Advertisement

Disbud DIY Luncurkan Buku Lampah Adat, Sajen dan Ubarampe Pengantin Gaya Yogyakarta

Media Digital
Rabu, 26 Oktober 2022 - 06:47 WIB
Arief Junianto
Disbud DIY Luncurkan Buku Lampah Adat, Sajen dan Ubarampe Pengantin Gaya Yogyakarta Sekretaris Dinas Kebudayaan DIY, Cahyo Hidayat (kelima dari kiri) berfoto bersama HARPI DIY di sela-sela peluncuran buku Lampah Adat, Sajen dan Ubarampe Pengantin Gaya Yogyakarta di Hotel Inna Garuda, Selasa (25/10/2022). - Harian Jogja/Stefani Yuliandriani

Advertisement

JOGJA - Dinas Kebudayaan atau Kundha Kabudayan DIY bersama Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI) Melati Cabang DIY meluncurkan buku berjudul Lampah Adat, Sajen dan Ubarampe Pengantin Gaya Yogyakarta di Hotel Inna Garuda, Selasa (25/10/2022).

Dalam sambutannya, Sekretaris Dinas Kebudayaan DIY, Cahyo Hidayat, mengatakan DIY yang kaya akan budaya sehingga pantas disebut kota budaya.

Advertisement

Sebagian masyarakat DIY, kata dia, masih menjalankan berbagai rangkaian upacara tradisi yang berkaitan dengan dengan daur hidup manusia, yaitu meteng, metu, manten, dan mati. 

Manten atau rangkaian upacara pernikahan dengan segala lampah adat, sajen dan ubarampenya hingga saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat Jogja. 

Bagi masyarakat, kata dia, salah satu hal penting dalam prosesi pernikahan adalah para rias pengantin.

BACA JUGA: Optimalisasi Pengaduan Masyarakat dalam Meningkatkan Pelayanan Publik BPOM DI Yogyakarta

Perias pengantin, kata dia, bertugas memandu prosesi pernikahan sejak awal hingga akhir. Itulah sebabnya, seorang perias pengantin dianggap orang yang mumpuni dalam hal budaya adat perkawinan.

Menurut Cahyo, Harpi memang memiliki tanggung jawab terhadap prosesi pernikahan. Oleh sebab itu, Pemda DIY melalui Disbud DIY memfasilitasi penerbitan buku bertajuk Lampah Adat, Sajen dan Ubarampe Pengantin Gaya Yogyakarta tersebut.

“Untuk itulah, Harpi dan Dinas Kebudayaan DIY berusaha mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan dengan lampah adat, sajen dan ubarampe. Jika tidak didokumentasikan, dikhawatirkan variasinya dapat menyebabkan semakin banyak perbedaan," kata Cahyo. 

"Semoga ini bisa menjadi panduan, memang kalau kita mendokumentasikan berbasis ingatan, bila pengingat itu tidak bisa aktif lagi, dokumen itu akan berkurang, atau hilang, kalau didokumentasikan dalam bentuk buku akan menjadi langgeng sampai kapanpun," kata Cahyo.

Selain itu, melalui buku berjudul Lampah Adat, Sajen dan Ubarampe Pengantin Gaya Yogyakarta tersebut, Cahyo berharap masyarakat mendapatkan informasi dan pengetahuan lebih mendalam soal proses pernikahan gaya Yogayakarta berikut segala macam ubarampenya.

“Dengan begitu, masyarakat bisa tetap melestarikan tradisi. Betapa pun itu, dalam prosesi pernikahan gaya Yogyakarta mengandung simbol-simbol bernilai luhur,” ucap dia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Seorang Polisi Berkendara dalam Kondisi Mabuk hingga Tabrak Pagar, Kompolnas: Memalukan!

News
| Sabtu, 20 April 2024, 00:37 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement