Advertisement

Promo November

BREAKING NEWS: Muhamadiyah Tetapkan 1 Ramadan Jatuh di 23 Maret 2023

Yosef Leon
Senin, 06 Februari 2023 - 13:17 WIB
Arief Junianto
BREAKING NEWS: Muhamadiyah Tetapkan 1 Ramadan Jatuh di 23 Maret 2023 PP Muhamadiyah mengumumkan hasil hisab untuk Ramadan, Syawal (Idulfitri) dan Zulhijah (Iduladha) 1444 H/2023, Senin (6/2/2023). - Harian Jogja/Yosef Leon

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA — Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengumumkan hasil hisab untuk Ramadan, Syawal (Idulfitri) dan Zulhijah (Iduladha) 1444 H/2023.

Berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, 1 Ramadan ditetapkan jatuh pada Kamis, 23 Maret 2023; 1 Syawal pada Jumat, 21 April 2023; dan Iduladha pada Rabu, 28 Juni 2023. 

Advertisement

Ketua PP Muhammadiyah, Syamsul Anwar menjelaskan penetapan sejumlah hari penting bagi umat Islam itu dilakukan dengan perhitungan posisi geometris benda langit berupa bumi, bulan dan matahari.

Misalnya pada penetapan Ramadan, kata dia, ada tiga syarat yang dilihat dalam menentukan tanggal jatuhnya bulan suci tersebut yaitu, terjadi ijtimak atau bulan mengelilingi bumi dengan satu putaran sinodis. 

"Satu putaran sinodis itu untuk Ramadan tercapai pada 22 Maret Pukul 00:25:41. Jadi itu bulan Syakban telah mengelilingi bumi satu putaran. Syarat pertama sudah terpenuhi. Tercapainya satu putaran sinodis itu terjadi sebelum matahari tenggelam, jadi karena terjadinya itu pada tengah malam, maka hari tenggelam besok sore, jadi syarat kedua sudah terpenuhi," ujarnya, Senin (6/2/2023). 

BACA JUGA: Hilal Terlihat, Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa 23 Maret 2023

Sementara untuk syarat yang ketiga yakni saat posisi matahari tenggelam pada Rabu 22 Maret 2023 bulan masih berada di ufuk dan matahari tenggelam lebih dulu disusul oleh bulan.

Dengan begitu tiga syarat dalam penentuan 1 Ramadan sudah terpenuhi. Menurutnya peringatan awal Ramadan di seluruh Indonesia nantinya berlangsung sama, perbedaan peringatan hanya terjadi pada 1 Syawal atau Idul Fitri. 

"Karena menurut kriteria tinggi bulan harus sekurang-kurangnya 3⁰ dan jarak bulan dengan matahari 6,4 derajat, itu belum terpenuhi untuk dapat dilihat. Kalau kriteria itu belum terpenuhi berarti tidak dapat dilihat, sehingga kemungkinan Idul Fitri jatuhnya berbeda," ungkapnya. 

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyebutkan keputusan hasil hisab untuk Ramadan, Syawal dan Zulhijah 1444 H itu diharapkan menjadi pedoman bagi warga Muhammadiyah secara khusus dan umat Islam di Indonesia.

Meskipun jatuhnya 1 Syawal atau Idulfitri dan Iduladha nantinya akan berbeda bagi umat Islam yang lain lantaran perbedaan metode perkiraan, tetapi hal ini jangan dianggap sebagai suatu hal yang baru, melainkan dijadikan ajang toleransi dan menghargai perbedaan. 

"Inti dari semuanya adalah ibadah, sehingga masuk bulan Ramadan harusnya dijadikan proses ibadah yang membuat kita, kaum muslim semakin dekat kepada Tuhan dan insan manusia. Menjadikan diri kita semakin lebih baik lagi, sehingga perbedaan apapun semakin memperkuat diri, baik sebagai pribadi maupun islam secara kolektif," ujar dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KJRI Upayakan Pemulangan 7 Jenazah TKI dari Malaysia

News
| Senin, 25 November 2024, 07:37 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement