Advertisement

Lewat Auriga, Anak-Anak Diajak Bersosialisasi dan Tak Tergantung pada Gawai

Lajeng Padmaratri
Sabtu, 10 September 2022 - 08:47 WIB
Arief Junianto
Lewat Auriga, Anak-Anak Diajak Bersosialisasi dan Tak Tergantung pada Gawai Anak-anak sanggar Auriga berfoto bersama. - Instagram sanggar.auriga

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO - Resah dengan anak-anak yang minim berinteraksi dengan sekitarnya karena hanya fokus dengan gawai, sejumlah perempuan di Nanggulan, Kulonprogo membentuk sanggar bernama Auriga. Di sana, anak-anak diajak menambah keterampilan sembari bersosialisasi.

Pendamping sekaligus inisiator Sanggar Auriga, Vivi Suryaningsih menuturkan sanggar tersebut berlokasi di Pedukuhan Pundak Wetan, Kalurahan Kembang, Kapanewon Nanggulan, Kulonprogo. Kegiatan sanggar tersebut diinisiasi sejak 2019.

Advertisement

Vivi mengisahkan, dia dan tiga temannya, warga Pundak Wetan resah karena di sana banyak anak-anak usia dini hingga remaja yang belum memiliki kegiatan positif selain bersekolah. Di kala libur sekolah, kegiatan mereka hanya bermain gawai dan gim.

"Kondisi itu membuat kita punya inisiatif bagaimana kalau bikin kegiatan yang bisa mengumpulkan anak-anak dan mengasah keterampilan mereka," kata Vivi kepada Harianjogja.com, Rabu (7/9/2022).

BACA JUGA: Bansos BBM Kulonprogo Disalurkan Bertahap, Ini Jadwal Lengkapnya

Selain minim kegiatan yang melibatkan perkembangan kognitif, Vivi juga merasa jika anak-anak dusunnya minim bersosialisasi dengan kawan sebaya dan penduduk lain. Sebab, mereka lebih sering berinteraksi dengan layar gawai.

Vivi yang memiliki latar belakang pendidikan sebagai guru sekolah luar biasa itu pun terpikir untuk mengajak anak-anak agar memiliki sejumlah kegiatan yang bisa membuat mereka tak hanya terampil, tetapi juga aktif secara sosial.

Akhirnya, kegiatan pertama komunitas itu terlaksana pada 16 November 2019 yaitu belajar bercocok tanam.

Dari empat orang inisiator, kini Sanggar Auriga berkembang dan memiliki 12 pendamping dari berbagai kalangan. Bahkan, tidak semuanya memiliki latar belakang studi pendidikan. "Intinya kami mau sama-sama membangun dusun. Latar belakang beda-beda, tetapi sama-sama mau mengembangkan pendidikan di dusun," kata Vivi.

Tidak Membedakan

Beruntung, inisiasi itu disambut baik oleh masyarakat Pundak Wetan. Orang tua di sana dengan senang hati mengantar anaknya untuk berkegiatan di sanggar agar mau bersosialisasi dengan lebih banyak teman.

"Sekarang anak-anak yang tergabung dalam kegiatan ada 50 orang dari berbagai usia, mulai dari usia tiga tahun sampai jenjang SMP," kata Vivi.

Anggota sanggar Auriga memasak bersama anak-anak./Instagram sanggar.auriga

Meski berbeda-beda, tetapi Sanggar Auriga tidak membedakan kegiatan yang diberikan. Seluruh anggota mengikuti workshop dan mendapatkan materi yang sama.

Bahkan, hal itu dianggap Vivi sebagai salah satu cara agar anak-anak dusun bisa membaur dan cair dalam pergaulannya dengan anak yang lebih tua maupun anak yang lebih muda.

Selain itu, beberapa anak dari dusun sebelah juga beberapa kali bergabung dalam kegiatan sanggar. Dia pun membuka diri terhadap anak-anak dusun lain yang berminat. Kegiatan yang rencananya diselenggarakan rutin oleh Sanggar Auriga meliputi kelas keterampilan, menanam, memasak hingga kelas inspirasi.

BACA JUGA: Kulonprogo Dipimpin Pj. Bupati dan Pj. Sekda

Di samping itu, ada pula pengembangan keilmuan seperti pembelajaran akademik dan belajar mengaji. “Banyak kegiatan di kelas keterampilan itu seperti membuat gantungan kunci, celengan, kemudian memasak sederhana seperti membuat bakso dan cilok," kata Vivi.

Di kesempatan tertentu, Sanggar Auriga juga berkolaborasi dengan mahasiswa, kampus, hingga narasumber yang bisa berbagi cerita maupun materi kepada anak-anak anggota sanggar.

"Di kelas inspirasi itu, biasanya kami hadirkan teman-teman yang aktif di kegiatan tertentu. Beberapa waktu lalu, sempat ada teman yang aktif di kegiatan pramuka sampai jadi delegasi di luar negeri, kami hadirkan untuk memotivasi anak-anak sanggar," urainya.

Vivi berharap kegiatan komunitas ini bisa berdampak positif bagi anak-anak di sanggar. Dengan begitu, mereka tak hanya mendapatkan kegiatan alternatif yang tidak mereka dapatkan di sekolah, melainkan juga agar bisa bersosialisasi dengan solid.

"Sejauh ini dampak positifnya sudah mulai muncul. Banyak yang sudah percaya diri, salah satunya sudah mau jadi MC [pembawa acara] kalau ada kegiatan di dusun," kata Vivi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Setelah Lima Hari, 2 Wisatawan yang Berenang di Zona Hahaya Pangandaran Ditemukan Tewas

News
| Rabu, 24 April 2024, 20:07 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement