1,7 Juta Anak Belum Imunisasi Dasar, Daerah Diminta Waspada KLB Difteri
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Sebanyak 1,7 juta anak di Indonesia belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Capaian program imunisasi menurun drastis akibat pandemi Covid-19. Kondisi ini bisa menimbulkan bermunculannya penyakit pada anak hingga kejadian luar biasa atau KLB penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terutama difteri.
Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine menjelaskan sebanyak 84% dari fasilitas pelayanan kesehatan imunisasi anak terdampak Covid-19. Akibatnya capaian imunisasi dasar lengkap baru mencapai 58,4% dari target 79,1% per Oktober 2021. Bahkan pada anak usia bawah dua tahun cakupan imunisasi campak dan rubela menurun drastis dari sebelumnya di 2019 di angka 72,7% menjadi 65,3% di 2020 dan di 2021 kembali turun di angka 58,4%.
Advertisement
“Perlu diketahui periode 2019 hingga 2021 ada 1,7 juta anak belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Kondisi tentu akan menurunkan tingkat kekebalan komunitas dan menimbulkan daerah berpotensi menjadi sumber kasus atau penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri,” katanya dalam peringatan Pekan Imunisasi Dunia yang digelar secara daring, Senin (18/4/2022).
Ia mengatakan dampak lain bisa menimbulkan KLB penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) di antaranya Difteri Tetanus Pertussis, Rotavirus, dan Pneumokokus. Potensi wabah KLB dapat terjadi di daerah sehingga harus diwaspadai, mengingat PD3I seperti difteri dapat menular. Difteri merupakan bakteri yang menyerang saluran pernapasan pada selaput lendir hidung dan tenggorokan yang menyebabkan anak sulit bernapas.
Baca juga: Setelah Lansia, Ini Giliran Kelompok Warga di Jogja yang Divaksinasi Booster
“Layanan imunisasi pada anak harus tetap diberikan untuk menghindari risiko terjadinya Kejadian Luar Biasa KLB yang diakibatkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,” ujarnya.
Vaccine Medical Director GSK Indonesia Deliana Permatasari menyatakan komitmennya untuk terus mendukung upaya pemerintah dalam membangun dan memelihara kesehatan masyarakat. Ia menilai perlunya kolaborasi publik untuk menyampaikan informasi ilmiah kepada petugas kesehatan dan juga masyarakat umum terkait imunisasi. “Agar dapat mempercepat cakupan imunisasi lengkap terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,” ucapnya.
Dokter Spesialis Anak Profesor Hartono Gunardi menegaskan untuk menghindari meluasnya KLB difteri, penting bagi orang tua untuk segera melengkapi dan mengejar imunisasi anak yang tertinggal tanpa harus mengulang jadwal imunisasi dari awal. Peran imunisasi terbukti efektif dalam meningkatkan kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah berbagai penyakit.
“Setiap tahun imunisasi telah membantu mencegah kematian dua hingga tiga juta anak di Indonesia,” katanya.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan anak berusia 0-12 perlu mendapatkan imunisasi vaksin Hepatitis B, Polio, BCG, DTP, Hib, PCV, Rotavirus, Influenza, MR, JE, dan Hepatitis A. Pada usia 1-2 tahun, diberikan vaksin MMR, Varisela, vaksin ulangan DTP-Hib-Hepatitis B. Kemudian pada usia 24 bulan, anak perlu menerima vaksin Tifoid dan di usia 9 tahun anak direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin HPV dan Dengue.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kejaksaan Tahan Panglima Komando Pertahanan Korsel, Diduga Terlibat Kudeta
Advertisement
Mingguan (Jalan-Jalan 14 Desember) - Jogja Selalu Merayakan Buku
Advertisement
Berita Populer
- Belasan Kalurahan di Kulonprogo Dirancang Bersih Narkoba
- KTB Sudah Terbentuk di Semua Kampung, Tahun Depan Mulai Pembinaan
- Kemenkumham DIY Libatkan Ahli Madya sebagai Penguji di Seleksi CPNS
- TPID DIY Jamin Pastikan Stok dan Harga Pangan Jelang Natal dan Tahun Baru Aman
- Sempat Dilaporkan Hilang, Belasan Pencari Kerja Jadi Korban Penipuan, Begini Modusnya
Advertisement
Advertisement