Berjuluk Ratu Robusta, Perempuan Ini Bertekad Sejahterakan Petani Kopi Nusantara
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA - Mapan tidak selalu menjadi tujuan dari kehidupan seseorang, termasuk salah satunya Marcellina Elfiana. Bisa mencukupi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier tidak lantas membuatnya puas dan bisa berdiam diri. Kata hati lah yang membuatnya bisa hidup setiap hari.
Hidup Marcellina terlihat baik-baik saja. Bahkan bagi beberapa orang, mungkin terlihat sangat baik. Dengan penghasilan dua digit per bulan, dia bisa mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari sampai rumah dan mobil.
Advertisement
Pekerjaannya sebagai pengajar di salah satu instansi di Jakarta juga membawanya mengejar gelar S2. Belum lagi kesempatan yang
membawanya berkeliling ke Timur Tengah, Eropa, dan Asia.
Pekerjaan ini dia jalani sejak lulus Sarjana 1 pada 1998 hingga 2018. Hingga pada suatu hari di Juni 2018, keputusan untuk berhenti bekerja dan fokus mengurus usaha kopi membuat atasan kerja sampai keluarganya geleng-geleng kepala.
“Saat banyak yang susah nyari kerja, kamu malah keluar kerja,” kata Marcellina, menirukan reaksi orang tuanya. “Saya merasa ada
sesuatu yang lebih dari diri saya yang bisa dikembangkan.”
Namun, bukan Marcellina apabila keluar pekerjaan tanpa memiliki rencana dan panggilan hati yang kuat.
Saat masih bekerja, Marcellina sudah mulai mendirikan usaha. Awalnya dia membuka restoran berbahan makanan organik. Setelah itu dia merambah ke kopi organik, dengan brand Cello Celli Coffee Organic, diambil dari nama panggilannya.
Nama Cello merupakan pemberian dari rektor Universitas Sanata Dharma Jogja kala itu, Romo Sastrapratedja. Dari nama Marcellina, Romo Sastrapratedja merasa terlalu ribet menyebutnya.
Lebih enak Cello. Panggilan ini juga representasi kepribadian Cello yang tomboi dan energik. Sementara Celli sebagai penyeimbang dari Cello. “Agar Seimbang, seperti Yin dan Yang. Kadang ada bercandaan, saat saya pakai celana namanya Cello, saat pakai rok namanya Celli,” kata lulusan strata dua Managemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta itu, saat ditemui di Panembahan, Kraton, Jogja, Selasa (1/11/2022).
BACA JUGA: Meningkat Tajam, Nilai Ekspor Kopi 2022 Capai Rp10 Triliun
Kopi Cello Celli kini sudah berusia delapan tahun. Tidak hanya menjual kopi, dia juga memberikan edukasi, pelatihan, sampai pendampingan dalam payung konsultan.
Ilmu tentang kopi dia pelajari secara autodidak. Keterampilan itu pun ia kombinasikan dengan latar pendidikannya sebagai pengajar.
Kegiatan edukasi ini semakin “menggila” saat Cello menjadi memenangi kompetisi United Women, ajang yang digelar oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Cello berhasil unggul dari sekitar 400 peserta dengan produk kopi Cello Celli organiknya.
Penekanan produk organik serta pemaparan produksinya menjadi salah satu pertimbangan juri memenangkan Cello. “Penanaman kopi organik tanpa pestisida, pupuk di sekitar lahan juga memakai pupuk kendang. Dari dulu saya memang suka hal-hal organik dan dekat dengan alam. Selain lebih sehat, rasanya juga berbeda,” kata Cello yang kini berusia 45 tahun.
Salah satu produk best seller-nya adalah berupa kopi robusta jenis single origin. Cello lebih senang mengembangkan kopi robusta, lantaran menurutnya, 90% masyarakat Indonesia pada dasarnya penikmat robusta dibanding jenis kopi lain.
Julukan
Atas fokusnya dalam robusta itulah yang kemudian menyebabkan beberapa orang memanggilnya The Queen of Robusta. Sejak delapan tahun membuat produk kopi organik, sampai saat ini tidak ada perubahan harga.
Salah satu harga produknya Rp35.000 per 100 gram. Untuk ukuran kopi organik serta pengaruh inflasi dan lainnya, harga itu mungkin tidak begitu masuk dalam neraca keuntungan. “Kalau memikirkan untung terus enggak ada habisnya, tetapi kan saya juga bergerak di edukasi,” katanya
Selain menjadi penjual kopi untuk beberapa kafe yang tersebar di seluruh Indonesia, Kopi Cello Celli juga tersedia di beberapa
kafe di Belanda dan Kuwait.
Hingga kini, Cello terus mengembangkan produknya. Dalam salah satu kesempatan, dia digandeng oleh Bank Indonesia (BI). Melalui seleksi internal BI, Cello terpilih menjadi mitra BI dalam mendampingi petani kopi di berbagai daerah di Indonesia.
“Bersama BI, saya berikan training for trainer pada petani Nusantara. Mayoritas kebun kopi di Indonesia sudah saya injak. Memang belum semua, karena kebun kopi banyak banget kan,” kata Cello.
Melalui usaha kopi yang membuat Cello keluar dari pekerjaan, ternyata membawanya keliling Indonesia, seperti cita-citanya dahulu. Perjalanan ini semakin membuka mata Cello tentang dunia kopi di Nusantara. Ada petani yang memiliki masalah sarana prasarana, pemakaian alat, sumber daya manusia, sampai mentalitasnya.
“Saya tekankan agar petani bangga dengan hasil panennya. Kalau mau bangga dan dihargai mahal, ya rawatlah kopimu,” kata Cello. “Jangan mau tergiur uang, sehingga harus panen sebelum kopi memiliki kualitas terbaiknya.”
Cello mendampingi kopi dari hulu ke hilir. Kopi yang ia jual untuk Cello Celli juga berasal dari pendampingan petani yang kini
tersebar di sembilan daerah. Ada di Toraja, Medan, Sembalun, Bali, Sumbawa, Flores, Lampung, dan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Pemerintah Inggris Dukung Program Makan Bergizi Gratis Prabowo-Gibran
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pilkada Bantul: TPS Rawan Gangguan Saat Pemungutan Suara Mulai Dipetakan
- BPBD Bantul Sebut 2.000 KK Tinggal di Kawasan Rawan Bencana Longsor
- Dua Bus Listrik Trans Jogja Senilai Rp7,4 Miliar Segera Mengaspal
- Akan Dipulangkan ke Filipina, Begini Ungkapan Mary Jane Veloso
- Lima Truk Dam Asal Jogja Buang Sampah ke Saptosari Gunungkidul, Sopir Diamankan Polisi
Advertisement
Advertisement