Advertisement

Aksi Srikandi Lintas Iman, Udar Prasangka dan Harmoniskan Antaragama

Sirojul Khafid
Sabtu, 15 April 2023 - 08:07 WIB
Arief Junianto
Aksi Srikandi Lintas Iman, Udar Prasangka dan Harmoniskan Antaragama Suasana kegiatan Srili di salah satu gereja. - Istimewa/Srili

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Srikandi Lintas Iman hadir untuk memberikan perspektif perempuan dan anak dalam segala lini kehidupan, terutama komunikasi antarkeyakinan. Perempuan punya peran yang besar, hanya saja memang belum maksimal.

Sekretaris Srikandi Lintas Iman (Srili), Misni Parjiati mengisahkan, pernah ada salah satu anggota Srili bernama Arina yang sedari kecil hidup di lingkungan pondok pesantren Islam. "Lalu dia bilang begini, beneran nih enggak apa-apa aku ke gereja?" kenang Misni.

Advertisement

Tentu tidak ada larangan satu agama berkunjung ke rumah ibadah agama lain. Selama tidak mengganggu dan melukai satu sama lain.

Mungkin kecanggungan muslim yang masuk gereja terkesan “wajar”. Namun, pernah juga pengalaman suster Katolik yang baru pertama kali masuk ke gereja Kristen. Ini menjadi pemahaman baru, terutama bagi muslim, bahwa ada perbedaan gereja Katolik dan Kristen.

Perbedaan yang tentu lebih layak untuk dirayakan daripada diperdebatkan.

Dengan berkunjung ke berbagai rumah ibadah, Srili berharap anggotanya bisa lebih saling memahami. Dalam perjalanan yang lebih jauh, prasangka-prasangka tentang suatu agama harapannya bisa memudar.

Sejak terbentuk pada 2015, Srili memang mengusung semangat persaudaraan lintas iman, khususnya dengan memfokuskan peran perempuan dan anak. Sebelumnya, forum lintas iman lebih banyak diisi oleh para laki-laki.

Munculnya Srili juga untuk menambah ruang pertemuan antarkepercayaan yang semakin berkurang. Misal anak-anak yang sedari kecil hingga dewasa sekolah di yayasan agama tertentu. Mereka jarang bertemu atau berinteraksi dengan orang dari agama lain.

Kala itu, Wiwin Siti Aminah Rohmawati selaku awardee KAICIID International Fellows Programme menggelar lokakarya yang menghadirkan 32 peserta perwakilan organisasi perempuan dari banyak agama, kepercayaan, dan profesional.

Menurut Misni, seiring diskusi pada lokakarya, ada kebutuhan membentuk wadah bagi perempuan-perempuan. Maka terbentuklah Srili pada akhir lokakarya itu.

Di awal-awal terbentuknya, Srili kemudian menggelar banyak diskusi, bedah buku, sampai pelatihan. Bagi para anggota baru, ada matrikulasi atau pengenalan dengan menekankan pada beberapa materi. “Ada materi udar prasangka, peranan perempuan dalam perdamaian, analisis gender, dan analisis keberagaman di Jogja dan Indonesia” kata Misni, Senin (10/4/2023).

“Pemberian materi di tempat-tempat berbeda, tempat keagamaan seperti vihara, gereja, masjid, dan tempat ibadah lainnya. SRILI tidak punya basecamp.”

Ziarah

Dalam beberapa kesempatan, ada pula agenda berupa ziarah lintas iman. Seperti ziarah di makam Sunan Pandanaran serta Gua Maria. Untuk pelatihan, bentuknya beragam, bisa sesuai dengan kebutuhan anggota. Pernah juga pelatihan yang menyambangi para guru pendidikan anak usia dini (PAUD).

Ade Amartha Rosetta merupakan salah satu anggota Srili yang tertarik bergabung sejak ikut pelatihan untuk guru PAUD itu. Di Srili, Ade bisa belajar tentang resolusi konflik serta penerapan toleransi di kelas.

Melalui materi dan pelatihan di Srili, pemikiran Ade semakin terbuka dengan berbagai budaya lintas agama maupun kepercayaan. Serta yang tidak kalah penting, dia semakin sadar akan peran perempuan yang bisa sangat berdaya.

“Di Srili kerasa banget women support women, menyemangati satu sama lain, yuk bikin ini, yuk berkarya ini. Semakin sadar peran perempuan yang sebenarnya strategis tapi masih sering enggak muncul,” kata Ade.

Anggota Srili berbincang dengan seorang tokoh agama.-Istimewa/Srili

“Sedangkan di luar sana, masih banyak yang saling iri-irian, di SRILI tidak ada yang mengecilkan peran, kalau di masyarakat kadang kurang mendukung, atau mengkritisi, sesimpel dari cara asuh dan lainnya.”

Anggota yang berasal dari banyak kalangan seperti mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja, wirausaha, akademisi, dan sebagainya ini juga bisa saling berbagi pengalaman satu sama lain. Banyak kemudian yang bisa dipelajari, termasuk cara komunikasi antar perempuan, tanpa mengecilkan peran laki-laki, cara speak up dengan tetap sopan tetapi bisa menguatkan peran perempuan, sampai meyakinkan sesama perempuan apabila ada peran luar biasa yang bisa dimaksimalkan.

“Seperti logo Srili berupa kupu-kupu, perempuan itu cantik dan juga kuat,” kata Ade yang juga Wakil Bendahara Srili.

Perspektif perempuan bisa diterapkan dalam banyak hal, salah satunya dalam manajemen konflik. Sebagai contoh di dalam perang, korban yang cukup rentan berupa perempuan dan anak. Sehingga penanganan konflik dengan sudut pandang perempuan menjadi penting.

Belum lagi dalam penanganan bencana, banyak kebutuhan perempuan dan anak yang kadang masih jarang terlihat. “Misalnya kebutuhan pembalut ketika bencana, banyak yang enggak kepikiran, seringnya yang banyak datang bantuan makanan, kebutuhan perempuan [dan anak] seringkali agak miss,” kata Misni.

Dalam segala kondisi, perlu ada keseimbangan perspektif perempuan dan laki-laki. Terlebih setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Ada yang masih patriarki dalam sistem sosialnya. Ada pula yang homogen dari sisi kepercayaannya. Apabila ada konflik atau masalah, besar kemungkinan beberapa pihak akan terdampak parah.

Saat ini, ada 240 orang yang tergabung dalam grup Whatsapp Srili. Dalam periode tertentu ada perekrutan anggota baru.

Dengan banyaknya anggota muda atau mahasiswi, Srili berharap saat mereka pulang ke daerah masig-masing, bisa menyebarkan semangat toleransi antarsesama.

“Suatu saat mereka pulang ke kampung halaman, harapannya pengalaman yang dirasakan di Jogja bersama Srili, bisa jadi bekal mereka di daerah asal masing-masing, untuk mencoba menebarkan semangat yang sama, semacam menjadi lilin, untuk terus bisa menerangi indahnya keberagaman,” kata Misni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement