Advertisement

Antisipasi Dampak Bencana di Objek Wisata, Cakruk Wisata Istimewa Jadi Andalan Lagi

Ujang Hasanudin
Senin, 14 November 2022 - 18:07 WIB
Arief Junianto
Antisipasi Dampak Bencana di Objek Wisata, Cakruk Wisata Istimewa Jadi Andalan Lagi Ilustrasi Ekowisata Sungai Mudal. - Harian Jogja/Catur Dwi Janati

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO — Dinas Pariwisata (Dispar) Kulonprogo tidak menampik sejumlah destinasi wisata di Bumi Menoreh rawan terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.

Untuk mengantisipasi terjadinya bencana di kawasan wisata, Dispar sudah mengaktifkan kembali program Cakruk Wisata Istimewa yang dibentuk 2021 lalu.

Advertisement

Kepala Dinas Pariwisata Kulonprogo, Joko Mursito mengaku sudah mengimbau semua pengelola destinasi wisata untuk waspada terkait dengan adanya ancaman bencana hidrometeorologi seiring masuknya musim hujan.

Imbauan itu dilakukan langsung melalui forum-forum pertemuan dengan pengelola destinasi wisata. Selain itu juga imbauan dilakukan melalui grup aplikasi percakapan Whatsapp. Kemudian pihaknya juga meminta agar program Cakruk Wisata Istimewa diaktifkan kembali.

“Kami pada 2021 ada program Cakruk Wisata Istimewa yang sudah ada di 40 titik destinasi wisata. Cakruk itu kan semacam tempat menongkrong. Itu dimanfaatkan sebagai Tourist Information Center [TIC] destinasi dan termasuk bisa digunakan kumpul-kumpul yang terhubung dengan alat komunikasi HT [handie talkie],” kata Joko, melalui, Senin (14/11/2022).

BACA JUGA: Covid-19 Naik, Dewan Minta Pemkab Kulonprogo Genjot Vaksinasi

Menurut Joko, Cakruk Wisata Istimewa awalnya merupakan TIC, wahana komunikasi antarpengelola destinasi wisata. Jika di satu titik destinasi wisata penuh pengunjung atau wisatawan, maka pengunjung bisa dialihkan ke destinasi lainnya.

Namun saat ini Cakruk Wisata Istimewa bisa digunakan berbagai hal di antaranya pertemuan Kelompok Wanita Tani, Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) dan sebagainya.

Selain itu juga bisa dimanfaatkan sebagai forum komunikasi antarkomunitas pengelola destinasi wisata dan juga sukarelawan kebencanaan di Kulonprogo.

DIa mencontohkan destinasi wisata di Kalurahan Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo, yang merupakan wisata berbasis air. Kalaupun di Jatimulyo tidak hujan tetapi ketika di wilayah hulu hujan maka ada kiriman air yang berpotensi terjadi luapan.

“Maka kami berikan penekanan untuk rajin akses cuaca dan komunikasi dengan relawan bencana di wilayah hulu melalui Cakruk Wisata Istimewa,” ucapnya.

Sementara itu, Pengelola Ekowisata Sungai Mudal di Jatimulyo, Mudi Heriyanto mengatakan untuk mengantisipasi terjadinya luapan air pihaknya sudah melakukan mitigasi bencana dan berkomunukasi dengan sejumlah sukarelawan kebencanaan.

“Jika terjadi hujan deras dan debit air naik maka wisata kita tutup dan wisatawan yang sudah masuk diminta untuk naik atau tidak bermain air,” katanya.

Ekowisata Sungai Mudal merupakan salah satu destinasi wisata di Desa Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo. Destinasi yang dibuka sejak 2015 ini memanfaatkan air yang keluar dari goa yang kemudian dimanfaatkan oleh warga sekitar. Namun, sejak 2015 dijadikan sebagai objek wisata air yang terbagi beberapa kolam renang.

Menurut Mudi, jika dari mulut goa terjadi terjadi ada peningkatan debit air, antarpenjaga kolam dari kolam atas dan dibawah komunikasi melalui HT agar tidak ada wisatawan yang bermain air atau mandi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

BKKBN-TNI AD Kolaborasi Membangun Sumber Air Bersih Guna Turunkan Stunting

News
| Kamis, 25 April 2024, 18:27 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement