Advertisement
Penanganan Longsor Gedangsari Gunungkidul Butuh Rp8 Miliar
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul, Irawan Jatmiko mengatakan, sudah membuat kajian berkaitan dengan penanganan longsor di Kalurahan Tegalrejo, Gedangsari. Diperkirakan longsor yang menutup jalan ini membutuhkan biaya Rp8 miliar.
“Yang longsor bukit dan menutup jalan sehingga aksesnya menjadi tertutup dan rusak,” kata Irawan kepada wartawan, Jumat (10/3/2023).
Advertisement
Meski telah membuat kajian, namun ia mengakui belum ditangani. Irawan berdalih anggarannya belum ada. Sedangkan untuk mengakses anggaran Belanja Tak Terduga juga tidak bisa karena tidak ada penetapan tanggap darurat bencana.
Di sisi lain, ada dari kebijakan dari pemkab untuk melakukan rasionalisasi anggaran guna menekan defisit dari 4,7% menjadi 2,2% seperti arahan dari Pemerintah Pusat. “Suruh memangkas 10% dari nilai kegiatan di 2023. Jelas, ini berat karena yang ditangani DPUPRPK merupakan program strategis yang menyangkut kepentingan masyarakat seperti jalan dan lain sebagainya,” katanya.
Baca juga: Hotel Jadi Bisnis dengan Persaingan Usaha Paling Tinggi di Jogja
Meski demikian, Irawan tetap berupaya agar longsoran tersebut bisa segera ditangani. “Nanti longsoran dikeruk. Kemudian jalan yang rusak diperbaiki,” kata mantan Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu ini.
Lurah Tegalrejo, Sarjono mengatakan, peristiwa longsor sudah terjadi hampir satu bulan, tapi belum ada tanda-tanda evakuasi. Sebagai dampaknya, aktivitas warga menjadi terganggu karena jalan terputus karena tertutup material longsoran.
Ia memastikan tidak ada laporan korban jiwa berkaitan dengan longsor bukit yang menutup jalan kabupaten di wilayahnya. Menurut dia, dampak hanya membuat akses terputus sehingga berpengaruh terhadap aktivitas warga antar kalurahan di Kapanewon Gedangsari.
Total ada tujuh dusun yang warganya mengandalkan jalan ini untuk beraktivitas sehari-hari. Ketujuh Dusun ini meliputi Ketelo; Gupit; Cremo; Ngipik; Hargosari; Soko dan Batuturu.
“Biasanya lewat jalur yang ini, tapi karena tertutup longsor maka harus memutar sejauh enam kilometer,” kata Sarjono.
Dia berharap material longsoran bisa segera ditangani agar aktivitas warga kembali normal. Menurut Sarjono, jalur alternatif yang dinilai terlalu jauh dan kondisinya juga berbahaya karena terlalu ekstrem.
“Naiknya ekstrem sehingga berbahaya bagi warga maupun anak-anak sekolah yang beraktivitas. Mudah-mudahan bisa segera dikeruk agar akses kembali normal,” katanya.
Meski demikian, hingga sekarang belum ada upaya penanganan terkait dengan longsor tersebut. “Tidak tahu masalahnya apa. Mungkin anggaran penanangan besar, jadi belum bisa ditangani,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
KPK Periksa Mantan Ketua KPU Arief Budiman Terkait Kasus Hasto Kristiyanto
Advertisement
Bali Masuk 20 Besar Destinasi Wisata Terbaik di Asia Tahun 2025
Advertisement
Berita Populer
- DPRD Kota Jogja Umumkan Penetapan Walikota Jogja Terpilih, Jadwal Pelantikan Masih Menunggu
- Menu MBG di Sleman Hari Kedua: Lauk dan Sayur Tetap Nikmat Meski Tanpa Susu
- Banyak Sampah Dibuang di Hutan Gunungkidul Akibat Minimnya Kesadaran Warga
- Perbaikan Jalan Sentolo-Nanggulan Rp2 Miliar, Warga Minta Libatkan Tenaga Kerja Lokal
- Datangi DPRD Kota Jogja, Pedagang Teras Malioboro 2 Minta Pengundian Diulang
Advertisement
Advertisement