Advertisement

Semua Agus Sedunia, Bersatulah! Meski Kalian Tak Lahir di Bulan Agustus

Sirojul Khafid
Senin, 30 Mei 2022 - 15:07 WIB
Budi Cahyana
Semua Agus Sedunia, Bersatulah! Meski Kalian Tak Lahir di Bulan Agustus Acara Ketemu Sedulur Agus Sak Jogja di Warunk The Sastro, Wirobrajan, Jogja, Minggu (29/5/2022). - Harian Jogja/Sirojul Khafid

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Semua unsur yang memiliki kesamaan bisa dijadikan komunitas. Salah satunya kesamaan unsur nama Agus. Bagaimana kegiatan komunitas orang-orang yang bernama Agus ini? Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Sirojul Khafid.

“Gus, sini berangkat ke Jogja, kamu diundang acara di sini,” suara dari ujung telepon. Sembari melihat poster acara yang dikirim melalui Whatsapp, Agus Rahmad Hadi masih merasa bingung. “Kok bisa saya diundang,” kata Agus yang kala itu berada di Jember, Jawa Timur.

Advertisement

Udah, pokoknya datang ke Jogja, kamu diundang.”

BACA JUGA: Polisi Periksa 11 Saksi Kasus Pelajar SMP Asal Bumijo yang Tewas Dianiaya

Meski masih menyimpan segudang kebingungan, Agus tetap berangkat menggunakan kereta dari Jember ke Jogja. Sampai di Jogja pada 28 Mei 2022 malam, Agus sempat meminta undangan acara pada saudaranya. “Undangannya ada di panitia, besok pagi kamu datang saja,” kata saudaranya.

Datanglah Agus ke Warunk The Sastro, Wirobrajan, Jogja. Sudah banyak orang berkumpul. Mayoritas memakai seragam kaus polo berwarna merah hati. Di punggung kaus terdapat tulisan Agus Bumi Indonesia (ABI) Jogja. Setelah mengobrol dengan beberapa orang, barulah Agus tahu apabila dia dikerjain oleh saudaranya.

Memang betul dia diundang ke acara itu, karena dia memiliki unsur nama Agus. Semua Agus diundang. Meski tentu saja panitia tidak spesifik mengundang Agus Rahmad Hadi dari Jember. Namun akhirnya dia berbaur dan justru berteman dengan Agus-Agus lainnya.

 “Ini pertama kalinya gabung acara seperti ini. Sebelumnya juga enggak tahu ada perkumpulan orang bernama Agus,” katanya sembari tertawa.

Meski bernama Agus, bukan berarti Agus lahir pada Agustus. Saat ibunya mengandung, dokter memang memprediksi kelahiran Agus Rahmad Hadi terjadi sekitar Agustus. Orang tuanya sudah menyiapkan nama dengan unsur Agus. Namun pada 1 Juli, ayah Agus yang seorang tentara harus bertugas ke Kalimantan. Kala itu, pada 1968, Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia.

“Kayaknya ibu saya kaget karena ayah saya ditugaskan ke Kalimantan. Akhirnya saya lahir pada 1 Juli. Tapi tetap menggunakan nama Agus karena [nama] sudah disiapkan,” kata Agus yang seorang pemain musik.

Tidak hanya Agus Rahmad Hadi, Agus-Agus lain yang ada di acara Ketemu Sedulur Agus Sak Jogja juga banyak yang tidak lahir pada Agustus.

Ketua Panitia Acara, Agus Darmawan, mengatakan kalau dalam Jawa, tidak jarang kata Agus merupakan kata lebih singkat dari Bagus. Lantaran banyak yang menyandang nama dengan unsur Agus, maka Gusdar (panggilan untuk Agus Darmawan) dan beberapa Agus lain berinisiatif membentuk kelompok ABI Jogja ini pada 21 Juni 2017. Berawal dari 20 orang, kini anggota sekitar 400 orang.

Ada beberapa kelompok yang mengumpulkan orang dengan nama Agus di berbagai daerah. Namun Gusdar mengklaim anggotanya yang terbanyak di Indonesia. “Dulu sempat akan diberi rekor Muri (Museum Rekor Indonesia), namun karena belum berbadan hukum, jadi belum diberikan,” kata Gusdar.

Sebelum pandemi Covid-19, acara-acara besar tidak jarang terlaksana. Pernah suatu kali acara digratiskan, atau tidak ada retribusi untuk masuk, Agus-Agus yang datang ternyata membeludak, sampai 500 orang. Tidak hanya dari wilayah DIY, tetapi juga dari berbagai daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tegah, dan lainnya. Pernah juga ABI Jogja menggelar pertunjukan wayang sebagai apresiasi untuk budaya.

Kegiatan Sosial

Selain acara besar, ABI Jogja juga menggelar kegiatan bakti sosial secara rutin, baik sepekan sekali atau sebulan sekali. Jenis bantuan sesuai dengan kebutuhan daerah sasaran. Semisal Gunungkidul saat musim kemarau, mereka menyumbangkan air. Apabila ada bencana, mereka juga turun tangan.

Kendati memiliki kesamaan dalam nama Agus, tetapi profesi mereka berbeda-beda, dari dosen sampai seniman. Ini salah satu keunggulan komunitas ABI Jogja. “Dengan berbagai jenis pekerjaan ini, maka kami bisa saling membantu dan bahkan berkolaborasi dalam pekerjaan,” kata Gusdar.

Meski anggotanya semakin banyak dan beragam, ABI Jogja menekankan kebebasan berekspresi secara politik. Tidak ada paksaan mengikuti politik atau tokoh tertentu. Gusdar mengatakan apabila sudah ada unsur politik praktisnya, maka kelompok akan susah berjalan maju.

Dalam proses bergabung dengan ABI Jogja, tidak ada waktu khusus untuk rekrutmen. Asalkan memiliki unsur nama Agus, dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk, bisa bergabung kapan saja. “Anggotanya dari tahun ke tahun nambah terus. Mungkin mereka melihat kegiatan kita tidak hanya kumpul-kumpul saja, tapi ada bakti sosial dan lainnya,” katanya.

Meski dalam gempuran nama yang semakin variatif, termasuk pengaruh dari sosial media dan media lainnya, Gusdar yakin apabila nama Agus masih akan tetap ada dan popular. Dalam kehidupan sehari-harinya, Gusdar melihat beberapa bayi diberi nama Agus.

“Selama masih ada bulan Agustus, nama Agus masih aman. Meski belum tentu juga nama Agus lahir bulan Agustus,” kata Gusdar. “Enggak ada paksaan, tidak wajib,” katanya saat ditanya apakah anak-anak anggota ABI Jogja direkomendasikan memakai nama dengan unsur Agus.

BACA JUGA: Lari Lintas Alam Gumuk Pasir Parangkusumo Bantul Kembali Digelar Juni

Acara dengan tema Kebersamaan dalam Persaudaraan semacam ini akan terus berjalan. Agus-Agus ini akan sering bertemu. Memberi makna atas nama. Meski jumlah dan mungkin komposisi anggota akan berbeda seperti saat pertama berjumpa.

“Jadi ingat waktu pertama kali ngumpul, saat pelayan warung memanggil pesanan atas nama Agus, semua orang menoleh,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement