Advertisement
Komoditas Teh Lokal Indonesia Terancam Punah, Ini Penyebabnya
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sejumlah praktisi memperkirakan komoditi teh di Tanah Air terancam punah. Musababnya banyak generasi muda enggan mengurusi teh hingga kondisi persaingan hasil komoditas petani yang kalah dengan perkebunan dikelola negara atau swasta.
Ratusan praktisi teh tanah air yang didominasi kalangan petani berkumpul di Jogja dalam Pekan Teh Rakyat yang digelar di Lapangan Green Park Apartemen, Tambakbayan, Depok, Sleman, Sabtu (17/12/2022).
Advertisement
Ketua Paguyuban Petani Teh Tani Lestari, Waras Paliant menjelaskan petani teh saat ini dalam kondisi terdesak dan sulit berkembang bahkan terancam punah. Saat ini generasi muda sudah enggan menjadi petani teh, bahkan sudah tidak mau menjadi pemetik teh.
BACA JUGA : Ingin Minum Teh Enak Sambil Bersantai di Jogja?
"Saat ini tidak ada anak muda yang bersedia menjadi pemetik teh karena menganggap itu pekerjaan kurang bergengsi, sehingga kami kesulitan regenerasi pertanian teh,” katanya kepada wartawan dalam pertemuan tersebut.
Di sisi lain tidak ada perlindungan bagi petani teh dari pemerintah, karena faktanya harga hasil panen ditentukan pengepul sehingga menerima berapa pun harga yang ditentukan. Hal ini juga menyebabkan sejumlah petani mulai meninggalkan kebun teh dan mencari alternatif pekerjaan lain, seperti buruh, karyawan, atau pedagang.
“Generasi muda saat ini pun tidak tertarik melanjutkan teh yang sudah menjadi warisan turun-temurun, kebanyakan dari mereka memilih merantau untuk mendapat upah lebih baik,” katanya.
Gejala lain yang membuat teh lokal terancam punah adalah berdasarkan data BPS selama dua dasawarsa terakhir lahan teh mengalami penurunan rata-rata sebesar 1.000 hektare per tahun. Secara nasional, areal perkebunan teh telah banyak berkurang, dari 166.867 hektare pada 2001 menjadi 144.064 hektare pada 2020.
Ia mengatakan impor teh di pasaran Indonesia juga membanjir, sehingga konsumen Indonesia yang lebih menghendaki produk teh impor dengan harga murah. Hal itu membuat para pengusaha minuman dengan bahan baku teh, lebih memilih mengimpor teh berkualitas rendah dengan harga yang lebih murah.
“Jika kondisi ini berlanjut, tentu dapat merugikan sektor teh lokal dan pastinya akan memberikan dampak negatif bagi seluruh petani teh,” katanya.
BACA JUGA : Cara Unik Menikmati Teh Trasan, Minuman Khas Gunung
Sekretaris Eksekutif Asosiasi Teh Indonesia Atik Darmadi menyatakan kesepakatannya terkait pentingnya edukasi untuk masyarakat terutama anak muda agar tetap membudidayakan tanaman teh. Tujuannya agar teh lokal tetap terus berproduksi dan dapat dinikmati masyarakat. Selain itu edukasi terkait penyeduhan teh juga perlu dilakukan, karena banyak sekali masyarakat bahkan karyawan hotel tidak dapat menyajikan teh dengan benar.
“Menyeduh teh itu ada suhunya yang tepat, sehingga tidak hanya enak ketika diminum tetapi juga memberikan manfaat kesehatan. Tetapi selama ini banyak yang menyeduh teh asal-asalan. Bahkan di hotel itu satu teko kemudian diberi teh celup dua biji saja lalu dibiarkan, ini kurang tepat,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Gus Miftah Mengolok-olok Penjual Es Teh, PKB: Itu Kurang Pantas
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Kunjungi Harian Jogja, Mahasiswa UAD Belajar Cara Mengelola Media Massa
- Indeks Pembangunan Manusia 2024 Kota Jogja dan Sleman Tertinggi Nasional, Ini Datanya
- Sapi Limosin Senilai Rp28 Juta Milik Warga Temon Hilang Dicuri, Begini Kronologinya
- Kunjungi Museum Mbah Maridjan, Menteri Kebudayaan Buka Kans Kerja Sama dengan Pemkab Sleman
- Perindah Wajah Kota Jogja, Pemkot Upayakan Penataan Kabel Fiber Optik yang Semerawut
Advertisement
Advertisement