Advertisement
Angklung Dilarang Pentas di Malioboro Karena Bukan Alat Musik Tradisional Jogja

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja melarang pengamen angklung di jalur pedestrian Malioboro. Pelarangan ini menjadi tindak lanjut dari penataan kawasan Malioboro.
Kepala UPT Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Malioboro, Ekwanto mengatakan saat ini tengah melakukan kurasi sebelum mereka bisa tampil di Teras Malioboro 1 dan 2.
Advertisement
Poin-poin yang dikurasi seperti dari segi tampilan, pementasan, hingga musik. Karena angklung bukan alat musik tradisional dari Jogjakarta maka ke depan akan dikombinasikan dengan alat musik Jogja atau gamelan, sehingga lebih bernuansa Jogja.
BACA JUGA : Dilarang Pentas di Malioboro, Grup Angklung Protes ke Dewan
"Kami beri kolaborasi dengan musik ala Jawa. Kadang-kadang kami dibully netizen, bukan Jogja [alat musiknya]. Makanya kami akomodasi mungkin diberi bonang, saron apapun yang bernuansa Jogja," ucapnya, Senin (20/3/2023).
Menurutnya setelah penataan Malioboro, pedagang kaki lima (PKL) tidak lagi diizinkan berjualan di kawasan tersebut. PKL ada bermacam-macam mulai dari penjual makanan, rokok, dan turunan lainnya termasuk angklung. Sehingga sudah tidak diizinkan.
"Angklung sudah kami akomodasi kami kurasi untuk nanti kami tampilkan di dua titik. Di Teras Malioboro 1 dan 2, harus proses kurasi dulu," jelasnya.
Sehingga nantinya angklung akan dikolaborasikan dengan kesenian Jogja dan tampil sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Proses kurasi masih berjalan dan ditargetkan segera bisa tampil, setidaknya saat lebaran. "Masih proses jadi memang belum semua, masih proses kurasi."
BACA JUGA : Seru! Ratusan Warga Jepang Mainkan Angklung Bersama
Penjabat Wali Kota Jogja, Sumadi berharap agar komunitas angklung ini bisa memahami. Ini berkaitan dengan pengajuan Sumbu Filosofi sebagai warisan budaya UNESCO. Diharapkan nantinya para pemain angklung ini bisa tampil di tempat lain.
"Jogjaka sudah mengajukan delapan tahun, ini sudah diverifikasi. Jogja satu-satunya yang mengajukan, artinya pemerintah pusat pun perhatian dari tim UNESCO melakukan verifikasi dan ada catatan-catatan yang harus dipenuhi," ucapnya.
Ia meminta para pemain angklung bersabar dulu, sambil menunggu proses kurasi dari UPT yang juga berkoordinasi dengan Pemda DIY. "Harapannya 2023 ini ada keputusan menjadi warisan budaya tak benda."
Koordinator Grup Angklung Carekhal, Setiadi mengatakan bersama kuasa hukum akan terus berusaha agar bisa segera tampil. Dia menceritakan syarat untuk bisa kembali tampil adalah melalui kurasi. Diharapkan pemerintah segera memberi lampu hijau untuk tampil.
"Bahwa musik angklung bukan budaya Jogja jadi harus kalau mau tampil di situ harus dikombinasikan. Iya saya mintanya seperti itu [segera lampu hijau dari pemerintah]," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Jika Pakai Jalan Penyelesaian di Luar Hukum, Pelaku Kekerasan Seksual Harus Direhabilitasi Psikologis
Advertisement

Asyiknya Interaksi Langsung dengan Hewan di Kampung Satwa Kedung Banteng
Advertisement
Berita Populer
- Bocah 8 Tahun Hilang Terbawa Arus Selokan di Banguntapan Bantul, Tim SAR Lakukan Pencarian
- Pameran Seni Rupa MEMOIR Digelar 7-10 Mei 2025 di Sarang Art Building Block I
- Seleksi Paskibraka DIY: Agen Perubahan Harus Jadi Simbol Keteladanan
- Inisiasi School Creative Hub, Gojek Gandeng 40 Ribu Pelajar Majukan Pariwisata Lokal
- Tips Terhindar dari Mafia Tanah di Jogja, Waspadai Modus Pecah Sertifikat
Advertisement