Perpanjang Usia Bunga, Cara Perempuan Ini Menjaga Semesta
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA — Banyak cara mengelola sisa konsumsi yang biasa disebut sampah, salah satunya dengan memperpanjang usia bunga segar pascaperayaan. Inilah yang menjadi salah satu cara Shalina Nur Hanna berkontribusi menjaga alam, yang menurut dia sedang tidak baik-baik saja.
Tidak semua perasaan bisa tersampaikan dengan kata-kata. Terkadang simbol lebih mengena, seperti memberi bunga kepada orang tercinta.
Advertisement
Simbol-simbol bunga pula yang seringkali menghiasi acara sakral dari lamaran sampai resepsi pernikahan, dari acara kelahiran hingga kematian.
Jauh sebelumnya, bunga-bunga ini sudah menempuh perjalanan panjang. Dari tangan petani, sampai ke pengepul, pemilik toko bunga, vendor acara pernikahan, sampai berada di belakang pengantin saat acara pernikahan. Sayangnya, proses panjang dan tidak murah hanya bertahan beberapa jam saja. Tercampakkan setelah acara selesai.
Mungkin banyak orang yang sadar, tidak jarang yang kemudian mau bertindak.
Shalina Nur Hanna salah satu yang resah dan berusaha memperpanjang “usia” bunga. Keresahannya ia bagi ke media sosial untuk tahu apakah sudah ada semacam komunitas daur bunga di Jogja, seperti halnya yang dia tahu ada di Jakarta.
Namun, ternyata di Jogja belum ada. Beberapa rekan justru menyarakankan Shalina untuk membuat komunitas sejenis daur bunga di Jogja.
“Bikin komunitas gampang, merawatnya yang susah. Terus coba posting, coba cek ombak, ternyata banyak yang mau bantu, akhirnya Jogja Berbunga terbentuk pada 2020,” kata perempuan berusia 35 tahun ini, Sabtu (11/3/2023).
BACA JUGA: Profil Nani Wijaya, Aktris Senior yang Meninggal Dunia Hari Ini
Bekerja sama dengan beberapa wedding organizer, juga individu yang ingin bunga segar lebih panjang usianya paska acara, Jogja Berbunga membantu dengan memetik bunga pascaacara yang kemudian dibagikan secara gratis pada orang yang mau merawatnya dengan sukacita.
Lantaran usia bunga segar pendek, maka proses distribusi harus secepat mungkin sampai ke pemilik baru.
Orang-orang yang menerima bunga bekas seringkali menjadikannya sebagai hiasan. Meski tidak jarang ada juga yang mengolahnya menjadi barang kerajinan, pelengkap hamper, background foto produk, pembuatan minyak untuk kesehatan, dan lainnya.
Banyak orang yang merasa sangat senang menerima bunga, terlebih beberapa jenis bunga harganya juga mahal.
“Orang yang mau menerima bunga masih banyak banget,” kata Shalina. “Bunga bisa jadi cara refreshing kecil-kecilan, apalagi banyak perempuan yang jarang dapat bunga, itu salah satu kenapa Jogja Berbunga ada,” tambahnya sembari tertawa.
Memperpanjang usia bunga adalah salah satu cara mengurangi sampah, menambah nilai manfaat agar usia bunga makin panjang.
Ini menjadi satu dari sekian banyak bentuk kecintaan Shalina pada lingkungan dan pengelolaan sampah. Sudah cukup lama, saat di akhir kuliah sarjana satu, Shalina sudah tertarik dengan isu-isu lingkungan.
Zero Waste
Setelah lulus, ilmu-ilmu parsial tentang lingkungan satu-persatu terhubung. Bekerja di Lembaga Swadaya Masyarkarat (LSM) hingga ikut kelas belajar zero waste yang diasuh oleh DK Wardhani juga menjadi titik penting perjalanan hidup minim sampah Shalina.
Perkenalan pertama dengan konsep zero waste adalah saat Shalina menjadi pengurus satu komunitas keluarga dan ingin mengundang DK Wardhani sebagai pemateri yang kelak menjadi guru pertamanya tentang belajar zero waste.
DK Wardhani mensyaratkan acara harus berkonsep zero waste, sesuatu yang baru untuk Shalina pada 2018.
Sebelumnya, dia hanya tahu cara mengolah sampah berupa pemilahan dan daur ulang. Ternyata ada banyak cara lain dari hulu ke hilir dalam proses mencegah, memilah, dan mengolah sampah.
“Belajar zero waste secara online pada 2018 tentang pengolahan sampah dari hulu ke hilir, cukup lengkap,” kata dia. “Setelah pembelajaran itu, ada permintaan mengisi materi [dari berbagai kelompok].”
Seringnya Shalina mengisi materi tentang hidup minim sampah dengan audiens mahasiswi dan ibu-ibu.
Namun, pengalaman yang tidak kalah menyenangkan saat mendapat undangan dari Taman Kanak-Kanak untuk berbagi ilmu pengolahan sampah langsung pada anak-anak.
Ada tantangan sendiri mengisi acara dengan audiens anak-anak. Perlu pembelajaran yang komprehensif dari orang tua, guru, kurikulum, sampai anak itu sendiri. Jangan sampai ada standar ganda.
Saat anak sudah menerapkan pengolahan sampah di sekolah, ternyata di rumahnya masih abai, atau sebaliknya.
Meski keuntungan berbagi cerita dengan anak bisa menjadi jalur masuk memberikan pemahaman pengelolaan sampah pada orang tua. Sudah ada bibit kebaikan dari dalam diri anak, perlu didukung dengan lingkungan yang juga memadai.
Menjadi edukator hidup minim sampah memiliki banyak tantangan, terutama menjadi orang atau bagian tim yang bisa konsisten dan totalitas. “Tidak sebatas memulai, tapi harapannya konsisten dan terus naik kelas, atau meningkat secara prosesnya. Beberapa temen ada yang bingung masuknya dari mana misal masuk di wilayahnya, di sekolah, kantor dan lainnya. Yang menantang juga yaitu menjaga konsisten dan bertahan dengan segala tantangan,” kata Shalina.
BIODATA
Nama lengkap:
Shalina Nur Hanna
Usia:
35 tahun
Kegiatan:
Pegiat hidup minim sampah.
Instagram:
@shalinanh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Bantul Berlakukan Status Siaga Banjir dan Longsor hingga 31 Desember 2024
- 150 Kader Adiwiyata SMP N 3 Banguntapan Dilantik, Siap Bergerak Lestarikan Lingkungan
- Polres Bantul Kerahkan 228 Personel untuk Mengamankan Masa Tenang Pilkada 2024
- Terlapor Tak Datang Klarifikasi, Penelusuran Dugaan Politik Uang di Pilkada Jogja Dihentikan
- Spanduk Tolak Politik Uang Ramai di Sleman Jelang Pilkada 2024
Advertisement
Advertisement