Advertisement
Lia Bule Mengajar: Merasa Memiliki Komorbid, Patuh Prokes Jadi Hal Utama

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA - Pandemi Covid-19 membuat warga negara asing yang tergabung dalam komunitas Bule Mengajar menjadi tidak bisa melanjutkan karyanya di Indonesia. Bule-bule dari berbagai negara seperti Belanda dan Jepang itu terpaksa menunda aktivitas mengajarnya di sekolah-sekolah di Kulonprogo, tempat komunitas itu lahir.
Pendiri sekaligus Ketua Komunitas Bule Mengajar periode 2014-2020, Lia Andarina Grasia, S.Par., M.Sc menyampaikan selama setahun ini, kegiatan Bule Mengajar berhenti. Kendati demikian, ia aktif berkomunikasi dengan para bule melalui pertemuan daring Zoom Meeting.
Advertisement
"Kami sharing di situ [daring], bagaimana perkembangan Covid-19 di negara mereka. Saya juga mengingatkan agar [bule] patuh protokol kesehatan yang diwajibkan pemerintah mereka masing-masing. Seperti kalau di Belanda enggak boleh keluar setelah jam delapan malam, ya dipatuhi," tutur ibu satu anak ini kepada Harian Jogja, Kamis (18/2/2021).
Perempuan 30 tahun yang menjadi guru jurusan resto dan perhotelan di SMK Cipta Insan Mulia ini mengaku sangat ketat dalam menerapkan protokol kesehatan. Di rumah, ia tetap menggunakan masker, rajin mencuci tangan dengan sabun, dan tetap menjaga jarak sekalipun dengan orang tua maupun saudaranya.
Ia tidak ingin dirinya dan orang-orang terdekat harus kembali merasakan bayang-bayang terpapar Covid-19, seperti yang dialami adik kandungnya pada November 2020 lalu.
Perempuan yang tinggal di Bendungan, Wates, Kulonprogo ini pernah merasa stres saat Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia sekitar setahun lalu. Ia takut jika penyakit yang telah banyak merenggut nyawa warga dunia itu terjadi pada keluarganya. Terlebih, ia sendiri saat ini sedang menderita tumor ganas dan memiliki sakit pernafasan, sehingga lebih berisiko terpapar Covid-19.
"Saya sempat panik dan takut karena kalau terkena [Covid-19], harus menjalani perawatan sendirian. Apalagi saya ada penyakit penyerta, saya harus dirawat di rumah sakit dan sendirian," kata Lia yang pernah diundang dalam acara Kick Andy pada Juni 2017 lalu dan beberapa stasiun televisi lokal Jogja itu.
Penyakit tumor yang mengharuskannya periksa ke rumah sakit setiap pekan, juga membuatnya was-was. Sebab bisa saja ia terjangkit Covid-19 dari rumah sakit. "Di rumah sakit saya enggak mau pegang apapun. Pencet tombol lift juga pakai tishu, cari jam periksa yang enggak ramai. Pulang [kontrol] ganti baju, mandi keramas," kata ibu dari Dayu ini.
Maka dari itu, demi kesehatannya, ia tidak merasa kerepotan harus menerapkan protokol kesehatan di mana saja, termasuk di dalam rumah. Bagi dia, protokol kesehatan 3M yang dicanangkan pemerintah, semata untuk melindungi warganya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Selain Soeharto, Berikut Nama-nama yang Diusulkan Meraih Gelar Pahlawan 2025
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Bupati Sleman Bahas Kolaborasi Masyarakat dan Kalurahan untuk Majukan Desa di HUT Kalurahan Tirtomartani
- Libatkan Pelaku Usaha Lokal Dalam Pengadaan Barang dan Jasa, Tingkatkan Pemerataan Ekonomi di DIY
- Fakultas Peternakan UGM Jajaki Kerja Sama dengan Jaringan Jagal Indonesia
- Berstatus Anak, 2 Pelaku Penganiyaan di SPBU Kretek Dikenai Wajib Lapor
- Wali Kota Hasto Paparkan Progres dan Penanganan Sampah di Kota Jogja
Advertisement