Advertisement

Tahun Ini Suhu Akan Lebih Panas & Kemarau Lebih Kering, Bagaimana Respons DIY?

Maya Herawati
Senin, 01 Mei 2023 - 18:52 WIB
Budi Cahyana
Tahun Ini Suhu Akan Lebih Panas & Kemarau Lebih Kering, Bagaimana Respons DIY? Ilustrasi cuaca panas. - Harian Jogja/Nina Atmasari

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Suhu udara tahun ini kemungkinan akan mencatat rekor terpanas sepanjang sejarah karena perubahan iklim dan fenomena El Nino. Musim kemarau di Indonesia, juga DIY, diprediksi lebih kering.

Prediksi rekor rata-rata suhu global tahun ini diungkapkan sejumlah ilmuwan iklim menyusul kedatangan El Nino. Suhu global selama tiga tahun terakhir cenderung turun akibat La Nina di Samudra Pasifik. La Nina menyebabkan curah hujan lebih tinggi daripada biasanya. Sebaliknya, selama El Nino, tiupan angin akan melemah dan menghangatkan temperatur.

Advertisement

Carlo Buantempo, Direktur Euroropean Union Copernicus Climate Change Service, sebagaimana dilansir Reuters beberapa waktu lalu, mengatakan El Nino biasanya akan menaikkan suhu udara secara global. Dia memperkirakan El Nino akan datang pada tahun ini atau 2024 nanti.

Faktor perubahan iklim membuat temperatur yang dihangatkan El Nino akan mencatat rekor baru. “Apakah rekor ini akan terjadi pada 2023 atau 2024, sejauh ini belum diketahui secara pasti,” ujar Carlo Buontempo.

Friederike Otto, dosen senior di Imperial College London's Grantham Institute, yang fokus pada studi perubahan iklim dan lingkungan, menyebut kenaikan temperatur yang dipicu El Nino bisa memperburuk dampak perubahan iklim.

Kembalinya El Nino akan memicu cuaca ekstrem di seluruh dunia dan bakal menaikkan suhu 1,5 derajat Celsius lebih panas. Tahun terpanas yang dipicu El-Nino sepanjang sejarah terjadi pada 2016. Kala itu, suhu udara rata-rata global lebih hangat 0,9 derajat Celsius daripada suhu rata-rata sepanjang abad ke-20. Otto menyebut jika El Nino datang tahun ini, temperatur bisa jadi bakal lebih panas dibanding 2016.

Bahkan sebelum El Nino datang, gelombang panas sudah melanda negara-negara di Asia Selatan dan dan Eropa. Sementara, Indonesia meski tidak mengalami gelombang panas, juga terasa sangat sumuk dalam beberapa hari belakangan.

Pada Selasa (25/4/2023), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatatkan rekor suhu maksimum harian tertinggi mencapai 37,2 derajat Celsius lewat pengamatan stasiun BMKG di Ciputat.

Sementara, suhu harian di beberapa lokasi di Indonesia berada di angka 34-36 derajat Celcius. Stasiun Meteorologi YIA mencatat suhu udara di Kota Jogja sempat menyentuh angka 33 derajat Celsius dan aplikasi temperatur suhu udara di Android beberapa kali menunjukkan suhu udara 37 derajat Celsius di beberapa tempat di DIY pada pertengahan pekan ini.

BACA JUGA: Daftar Wilayah dengan Harga Tanah dan Properti Termahal di Indonesia, Salah Satunya Jogja?

BMKG menyebut kemungkinan kedatangan El Nino tahun ini cukup besar. Kedatangan El Nino diprediksi membuat musim kemarau di Indonesia, termasuk di DIY, pada tahun ini akan lebih kering. Data yang dikeluarkan BMKG DIY pada Rabu (26/4/2023) menunjukkan fenomena La Nina pada Maret 2023 dalam kondisi netral dan diprediksi akan bertahan hingga semester pertama 2023. Pada semester kedua, El Nino kemungkinan akan datang dengan persentase prakiraan 50%-60%.

Fenomena ini memicu musim kemarau 2023 datang lebih awal. Di DIY, puncak musim kemarau diperkirakan Juli hingga Agustus 2023 dengan panjang bervariasi antara 16-20 dasarian.

El Nino, menurut BMKG DIY, bakal memicu musim kemarau lebih kering dibanding tahun sebelumnya. Pemerintah daerah dan masyarakat diimbau untuk lebih siap dan antisipatif.

