Advertisement

Cerita Difabel Menjadi Panitia Pemilu di Bantul

Hery Setiawan (ST18)
Sabtu, 20 Juni 2020 - 18:27 WIB
Budi Cahyana
Cerita Difabel Menjadi Panitia Pemilu di Bantul Ari Kurniawan - Harian Jogja/Hery Setiawan

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Upaya peningkatan partisipasi difabel dalam Pilkada Serentak 2020 perlu digalakkan. Seperti yang hendak dilakukan oleh Ari Kurniawan.

Ia adalah tuna daksa yang menjadi salah satu anggota Panitia Pemilihan Kabupaten (PPK) Kecamatan Sedayu. Selain bertugas sebagai bagian dari badan penyelenggara ad hoc, ia juga bertekad membawa masyarakat difabel sebagai suara yang patut diperhitungkan dalam pesta demokrasi.

Advertisement

Laki-laki yang akrab disapa Ari itu menyatakan rasa percaya dirinya sebagai anggota PPK. Kondisi fisik tidak menghalangi Ari menjalankan tugas secara maksimal. Terlebih, Ari sudah punya pengalaman yang cukup dalam menjalankan kerja-kerja sebagai anggota badan ad hoc. Tahun 2004 lalu, ia pernah menjadi anggota panitia pengawas kecamatan (panwascam). Sementara pada Pilpres 2019 kemarin, ia diamanahi menjadi ketua KPPS di wilayahnya.

"Saya tidak mengalami hambatan. Mungkin karena temen-temen sudah kenal dan tahu kebutuhan saya," ujarnya ketika ditemui Harian Jogja, Jumat (19/6/2020).

Menurutnya, pengertian antar masyarakat adalah faktor yang mampu membentuk lingkungan ramah difabel. Setiap orang mesti ditempatkan sesuai dengan keterampilannya. Namun, bukan berarti tujuannya untuk membedakan atau bahkan menurunkan tingkat tanggung jawab itu sendiri. Prinsip kerja organisasi adalah pembagian tugas yang tepat sasaran.

"Saya mungkin bisa ngetik, tapi enggak secepat yang lain, enggak bisa sepuluh jari. Makanya tugas saya bukan di situ. Saya masih bisa mengelola organisasi. Itulah yang sebenarnya harus diperhatikan. Jangan melihat dari sisi negatifnya saja," kata alumnus Antropologi UGM angkatan 1991 itu.

Ia menambahkan bahwa stigma negatif terhadap masyarakat difabel perlu dihilangkan. Masyarakat difabel pada intinya sama dengan yang lain. Seharusnya tidak perlu ada istilah "normal" atau "tidak normal". Masyarakat difabel juga punya hak untuk berpartisipasi dalam ranah publik, termasuk menggunakan hak politiknya.

Maka dari itu, ia bertekad mengajak semua masyarakat difabel untuk turut aktif dalam pesta demokrasi. Masyarakat difabel juga punya tingkat suara yang potensial. Ia berharap bakal paslon bisa mempehatikan keberadaan masyarakat difabel.

Dengan ikut menggunakan hak pilih, masyarakat difabel juga berperan dalam menciptakan kesejahteraan untuk mereka sendiri, mulai dari pendidikan inklusif, akses pelayanan kesehatan yang merata, dan akses informasi yang mudah dijangkau.

"Teman-teman difabel juga harus sadar akan haknya. Kalau kita diam terus, ya hidup kita akan seperti ini saja. Makanya kita juga harus aktif, kendati masih ada tantangan berupa stigma," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Selebgram Ini Bagikan Kondisi Putrinya yang Masih Balita Dianiaya oleh Pengasuh

News
| Jum'at, 29 Maret 2024, 22:37 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement