Advertisement

Masalah TPST Piyungan Terus Berulang, Ini Rekomendasi Lembaga Ombudsman DIY

Sirojul Khafid
Rabu, 30 Desember 2020 - 20:47 WIB
Sunartono
Masalah TPST Piyungan Terus Berulang, Ini Rekomendasi Lembaga Ombudsman DIY Sejumlah armada pengangkut sampah lalu lalang di sekitar TPST Piyungan, Rabu (23/12/2020). Setelah ditutup warga beberapa hari terakhir, kini TPST Piyungan dibuka kembali. - Harian Jogja/Ujang Hasanudin

Advertisement

Harianjogja.com, BANGUNTAPAN– Penutupan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan berulang setiap tahun. Lembaga Ombudsman (LO) DIY merekomendasikan beberapa hal untuk masyarakat dan pemerintah daerah terkait hal ini.

Wakil Ketua Bidang Monitoring dan Evaluasi LO DIY, Fajar Wahyu Kurniawan mengatakan berbicara tentang TPST Piyungan, maka berbicara dari hulu ke hilir. “TPST hanya sebagian saja, ada proses yang perlu kita pahami, dimulai dari hulunya,” kata Fajar dalam acara laporan akhir tahun LO DIY di Bale Kanoman, Bantul, pada Selasa (29/12/2020).

Advertisement

Dimulai dari masyarakat, perlu adanya pemilahan sampah organik dan non-organik. Masyarakat dalam hal ini pihak yang menghasilkan sampah rumah tangga, tempat usaha, dan sebagainya. Hal ini akan memudahkan penggolongan sampah di TPST Piyungan.

BACA JUGA : Pemda DIY Harus Serius Mengurusi TPST Piyungan

“Setidaknya dua saja dulu [pemilahannya], sampah organik dan non-organik. Kalau berbicara tentang reduce, reuse, recycle masih terlalu berat, itu saja dulu,” kata Fajar.

Sementara untuk jajaran pemerintah daerah (Pemda) pengguna TPST Piyungan seperti Jogja, Bantul, dan Sleman juga perlu menyiapkan rencana strategis. Ketiga Pemda diharapkan menyiapkan depo pembuangan sampah yang ada pemisahan organik dan non-organik.

“Untuk pengangkutan sampahnya sesuai dengan jenis sampahnya, termasuk di kendaraan diberikan sekat untuk memilah yang organik dan non-organik, atau dibuat sesuai jadwal pengangkutan organik dann non-organik,” kata Fajar.

Untuk jajaran Pemda DIY, agar menyiapkan skema dalam Program Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) pada 2025. Fajar berharap Pemda DIY mengakomodir dan memfasilitasi pihak-pihak yang saat ini menggantungkan hidup di TPST Piyungan.

“Ada 400-500 pemulung, 17 pengepul, dan ribuan sapi yang dimiliki masyarakat sekitar yang masih mengantungkan hidupnya dari Piyungan,” kata Fajar.

“Sehingga ketika KPBU dijalankan, tidak menimbulkan masalah atau gejolak baru.”

BACA JUGA : Pemda DIY Diminta Lebih Serius Menangani TPST Piyungan

Sebagai pengelola bersama, Pemda Kota/kabupaten dan Pemda DIY juga perlu saling bekerja sama. Harus berjalan bersama-sama agar tidak tumpang tindih atau saling menyalahkan. “Tentu tanpa mengurangi rasa hormat terhadap upaya yang sudah dan sedang diupayakan sekarang. Ini sebagai kontribusi kami,” kata Fajar.

Sebelumnya beberapa pihak sekitar TPST Piyungan menutup akses masuk kendaraan pengangkut sampah. Hal ini mengakibatkan sampah tidak terangkut dan menumpuk di beberapa titik. Dalam penutupan itu, terdapat tujuh poin tuntutan yakni pembuatan dermaga sampah 200 meter masuk ke lokasi agar tidak mengganggu aktivitas warga dan perbaikan drainase air limbah maupun air hujan.

Kemudian penerangan jalan dari pertama masuk pintu timbangan sampai pembuangan, penyemprotan lalat dan pengecekan kesehatan berkala bagi warga sekitar TPST Piyungan, kebersihan jalan, pengurukan lahan yang sudah tidak aktif agar plastik tidak beterbangan ke rumah warga, serta dana kompensasi setiap kepala keluarga.

Selama tiga tahun memantau, LO DIY melihat bahwa TPST Piyungan bermasalah terutama saat musim penghujan sekitar bulan November dan Desember. TPST Piyungan awalnya merupakan wilayah cekungan. Namun penumpukan sampah terus-menerus sampai membentuk bukit sampah.

“Musim penghujan kondisinya becek dan ambles. Sehingga kondisi alat berat yang ada di sana mengalami kesulitan bergerak. Itu terjadi hampir setiap tahun. Akhirnya membutuhkan waktu pembongkaran yang lama dari truk atau pick up yang baru masuk,” kata Fajar.

Saat proses pembongkaran lama, terjadi penumpukan antrean truk dan mobil pengangkut sampah lainnya. Hasilnya warga terganggu dari sampah yang jatuh, bau sampah, dan lainnya. “Mestinya truk pengangkut sampah merupakan kendaraan otomatis. Faktanya hampir sebagian besar masih manual [dalam pembongkaran sampah],” kata Fajar.

BACA JUGA : TPST Piyungan Berkali-kali Ditutup Warga, Ini Respons 

Penutupan TPST Piyungan beberapa waktu lalu sangat berdampak pada penumpukan sampah di beberapa titik. Wilayah paling terdampak yaitu Kota Jogja lantaran wilayahnya yang sempit. Setiap harinya, sampai yang tertimbun di TPST Piyungan sebanyak 600 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

TWC Targetkan Wisatawan Candi Borobudur & Prambanan Naik 37% Saat Libur Lebaran

News
| Jum'at, 29 Maret 2024, 19:37 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement