Advertisement

Promo November

Sambil Menangis Tetangga Ceritakan Buya Pulang Hujan-hujanan Ambil Payung untuk Istri

Anisatul Umah
Jum'at, 27 Mei 2022 - 20:37 WIB
Bhekti Suryani
Sambil Menangis Tetangga Ceritakan Buya Pulang Hujan-hujanan Ambil Payung untuk Istri Pemakaman Buya Syafii Maarif di Taman Makam Husnul Khotimah Muhammadiyah Dukuh, Donomulyo, Kapanewon Nanggulan, Kulonprogo, Jumat (27/05/2022)-/Harian Jogja - Anisatul Umah

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO- Sosok Buya Ahmad Syafii Maarif sebagai tokoh bangsa, kesederhanaan-nya terkenal di semua kalangan. Kesaksian tersebut juga datang dari Tetangga Buya di Perumahan Nogotirto, Heru Dwiantoro.

Heru menghadiri pemakaman Buya hari ini, Jumat (27/05/2022) di tengah sisa gerimis yang membasahi tanah Taman Makam Husnul Khotimah Muhammadiyah Dukuh, Donomulyo, Kapanewon Nanggulan, Kulonprogo.

Advertisement

Dengan mata berkaca-kaca Heru menceritakan kesederhanaan Buya. Salah satu kenangan yang membekas bagi Heru adalah saat Buya dan istrinya salat magrib di masjid.

Saat itu turun hujan selepas magrib. Buya pun pulang ke rumah dengan hujan-hujanan, mengambilkan payung untuk istrinya dan kembali ke masjid.

BACA JUGA: PPDB SMA/SMK DIY: Tempat Tinggal Radius 300 Meter dari Sekolah Otomatis Lolos

"Beliau ambil payung ke rumah bawa lagi untuk istrinya. Seorang tokoh, seorang pemimpin, tetapi luar biasa sederhana. Betul-betul rela kehujanan," kenang Heru saat ditemui di pemakamanan, Jumat (27/05/2022).

Heru juga mengenang guyonan Buya, beliau yang sudah menjadi Profesor puluhan tahun namun gajinya masih sedikit.

"Saya sangat bangga dan salut pada Bapak Syafii, karena sosok yang sangat-sangat sederhana," tuturnya.

Kenangan kesederhanaan Buya juga disampaikan oleh Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah Khoiruddin Bashori. Dia bercerita jika pemerintah mengharapkan agar Buya mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP).

Akan tetapi sebelum Ramadan Buya sudah berpesan untuk dimakamkan di Taman Makam Husnul Khotimah. Pesan ini disampaikan kepada keluarganya. Penolakan untuk dimakamkan di TMP menurutnya ciri dari kesederhanaan Buya.

"Itu memang kesederhanaan Buya, seorang tokoh bangsa yang punya reputasi internasional tapi pembantu rumah tangga saja tidak punya. Semua dikerjakan sendiri," ujarnya.

Lalu secara personal Khoiruddin memiliki kenangan bersama Buya yang mengubah jalan hidupnya. Saat masih kuliah dan menjadi aktivis Khoiruddin tidak kunjung lulus.

Buya menasihatinya, jika kamu jenius tidak lulus tidak apa, tapi kalau kamu biasa saja selesaikan. Khoiruddin mengaku tertampar atas ucapan tersebut, Buya saja tidak merasa jenius, apalagi dengannya.

Setelah itu dia mengaku semangat untuk lulus dan bisa menyelesaikan tugas akhirnya dalam beberapa bulan saja. Setelah itu Khoiruddin memilih untuk lebih menekuni dunia pendidikan setelah mendapatkan titik balik dari nasihat Buya.

"Saya sangat berterima kasih kepada Buya. Tidak hanya bermanfaat pada Muhammadiyah tapi juga kemanusiannya, komitmen yang luar biasa," ucapnya.

Kenangan lainnya yakni saat buya mengalami kecelakaan. Selepas turun dari bus kota Buya tertabrak dan sakit. Karena peristiwa ini dia bersama teman-teman lainnya berinisiatif menawari Buya supir. Namun dengan kesederhanaannya, Buya menolak fasilitas tersebut.

"Beliau bilang makasih, nanti saja kalau sudah invalid. Dikasih sopir enggak mau beliau," kenangnya.

Pemakaman Buya juga turut dihadiri Menteri Koordinator (Menko) Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy. Kenangan tidak jauh beda soal kesederhanaan Buya diceritakan.

Muhadjir menyebut sosok Buya adalah orang yang easy going, bersahaja, dan pikirannya melampaui sekat-sekat batas. Hubungan kemanusiaan Buya sudah mencapai level tertinggi.

"Dia tidak membedakan dan selalu memberikan hal baik kepada orang-orang di sekitarnya. Banyak belajar dari beliau sejak menjabat Ketua PP Muhammadiyah tahun 1999. Pertemuan saya relatif intensif dengan beliau," ujarnya.

Kenangan lainnya dia sebut Buya orangnya biasa mengajak makan di warung tegal dan warung padang. Buya tidak pasang bandrol dan jaga image.

"Beliau orang yang tidak terlalu perhatian terhadap makan beliau saya rasa contoh bagi siapa saja beliau guru bangsa sulit mencari bandingan beliau," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja
Indonesia Menuju Ibu Kota Budaya Dunia

Indonesia Menuju Ibu Kota Budaya Dunia

Jogjapolitan | 9 hours ago

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KPK Tetapkan Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah Jadi Tersangka Pemerasan dan Gratifikasi

News
| Senin, 25 November 2024, 00:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement