Bapak tiga orang anak ini.

Alhasil, demi mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari ia rela berjualan pulsa agar dapur tetap bisa mengebul. Walaupun keuntungannya tidak banyak, Supri tetap nekad jualan daripada mengemis di jalanan.

"Akhirnya saya jualan pulsa, walaupun keuntungannya ya bisa dikatakan sedikit sekali, daripada tidak ada pemasukan sama sekali, kebetulan anak-anak saya sudah ada yang kerja, walaupun ada yang masih kuliah," ungkapnya.

Supri mengharapkan agar pendemi Covid-19 ini segera berakhir dan ia bisa berjualan tiket bus kembali. Pria paruh baya ini juga tidak lupa mengingatkan masyarakat agar selalu menggunakan masker dan melakukan protokol kesehatan lainnya agar terhindar dari Covid-19.

"Masyarakat juga jangan ngeyel agar pandemi Covid-19 ini cepat berlalu, saya bisa berjualan tiket lagi dan kehidupan masyarakat juga bisa berjalan dengan normal seperti sedia kala," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Jelang Lebaran, PLN Hadirkan 40 SPKLU Baru di Jalur Mudik untuk Kenyamanan Pengguna Mobil Listrik

News
| Jum'at, 29 Maret 2024, 11:07 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement