Advertisement
Sesepuh Geng Legendaris Jogja Joxzin Beri Saran untuk Atasi Klithih

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sesepuh geng legendaris di Kota Jogja Joxzin mengomentari kekerasan jalanan atau lazim disebut klithih yang terjadi akhir-akhir ini.
BACA JUGA: Sukses Hadapi Geng Motor, Ini Saran Ridwan Kamil untuk Atasi Klithih
Advertisement
PROMOTED: Dari Garasi Rumahan, Kini Berhasil Perkenalkan Kopi Khas Indonesia di Kancah Internasional
Menurut dia, kenakalan remaja saat ini lebih parah dibandingkan dengan eranya dahulu. Dulu, geng di Jogja bertengkar dengan tangan kosong lalu persoalan selesai. Sekarang, remaja dan pemuda berduel dengan senjata tajam yang membahayakan nyawa.
“Masa lalu dengan sekarang berbeda, dulu zaman saya masih dapat pelajaran budi pekerti, sekarang tidak ada. Dulu peredaran narkoba mungkin masih minim, sekarang sudah luar biasa. Kalau dulu paling miras,” kata salah satu sesepuh Joxzin Nurzani Setiawan kepada Harianjogja.com, Rabu (6/4/2022).
Ia menilai klithih yang dilakukan para remaja merupakan bentuk pencarian identitas diri. Para remaja ingin menunjukkan sesuatu atau ingin tampil namun dengan cara yang salah. “Jadi mereka ini ingin kelihatan wah di depan temannya, kelihatan wah di depan kelompoknya, bahkan saingannya,” ujarnya.
Menurutnya, anggota gengnya dulu selalu berusaha menyeimbangkan antara kelakuan sebagai anggota geng dengan kegiatan positif.
“Kalau dulu sebetulnya Joxzin organisasi anak remaja tetapi mereka masih punya komitmen moral untuk bersosial, olahraga, pengajian bersama. Jadi ada keseimbangan antara dunia sebagai geng yang pasti ada musuhnya dan ukhrawi-nya. Jadi kalau mau berulah, nekat, masih punya iman. Jadi kenakalan itu sebatas wajar, tidak waton hantam kromo seperti sekarang,” ucapnya.
“Kala itu zamannya 1985-1990-an, saya akui waktu itu kalau ketemu teman-teman Qzruh, ketemu teman-teman [geng] TRB, kami berkelahi. Tetapi kebanyakan tangan kosong, di jalan. Setelah itu, ya sudah. Tidak ada rentetan ancam mengancam, tidak ada. Bahkan sekarang yang dituakan di tiga geng itu malah koyo sedulur, kalau kumpul bareng sambil cerita-cerita kenangan masa lalu,” kata pria yang bergabung di Joxzin tahun 1985.
BACA JUGA: Ribut-Ribut Istilah Klithih, JCW: Penanganan & Pencegahan Harusnya Jadi Perhatian
Ia mengatakan kasus klithih yang dilakukan anak saat ini sudah sangat meresahkan masyarakat Jogja. Ia menyarankan tiga langkah penting yang harus dijalankan. Pertama, peran orang tua yang serius memonitor anak. Kedua, pemerintah bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk memberantas peredaran miras dan sejenisnya. Ketiga, kembalinya mata pelajaran budi pekerti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Berita Pilihan
Advertisement

AP I Mengaku Belum Terima Info soal Pengurangan Jumlah Bandara Internasional
Advertisement

Ikuti Post-tour ATF, Banyak Peserta Terkesan dengan Objek Wisata DIY
Advertisement
Berita Populer
- Guru SD Pelaku Pelecehan Seksual Terhadap Siswi di Wonosari Hanya Disanksi Pindah Kelas
- BPBD Bantul Catat Total Kerugian Akibat Bencana di Awal Tahun Capai Rp159 Juta
- Ruas Jalan Tempel-Dekso Rusak Parah Akibat Truk Proyek Tol Jogja Bawen, Perlu Diadukan ke Gibran?
- Ketua Remais Cabuli Anggotanya Saat Menginap di Masjid di Gamping Sleman
- BREAKING NEWS: Muhamadiyah Tetapkan 1 Ramadan Jatuh di 23 Maret 2023
Advertisement
Advertisement