Advertisement

Cerita Sukses Perjalanan Satu Dekade Para Peneliti Nyamuk Ber-Wolbachia

Bernadheta Dian Saraswati
Rabu, 26 Agustus 2020 - 16:57 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Cerita Sukses Perjalanan Satu Dekade Para Peneliti Nyamuk Ber-Wolbachia Ilustrasi - Pixabay

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA - Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi salah satu penyakit mematikan di Indonesia. Berbagai pihak sudah mengerahkan tenaga dan dana untuk memberantas penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini.

Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk atau PSN digadang-gadang mampu menekan angka DBD. Namun nyatanya, kasus DBD masih ada, bahkan tinggi.

Advertisement

Diberitakan Harianjogja.com pada 23 Juni 2020, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendaloan Penyakit Dinas Kesehatan DIY, Berty Murtiningsih, menuturkan DBD memiliki siklus puncak setiap 4-5 tahunan. "Memang untuk tahun ini kemungkinan adalah puncak siklus, setelah terjadi puncak kasus pada 2016 lalu," ujarnya, Selasa (23/6/2020).

Bantul dan Gunungkidul menjadi wilayah dengan kasus terbanyak. Hingga Mei 2020, kasus DBD di tiap wilayah yakni di Kota Jogja sebanyak 235 kasus, Bantul 859, Kulonprogo 177, Gunungkidul 857 kasus dengan empat kasus meninggal dan Sleman 586 kasus dengan satu orang meninggal.

Tidak hanya PSN yang digaungkan pemerintah, kalangan akademisi juga bekerja keras untuk membuat terobosan agar kasus DBD dapat ditekan.

Hari ini, Rabu (26/8/2020), seakan ada angin segar bagi dunia kesehatan. Sebab, tim riset dari World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta atau yang dulu dikenal Eliminate Dengue Project (EDP-Yogyakarta), telah mengakhiri penelitiannya dengan hasil yang memuaskan.

Teknologi Wolbachia yang diciptakan diklaim mampu menurunkan kasus DBD di Kota Jogja hingga 77%. Penelitian ini telah melalui proses panjang, sekitar hampir 10 tahun atau satu dekade.

Baca Juga: Hore... Tim Riset Jogja Berhasil Turunkan Kasus DBD hingga 77% dengan Teknologi Wolbachia

Bagaimana perjalanan penelitiannya?

Dilansir dari berbagai sumber, pada Juli 2011, WMP memulai kolaborasi dengan Yayasan Tahija (YT) dan UGM, untuk menguji metode pengendalian demam berdarah menggunakan Wolbachia. Inovasi penelitian Wolbachia dipimpin langsung oleh Wakil Dekan III Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama Fakultas Kedokteran UGM, Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., MPH., Ph.D. 

Pada tanggal 3 Agustus 2012, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X memberikan dukungan kepada proyek penelitian ini melalui pengajuan Memorandum of Understanding antara UGM, Yayasan Tahija (YT) dan Eliminate Dengue Program.

Pada 2014, masa percobaan melalui penyebaran nyamuk Wolbachia dewasa pertama kali dilakukan di Kabupaten Sleman. Kegiatan ini disusul dengan penyebaran telur nyamuk ber-Wolbachia di Kabupaten Bantul.

Namun pelepasan nyamuk yang sedianya dilaksanakan pada Januari 2014 kala itu terpaksa ditunda karena ada penolakan warga Nogotirto, Gamping, Sleman. Beberapa warga merasa menjadi kelinci percobaan karena manfaat dari penelitian itu belum terbukti. Mereka justru takut dengan pelepasliaran nyamuk justru akan semakin menambah populasi. Namun setelah dilakukan sosialisasi berulang kali, lambat laun warga mulai paham. Kegiatan pelepasan nyamuk dijalankan lagi.

Hasil evaluasi dari masa percobaan tersebut adalah Wolbachia mampu menekan perkembangan virus DBD dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti. Hal ini ditinjau dari laporan jumlah penderita DBD yang mengalami penurunan.

Baca Juga: Digitalisasi Pasar Diluncurkan di Kawasan PKL Denggung

April 2014, Bill Gates, filantropist asal Amerika Serikat mengunjungi proyek Eliminate Dengue di Jogja. Ia melihat sendiri perkembangan penelitian yang sedang berjalan.

Kemudian pada 31 Agustus 2016, dilakukan peletakan perdana 6.000-an ember telur nyamuk Aedes Aegypti di Kota Jogja di Museum Sasana Wiratama Diponegoro, Tegalrejo.

Sejak 2016 itu, WMP Yogyakarta melalui metode quasi experiment mulai memantau dan mengambil data dari rumah sakit serta puskesmas di Kecamatan Tegalrejo, Wirobrajan, dan Kotagede untuk melihat perkembangan laporan kasus DBD. Tentu dari ketiga daerah itu, ada yang dijadikan sebagai daerah yang disebarkan nyamuk ber-Wolbachia dan ada yang tidak disebarkan sebagai daerah pembanding. Tujuh kelurahan di Kecamatan Tegalrejo dan Wirobrajan merupakan daerah yang sengaja dilepas nyamuk Wolbachia, sedangkan Kotagede tidak dilepas nyamuk ber-Wolbachia.

Hasil studi quasi adalah terlihat ada penurunan kasus DBD di Kecamatan Tegalrejo dan Wirobrajan sebesar 79%.

Pada 2017, WMP Yogyakarta mencari data yang lebih akurat untuk mengetahui efektivitas Wolbachia dengan menurunkan perawat dari diturunkan ke puskesmas-puskesmas di Kota Jogja untuk merekrut pasien DBD menjadi partisipan. Studi ini diberi nama Cluster Randomized Controlled Trial (CRCT). Metode CRCT dilakukan dengan jumlah sampel besar, untuk melihat efektivitas Wolbachia dalam penurunan dengue.

Jika dengan metode quasi experiment hasilnya menurunkan sebesar 79% kasus DBD, maka metode CRCT ini hasilnya sudah diumumkan pada Rabu (26/8/2020) ini. Yakni mampu menekan kasus DBD hingga 77%.

"Hasil akhirnya sangat dramatis. Terdapat penurunan sebesar 77 persen kejadian dengue pada wilayah yang mendapat intervensi nyamuk aedes aegypti ber-Wolbachia. Penurunan 77 persen untuk penyakit menular ini sangatlah berarti di kesehatan masyarakat," kata Adi Utarini selaku Project Leader WMP Yogyakarta dikutip Harianjogja.com, Rabu (26/8/2020) pagi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : pengabdian.ugm.ac.id/eliminatedengue.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Batas Jabatan Kian Dekati Ujungnya, Jokowi Berambisi Tambah Saham di PT Freeport

News
| Jum'at, 29 Maret 2024, 20:07 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement