Advertisement

Bukan Cuma karena Kenaikan Harga BBM, Ini Penyebab Naiknya Harga Kebutuhan Pokok di Sleman

Anisatul Umah
Kamis, 29 September 2022 - 18:57 WIB
Arief Junianto
Bukan Cuma karena Kenaikan Harga BBM, Ini Penyebab Naiknya Harga Kebutuhan Pokok di Sleman Ilustrasi Operasi Pasar di Sleman. - Harian Jogja/Abdul Hamid Razak

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN — Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman mencatat harga beberapa komoditas mengalami lonjakan setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Namun demikian, lonjakan harga beberapa kebutuhan pokok ini diklaim tidak semata-mata akibat kenaikan harga BBM.

Kepala Bidang Usaha Perdagangan Disperindag Sleman Nia Astuti mencontohkan, untuk komoditas cabai lebih banyak dipengaruhi oleh faktor musim, bukan dampak kenaikan BBM.

Advertisement

"Sebelum BBM naik, harga cabai sudah fluktuatif, bahkan sampai di harga Rp100.000 [per kg]. Cabai lebih dipengaruhi musim," ucapnya kepada Harian Jogja, Kamis (29/9/2022).

Jika dibuat perbandingan harga pangan yang mengalami lonjakan harga pada 31 Agustus 2022 dan 29 September 2022 seperti, beras medium dari Rp10.062 per kg naik menjadi Rp10.312 per kg. Jagung dari Rp.6.571 per kg naik menjadi Rp6.714 per kg.

BACA JUGA: Sepanjang 2022, Kedatangan WNA ke DIY Didominasi Warga Malaysia, Ini Penyebabnya

Komoditas lain cabai rawit merah dari harga Rp41.875 per kg naik menjadi Rp54.375 per kg. Kacang kedelai lokal dari harga Rp11.883 naik menjadi Rp12.167 per kg. Dan tepung terigu dari Rp12.125 per kg naik menjadi Rp12.312 per kg. "Kenaikan harga ini bisa juga dipicu karena faktor BBM naik, tapi tidak semua. Inflasi kemarin dipicu oleh telur dan cabai," jelasnya.

Untuk menjaga harga pangan tetap stabil Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman pun menggelar operasi pasar di 17 kapanewon. Saat ini operasi pasar sudah mulai berjalan, diperkirakan akan berlangsung sampai Oktober 2022.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman, Mae Rusmi, mengatakan harga pangan yang tinggi menumbuhkan perilaku panic buying atau pembelian secara berlebihan. Permintaan yang tinggi akan membuat harga semakin mahal di pasaran.

Dia menjelaskan ketika kebutuhan masyarakat sudah terpenuhi mereka tidak lagi membeli dalam jumlah banyak, sehingga harga bisa ditahan dan inflasi bisa dijaga. "Ketika masyarakat tidak membeli berlebihan artinya demand-nya turun. Sehingga dia [pedagang] mau jual tinggi enggak laku," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

AHY Akan Deklarasikan Bali sebagai Pulau Lengkap

News
| Jum'at, 03 Mei 2024, 12:37 WIB

Advertisement

alt

Jadwal Agenda Wisata Jogja Sepanjang Bulan Mei 2024, Ada Pameran Buku Hingga Event Lari

Wisata
| Rabu, 01 Mei 2024, 17:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement