Advertisement

Dievaluasi, Atraksi Seni dan Budaya Teras Malioboro Berdampak ke Pedagang?

Yosef Leon
Rabu, 23 Februari 2022 - 16:07 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Dievaluasi, Atraksi Seni dan Budaya Teras Malioboro Berdampak ke Pedagang? Suasana Teras Malioboro 1, Jogja, Sabtu (19/2/2022) malam - Harian Jogja/Sirojul Khafid.\\r\\n

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY mengevaluasi pelaksanaan atraksi seni dan budaya yang digelar di Teras Malioboro I dan II. Atraksi yang telah digelar sebanyak dua kali pada Sabtu dan Selasa kemarin itu, bertujuan untuk menghidupkan suasana di area sekitar dan berdampak pada roda ekonomi di wilayah setempat.

Sekretaris Dinas Kebudayaan DIY, Cahyo Widayat mengatakan, sejumlah agenda seni dan budaya yang dihadirkan di Teras Malioboro masih akan berlanjut. Selain atraksi kebudayaan berupa tari-tarian lokal, pihaknya juga berencana untuk menggelar peringatan dengan mengambil momentum yang bertalian dengan aspek sejarah di Malioboro.

Advertisement

"Atraksinya menyebar dan menyesuaikan dengan lokasi maupun waktu pelaksanaan. Misalnya yang berbasis sejarah nanti pakai tanggal peringatan tertentu kami laksanakan agenda di sana dan tetap dikoordinasikan dengan Disbud Kota Jogja," jelas Cahya, Rabu (23/2/2022).

Dia mengungkapkan, dimungkinkan agenda-agenda dan acara tertentu di kawasan Malioboro tersebut akan digelar setiap hari ke depannya. Untuk tahap awal, pihaknya masih melihat antusiasme pengunjung dan juga masyarakat di kawasan sekitar. Sehingga dua kali gelaran budaya dalam sepekan dinilai masih cukup semarak untuk menghidupkan Malioboro.

Secara umum, pelaksanaan atraksi di Malioboro dipusatkan untuk menarik sebanyak mungkin pengunjung ke tempat itu. Oleh karena itu, Cahya menyebut bahwa konsep acara tidak hanya terbatas pada kegiatan seni dan budaya saja. Pameran dan atau kegiatan yang sifatnya bisa menarik antusiasme warga juga bisa menjadi opsi.

"Festival bisa atau pagelaran dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan juga kuantitas wisatawan di wilayah Malioboro," ungkapnya.

Baca juga: 

Di sisi lain, pandemi Covid-19 yang kembali melonjak membuat Dinas Kebudayaan tetap berupaya memastikan bahwa penegakan protokol kesehatan berjalan dengan maksimal saat atraksi dilakukan. Cahya menyebut, dua kegiatan yang telah dilaksanakan mampu menarik minat pengunjung di lokasi. Bahkan sempat membludak. Pihaknya mewanti-wanti agar penyebaran Covid-19 bisa diantisipasi.

"Yang kami jaga itu memang berkaitan dengan protokol kesehatan. Termasuk pembatasan jumlah kunjungan di masa PPKM level 3 ini," ujar dia.

Senada, Kepala Dinas Kebudayaan Kota Jogja, Yetti Martanti menyebut, konsep penyelenggaraan acara seni dan budaya itu nantinya akan disesuaikan dengan tema tertentu dan juga respons publik. Tidak menutup kemungkinan, pihaknya juga akan melibatkan mahasiswa perguruan tinggi seni dan budaya yang ada di wilayah Jogja untuk berperan dalam meramaikan Malioboro.

"Tentunya penyelenggaraan kemarin baru tahap awal dan terus kami sempurnakan ke depannya. Evaluasi secara bertahap untuk menjadikan Malioboro sebagai ruang dan etalase kesenian di Jogja tetap diperhatikan sebagai bagian dari konsep penataan," cetusnya.

Belum Berdampak pada Omzet

Ketua Paguyuban Angkringan Padma Malioboro, Yati Dimanto mengatakan, sampai saat ini dirinya belum berjualan di tempat relokasi baru. Namun, sesekali ia masih mampir ke tempat relokasi PKL kuliner yang ditempatkan di eks bioskop Indra atau Teras Malioboro I. Lokasi yang kurang strategis menjadi alasannya belum menggelar lapak dagangan di tempat baru.

"Sebenarnya pekerjaan rumah atau tugas pemerintah tidak selesai hanya memindahkan PKL ke tempat baru, menggratiskan biaya sewa selama setahun dan menggelar atraksi budaya di tempat PKL yang baru. Tapi masih banyak untuk tetap membuat Malioboro ramai bukan hanya dari sisi pengunjung, tapi berdampak secara ekonomi pada semuanya, termasuk PKL," katanya.

Menurut dia, gelaran atraksi budaya dan seni yang dihadirkan oleh pemerintah belum menyentuh target utama yakni menggerakkan roda ekonomi bagi para PKL. Yati mengklaim, omzet anggota paguyubannya bahkan anjlok setelah direlokasi karena tempat relokasi yang kurang representatif. "Acaranya kan kemarin itu di depan pintu utama Teras I, jadi menutup akses pengunjung yang mau masuk. Sementara PKL kuliner khususnya Padma itu berada di lantai dasar paling belakang, bagaimana mau laku," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Pastikan Tidak Impor Bawang Merah Meski Harga Naik

News
| Kamis, 25 April 2024, 13:57 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement