Advertisement

Promo November

Bentuk Penguatan Karakter, Murid Sekolah Tampilkan Lakon Seni Tradisi Anoman Duto

Yosef Leon
Senin, 22 Agustus 2022 - 06:37 WIB
Budi Cahyana
Bentuk Penguatan Karakter, Murid Sekolah Tampilkan Lakon Seni Tradisi Anoman Duto Sejumlah murid sekokah di Jogja saat menampilkan lakon Anoman Duto dalam program panggung siswa bercerita pada pengembangan Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) yang digelar di Ampi Treatre Ramayana Ballet Purawisata Jogja, Sabtu (20/8/2022). - Harian Jogja/Yosef Leon

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Puluhan murid sekolah dari berbagai jenjang berkolaborasi dengan seniman Jogja mementaskan lakon Anoman Duto pada Sabtu (20/8/2022) malam di Ampi Theatre Ramayana Ballet Purawisata Jogja.

Penampilan ini merupakan bagian dari program panggung siswa bercerita pada pengembangan Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) oleh Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek. 

Advertisement

BACA JUGA: Hendak Terbitkan IPL Tol Jogja-YIA, Ini yang Jadi Pertimbangan Pemda DIY

Penampilan yang berlangsung kurang lebih 70 menit itu diisi oleh 10 seniman serta 64 murid dari 30 sekolah di Jogja baik SD, SMP, dan SMA/SMK. Pementasan ini diharapkan mampu menginternalisasi seni budaya tradisi kepada murid lewat belajar langsung dengan para seniman. Selain itu juga membentuk karakter murid lewat nilai lakon yang ditampilkan sehingga menguatkan pendidikan karakter. 

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Restu Gunawan, menjelaskan dalam program GSMS biasanya murid hanya diajarkan mengenai berbagai macam jenis seni. Kali ini pihaknya memutuskan mengajak murid untuk pentas dengan berkolaborasi dengan murid dari berbagai sekolah seniman dan juga panggung pertunjukan. 

"Sekarang Kami kasih ruang untuk pentas supaya betul-betul latihan dan mengalami betul rasanya pentas. Jadi ada rasa bangga dan memiliki, kalau murid ikut terlibat langsung kan ada rasa suka duka dan mereka bisa merasakan seni dalam proses pembentukan karakter," ujar Restu. 

Dia menyebut, selain di Jogja pihaknya juga menggelar acara serupa di Solo dengan lakon Pendadaran Siswa Mardika. Program panggung siswa bercerita rencananya coba diperluas di beberapa daerah lainnya yang belum mempunyai ekosistem seni yang kuat. Lewat program itu, kolaborasi antar murid dengan praktisi seni budaya akan terbentuk dan menjadi salah satu modal dalam pengembangan kepribadian mereka ke depannya. 

Sutradara Lakon Anoman Duto, Tukiran, menjelaskan butuh waktu tiga bulan dengan 14 kali pertemuan bagi para seniman untuk mempersiapkan murid tampil dengan lakon tersebut. Mereka sebelumnya mengajukan diri secara sukarela untuk tampil. Awal sasaran hanya melibatkan 15 sekolah dengan perwakilan murid masing-masing sebanyak dua atau empat. Karena minim peminat, akhirnya sasaran sekolah diperluas menjadi 30 dan terkumpul sebanyak 64 murid. 

Menurutnya, lakon Anoman memiliki kandungan nilai penting yang patut disampaikan kepada masyarakat khususnya murid. Kisah ini mengajarkan semua orang boleh mengambil apa pun yang ada di muka bumi ini, namun jangan pernah mengambil sesuatu yang telah menjadi milik orang lain. Pesan moral lainnya yakni setiap orang sudah punya tugas masing-masing dan harus melaksanakan tugas yang diamanahkan itu dengan sebaik mungkin. Setiap keputusan, langkah, dan perilaku apa pun yang kita lakukan ada konsekuensinya dan harus diterima dengan ikhlas. 

"Ada kesulitan memang untuk mengenalkan budaya dengan tarian. Karena kan mereka harus mengenal dasar tari kemudian menggerakkan tangan dengan pola tertentu. Apalagi mereka semua berangkat dari nol sehingga butuh upaya yang ekstra tapi murid sangat antusias dan hasilnya sangat luar biasa," ungkapnya. 

BACA JUGA: Warna-Warni Puluhan Layangan Warnai Langit Pantai Samas

Tukiran menyebut total ada 10 seniman yang masing-masing melatih murid dengan peran yang berbeda-beda. Tokoh kera, putri taman, dan Duto dilatih secara khusus. Mereka awalnya dikumpulkan dalam tiga kelompok tokoh tersebut. Lantas dipilih untuk memerankan setiap tokoh yang ada dalam lakon itu. Proses latihan tiap tokoh juga dilakukan secara terpisah, setelahnya baru digabungkan dengan alur cerita secara keseluruhan dengan iringan gending karawitan. 

"Saya ajarkan murid untuk berkreasi sesuai dengan pemahamannya. Jangan takut salah dan tampil lepas saja. Terbukti di pertemuan ke 12 semua sudah oke dan siap untuk tampil," ujar Tukiran. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Selesai Mencoblos untuk Pilkada Jakarta, Ini Harapan El Rumi

News
| Rabu, 27 November 2024, 10:17 WIB

Advertisement

alt

Merasakan Lumernya Cokelat dari Jogja

Wisata
| Senin, 25 November 2024, 08:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement