Bukan Cuma karena Kenaikan Harga BBM, Ini Penyebab Naiknya Harga Kebutuhan Pokok di Sleman

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN — Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman mencatat harga beberapa komoditas mengalami lonjakan setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Namun demikian, lonjakan harga beberapa kebutuhan pokok ini diklaim tidak semata-mata akibat kenaikan harga BBM.
Kepala Bidang Usaha Perdagangan Disperindag Sleman Nia Astuti mencontohkan, untuk komoditas cabai lebih banyak dipengaruhi oleh faktor musim, bukan dampak kenaikan BBM.
"Sebelum BBM naik, harga cabai sudah fluktuatif, bahkan sampai di harga Rp100.000 [per kg]. Cabai lebih dipengaruhi musim," ucapnya kepada Harian Jogja, Kamis (29/9/2022).
Jika dibuat perbandingan harga pangan yang mengalami lonjakan harga pada 31 Agustus 2022 dan 29 September 2022 seperti, beras medium dari Rp10.062 per kg naik menjadi Rp10.312 per kg. Jagung dari Rp.6.571 per kg naik menjadi Rp6.714 per kg.
BACA JUGA: Sepanjang 2022, Kedatangan WNA ke DIY Didominasi Warga Malaysia, Ini Penyebabnya
Komoditas lain cabai rawit merah dari harga Rp41.875 per kg naik menjadi Rp54.375 per kg. Kacang kedelai lokal dari harga Rp11.883 naik menjadi Rp12.167 per kg. Dan tepung terigu dari Rp12.125 per kg naik menjadi Rp12.312 per kg. "Kenaikan harga ini bisa juga dipicu karena faktor BBM naik, tapi tidak semua. Inflasi kemarin dipicu oleh telur dan cabai," jelasnya.
Untuk menjaga harga pangan tetap stabil Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman pun menggelar operasi pasar di 17 kapanewon. Saat ini operasi pasar sudah mulai berjalan, diperkirakan akan berlangsung sampai Oktober 2022.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman, Mae Rusmi, mengatakan harga pangan yang tinggi menumbuhkan perilaku panic buying atau pembelian secara berlebihan. Permintaan yang tinggi akan membuat harga semakin mahal di pasaran.
Dia menjelaskan ketika kebutuhan masyarakat sudah terpenuhi mereka tidak lagi membeli dalam jumlah banyak, sehingga harga bisa ditahan dan inflasi bisa dijaga. "Ketika masyarakat tidak membeli berlebihan artinya demand-nya turun. Sehingga dia [pedagang] mau jual tinggi enggak laku," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Potret Tadarus Massal Ribuan Santri di Ponpes Ar Raudhatul Hasanah Medan
- Tradisi Sembahyang Kubur Ceng Beng di Kalbar, Ritual Suci Hormati Leluhur
- Fantastis! Berharta Rp10,9 Triliun, Ini Resep Raih Sukses Ala Sandiaga Uno
- Pertunjukan Tari Barong dan Keris, Kesenian Tradisional Andalan Wisata di Bali
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Bisa Dicoba! Ini 3 Wisata Air di Jogja Langsung dari Sumbernya
Advertisement
Berita Populer
- Prakiraan Cuaca Jogja Minggu 26 Maret 2023, Bervariatif
- Jadwal Bus DAMRI Minggu 26 Maret 2023
- Kisah Tukang Tambal Ban Panggilan, Terima Order dari Remaja Klitih saat Dinihari
- Viral! Sejumlah Warga Mengaku Jadi Korban Begal Bermodus Debt Collector di Jogja
- Bersiap Perang Sarung, 7 Remaja Gunungkidul Ditangkap Polisi
Advertisement