Waspada! Penyakit Lato-Lato Bikin Harga Sapi di Gunungkidul Anjlok
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Penyakit lato-lato atau Lumpy Skin Disease (LSD) membikin harga sapi di pasaran Gunungkidul anjlok. Harga sapi turun hingga Rp3 juta per ekornya.
Penyebaran penyakit lato-lato pada sapi mulai memberikan dampak. Salah satunya terlihat di Pasar Hewan Munggi di Kapanewon Semanu yang aktivitasnya lebih sepi dari biasanya.
Advertisement
Salah seorang pedagang sapi, Eko Setiyawan mengatakan, LSD atau oleh peternak disebut sebagai penyakit lato-lato sudah diketemukan di Pasar Hewan Munggi. Kondisi ini mulai memberikan dampak terhadap harga jual di pasaran.
BACA JUGA : Penyakit LSD Ditemukan 2 Sapi di Sleman, Ini Instruksi Bupati
“Pasarnya sepi. Mungkin terkena dampak dari penyakit lato-lato, padahal dampak dari Penyakit Mulut dan Kuku [PMK] belum benar-benar pulih, tapi sekarang sudah ada penyakit yang lain,” kata Eko kepada wartawan, Selasa (28/2/2023).
Menurut dia, sepinya aktivitas di pasar membuat harga jual sapi ikut anjlok. Eko mencontohkan, harga sapi di Januari 2023 di kisaran Rp12 juta, sekarang pasarannya di bawah Rp10 juta per ekor. “Memang turun dan kisarannya bisa mencapai Rp3 juta per ekor,” ungkapnya.
Ia berharap penyebaran penyakit lato-lato bisa segera hilang agar kondisi kembali normal seperti sedia kala. “Mudah-mudahan tidak semakin meluas dan kondisi di pasar hewan dapat kembali normal,” katanya.
Mantri Pasar Hewan Munggi, Bambang Edi Santoso mengatakan, temuan kasus penyakit LSD sudah ditemukan sejak awal Februari lalu. Saat itu, ada tiga sapi yang mengalami bintik-bintik di bagian kulit sehingga dibawa pulang untuk diobati.
BACA JUGA : Ini Awal Mula Permainan Lato-lato Viral di Indonesia
Menurut dia, temuan kasus tersebu sangat berdampak terhadap aktivitas jual beli di pasar. Pasalnya, kondisi terlihat sepi karena penjual dari luar daerah seperti Praci, Wonogiri dan Dlingo, Bantul.
Adapun para petani atau calon pembeli juga enggan datang karena takut ternaknya akan ikut terpapar LSD. “Penurunannya hampir 60% dan sekarang masih berlangsung,” katanya.
Sepinya aktivitas jual beli berdampak terhadap harga jual sapi yang turun di kisaran Rp2-3 juta per ekornya. Meski demikian, Bambang memastikan penurunan hanya pada komoditas sapi, sedangkan kambing masih relatif normal. “Memang yang jadi sasaran sapi. Sedangkan untuk jual beli kambing tidak ada pengaruhnya,” ujarnya.
Menurut dia, sudah ada antisipasi agar temuan kasus tidak terus bertambah. Di pasar ada petugas kesehatan hewan yang siap memeriksa sapi-sapi yang masuk.
“Ada prosedur pengecekan kesehatan. Kalau ada gejala sakit maka akan diminta dibawa pulang biar sembuh terlebih dahulu,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Prabowo Rombak Kementerian Keuangan, Ini Struktur Lengkapnya
Advertisement
Menikmati Keindahan Teluk Triton Kaimana, Tempat Wisata Unggulan di Papua Barat
Advertisement
Berita Populer
- Korban Skandal Jual Beli Apartemen Malioboro City Desak Pemda DIY Tuntaskan Kasus
- Pengunjung Gua Pindul Melampaui 10 Ribu Orang pada Oktober 2024
- Marak Kabar Pelecehan lewat Media Sosial, Kapolresta Sleman Rutin Gelar Patroli
- Pemda DIY Dorong Pemanfaatan Tanah Kalurahan untuk Kesejahteraan Masyarakat
- DPRD Bantul Belum Bisa Pastikan Perumda Aneka Dharma Akan Dapat Penyertaan Modal di APBD 2025
Advertisement
Advertisement