Daerah-daerah dengan peluang curah hujan rendah perlu mengambil antisipasi dengan memilih budi daya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air, mewaspadai kebakaran hutan, lahan, dan semak serta menghemat penggunaan air bersih.

Bulan lalu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih awal pada April meliputi Bali, NTB, NTT, sebagian besar Jawa Timur. Sementara, wilayah yang memasuki musim kemarau pada Mei meliputi sebagian besar Jawa Tengah, DIY, sebagian besar Jawa Barat, sebagian besar Banten, sebagian Pulau Sumatera bagian selatan, Papua bagian selatan.

BMKG mengimbau pemerintah dan seluruh masyarakat mengantisipasi dampak kemarau yang lebih kering dibandingkan dengan biasanya.

“Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan air bersih. Perlu aksi mitigasi secara komprehensif untuk mengantisipasi dampak musim kemarau yang diperkirakan akan jauh lebih kering dari tiga tahun terakhir,” kata dia di situs resmi BMKG.

BACA JUGA: Gelar Aksi Hari Buruh di Titik Nol, Buruh DIY: Upah Rendah, Kami Sulit Beli Rumah

Imbauan BMKG sudah direspons sejumlah pemerintah daerah di DIY. Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Pertanian dan Pangan Kulonprogo, Supomo mengatakan bahwa petugas akan untuk diintensifkan mengamati wilayah-wilayah di Kulonprogo.

“Apabila benar terjadi kekurangan air, akan kami manfaatkan potensi air yang ada seperti sungai kecil atau sumur. Itu coba kami maksimalkan dan kalau ada sumber mata air akan kami pompa,” kata Supomo, Jumat (28/4/2023).

Petani diimbau menanam sesuai dengan jadwal tanam agar tetap mendapat jatah air mengingat sumber air besar satu-satunya di Kulonprogo hanya ada di Kalibawang. Selain itu petani juga diminta mengasuransikan lahannya agar apabila terjadi kegagalan panen akibat bencana seperti kekeringan, mereka dapat mengajukan klaim.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul menyiapkan Rp20 juta untuk mengalokasikan air bersih ke daerah yang membutuhkan selama musim kemarau.

"Informasi dari BMKG, kekeringannya memang agak lebih panjang tahun ini. Tahun lalu kemarau basah, tetapi tahun ini kemaraunya lebih cepat dan lebih panjang, masuknya itu Mei dan sampai Agustus prediksi puncaknya," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Bantul, Antoni Hutagaol, Jumat.

Antoni menerangkan anggaran sebanyak Rp20 juta itu disamakan dengan alokasi anggaran dropping air bersih tahun lalu.

BACA JUGA: Pengembangan Aerotropolis di Kulonprogo Harus Perhatikan Ruang Terbuka Hijau

Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD DIY Lilik Andi Aryanto menyampaikan persiapan menghadapi musim kemarau dan El Nino adalah memetakan sejumlah daerah rawan bencana kekeringan di DIY.

BPBD DIY juga berkoordinasi dengan Dinas Sosial (Dinsos) DIY, dan BPBD kabupaten/kota untuk mengalokasikan bantuan air.

Dia pun mengimbau agar masyarakat bijak dalam menggunakan air selama musim kemarau yang kemungkinan akan lebih kering karena El Nino.

Adapun Gunungkidul menunjukkan respons berbeda ihwal kemungkinan El Nino, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) malah menyebut anggaran dropping air bersih di tahun ini lebih kecil dibandingkan dengan alokasi di 2022. Total anggaran yang disediakan hanya sekitar Rp230 juta untuk penyaluran 1.000 tangki air bersih.

Kepala BPBD Gunungkidul Purwono mengatakan anggaran dipangkas karena tahun lalu penyerapan tidak maksimal. Selain itu, di lingkungan pemkab juga ada efisiensi untuk memangkas defisit anggaran dari 4,7% menjadi 2,2%. “Jadi anggaran dropping terpaksa dikurangi,” katanya.

***Penyumbang bahan: Andreas Yuda Pramono, Yosef Leon, David Kurniawan, & Stefani Yulindriani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Jelang Lebaran, PLN Hadirkan 40 SPKLU Baru di Jalur Mudik untuk Kenyamanan Pengguna Mobil Listrik

News
| Jum'at, 29 Maret 2024, 11:07 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement