Waspada! Hingga Mei Ini, Kasus Lepstospirosis di Gunungkidul Melebihi Kasus Tahun 2022
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Kesehatan Gunungkidul mencatat di caturwulan pertama 2023 sudah ditemukan kasus leptospirosis sebanyak 54 kasus. Jumlah tersebut melampaui kasus yang terjadi selama 2022.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan, kasus leptospirosis di tahun ini dalam tren peningkatan. Hal itu terlihat dari temuan kasus sepanjang empat bulan pertama di 2023.
Advertisement
BACA JUGA: Selama Tiga Bulan, Dinkes Bantul Temukan 90 Kasus Leptospirosis
Menurut dia, sudah ada temuan sebanyak 54 kasus, dua korban di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Adapun rinciannya, Januari terdapat lima kasus, Februari ada delapan kasus dan Maret sebanyak 41 kasus.
“Puncaknya terjadi pada Maret. Sedangkan untuk April dan awal Mei ini belum ada temuan kasus,” kata Dewi, Kamis (4/5/2023).
Ia tidak menampik, temuan selama empat bulan telah melampaui kasus di 2022. Pasalnya, di tahun lalu hanya ditemukan sebanyak 31 kasus dengan korban meninggal dunia empat orang.
“Untuk kasus tahun ini masih bisa bertambah,” katanya.
Dewi mengatakan, kasus leptospirosis hampir mirip dengan penyebaran DBD. Pasalnya, penyakit ini menular paling banyak pada saat musim penghujan.
Penularan juga berkaitan erat dengan kebersihan lingkungan. Oleh karenanya, ia meminta kepada masyarakat untuk terus menjalani pola hidup bersih dan sehat serta rajin berolahraga.
Selain itu, juga terus menjaga kebersihan lingkungan sehingga tidak menjadi sarang persembunyian tikus yang sering kali menjadi penyebab penularan penyakit ini. “Kalau lingkungan bersih maka kemunculan tikus bisa ditekan sehingga potensi penularan juga bisa berkurang,” katanya.
BACA JUGA: 16 Kasus Leptospirosis Ditemukan di Kota Jogja dalam 3 Bulan Terakhir
Dewi menambahkan, potensi penularan tidak hanya berada di lingkungan rumah, tapi juga berada di area persawahan. Ia meminta kepada petani saat beraktivitas memakai alat pelindung diri seperti sepatu both, sarung tangan hingga baju lengan panjang.
“Untuk pencegahan kami juga akan mengoptimalkan peran dari Satgas One Health yang ada di setiap kapanewon,” katanya.
Anggota Komisi D DPRD Gunungkidul, Ari Siswanto mengatakan, kasus leptospirosis tetap harus menjadi perhatian serius Pemkab Gunungkidul. Upaya pencegahan butuh dimaksimalkan sehingga jumlah kasusnya tidak terus bertambah.
“Harus gerak cepat. Apalagi sudah ada korban jiwa. Jangan sampai kasusnya terus bertambah,” katanya.
Menurut dia, sosialisasi pencegahan harus digalakkan karena penyebaran penyakit ini juga berkaitan dengan kebersihan lingkungan. “Semoga dengan aksi nyata dalam pencegahan membuat penyebaran bisa terkendalikan,” katanya.
Kasus leptospirosis di Gunungkidul
Tahun kasus kematian
2017 64 16
2018 16 1
2019 9 2
2020 6 1
2021 17 4
2022 31 4
2023* 54 2
*) data sampai April 2023
Sumber: Dinas Kesehatan Gunungkidul
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bareskrim Polri Pulangkan DPO Judi Online Situs W88 dari Filipina
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- KAI Amankan 7.200 Barang Milik Penumpang, Total Senilai Rp11,4 Miliar
- Pekerja Kreatif Bertemu Calon Walikota Jogja Hasto Wardoyo, Bahas Apa?
- Hasil Pemetaan dan Rekomendasi dari Bawaslu Bantul Terkait Potensi TPS Rawan di Pilkada Bantul 2024
- Puluhan Pengumpul Sampah Datangi Rumah Cabup Sleman Harda Kiswaya, Sampaikan Keluhan dan Harapan
- Rutin Melakukan CSR, Kali Ini The Phoenix Hotel, Grand Mercure dan Ibis Yogyakarta Adisucipto Mengunjungi PAUD Stroberi
Advertisement
Advertisement