Advertisement
Waspada! Bantaran Sungai Jadi Wilayah Rawan Bencana Hidrometerologi di Kota Jogja

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jogja menyebut daerah bantaran sungai menjadi titik paling rawan dari ancaman bencana hidrometeorologi. Selain itu, potensi pohon tumbang dan angin kencang patut diwaspadai oleh masyarakat di musim pancaroba dan jelang masuknya musim penghujan.
"Kalau menurut BPBD sejak dulu kawasan pinggir sungai semua rawan," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Jogja, Bayu Wijayanto, Kamis (21/10/2021).
Advertisement
PROMOTED: Dari Garasi Rumahan, Kini Berhasil Perkenalkan Kopi Khas Indonesia di Kancah Internasional
Bayu menjelaskan, ada beberapa sungai besar yang melintas dan melewati sejumlah pemukiman di Kota Jogja. Di antaranya yakni sungai Winongo, Gajahwong, dan juga sungai Code. Potensi luapan air akibat curah hujan dinilai bakal menyebabkan ancaman tanah longsor atau banjir.
"Sepertinya kesiapan sudah matang, untuk talut-talut yang dulu sempat rusak itu sudah diperbaiki," ujarnya.
Baca juga: Pemkot Jogja Ancam Pengelola Parkir yang Tak Taat Aturan Satu Pintu untuk Bus Wisata
Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Jogja, Reni Kraningtyas menjelaskan, potensi bencana hidrometerologi cukup merata di wilayah DIY jelang memasuki musim penghujan. Cuaca ekstrem disinyalir bakal mulai masuk pada dasarian ketiga Oktober ini.
"Masyarakat kami minta untuk waspada dan hati-hati," ungkap Reni.
Meski demikian di masa pancaroba seperti sekarang, potensi angin kencang, hujan lebat disertai angin dan petir juga mengancam seperti yang terjadi pada beberapa waktu lalu. Saat ini awal musim penghujan sudah masuk di seluruh DIY yang bakal mencapai puncaknya pada Januari 2022 mendatang.
Reni menyebut, ada indikasi wilayah DIY akan mengalami fenomena La Nina dengan dampak meningkatnya intensitas curah hujan. Di masa normal, curah hujan biasanya berada di rentang sekitar 90-120 mm per bulan. Dengan adanya fenomena La Nina, diperkirakan intensitas hujan bakal meningkat sekitar 60 persen dibanding biasanya.
"Masa anomali cuaca seperti sekarang yakni terasa panas di awal masuknya musim penghujan itu masih normal dengan kisaran suhu masih di 32-33° celcius. Jadi kulminasi udara ini sementara saja sifatnya, tidak berkaitan dengan potensi bencana hidrometerologi. Tapi kalau dikalkulasikan selama kurun waktu 30 tahun, itu kita kan ada pencatatan dan data, kalau ada peningkatan suhu ini tentunya terjadi perubahan iklim dan berpotensi terjadinya cuaca ekstrem yang lebih sering," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Mengenal Kampung Batik Giriloyo yang Sempat Terpuruk Karena Gempa 2006
Advertisement
Berita Populer
- 10 Tahun Baru Terungkap, Begini Kronologi Terungkapnya Pelecehan Seksual Remaja Masjid terhadap 20 Anak di Sleman
- Dalam 2 Hari, 2 Anak Meregang Nyawa di Jalanan Gunungkidul
- JCW Sebut Kasus Dugaan Korupsi Dana Hibah Rp10 M di Sleman Kini Diusut Penegak Hukum
- Rampungkan Proyek Gedung Dewan, Pemkab Gunungkidul Gelontorkan Rp30,7 Miliar
- Pengangguran di Kota Jogja Diklaim Turun Jadi 7 Persen
Advertisement
Advertisement