Advertisement

Beralih ke PDAM Bukan Solusi Masalah Air Bersih di DIY

Triyo Handoko
Sabtu, 06 Mei 2023 - 07:17 WIB
Sunartono
Beralih ke PDAM Bukan Solusi Masalah Air Bersih di DIY Foto ilustrasi. - Ist/Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jogja menilai masalah air bersih di DIY, khususnya di Kota Jogja tak bisa diselesaikan hanya dengan PDAM. Air sumur masih bisa jadi opsi karena dapat dipulihkan dari kontaminasi asal pemerintah berkomitmen mengatasi pencemarannya.

Direktur Walhi Gandar Mahojwala menjelaskan kebutuhan air bersih tak bisa hanya disandarkan pada satu pilihan. Solusi tunggal melalui pemilihan air PDAM hanya akan membawa kondisi kedaruratan air bersih yang lebih parah, contoh nyatanya di Kulonprogo yang beberapa waktu lalu air PDAM sempat tersendat.

Advertisement

BACA JUGA : Sebanyak 6.201 Titik Jadi Sumber Pencemaran Sungai 

“Bayangkan kalau itu terjadi di Kota Jogja, bagaimana memenuhi kebutuhannya karena air sumur sudah tercemar tak layak konsumsi,” jelasnya, Jumat (5/5/2023).

Gandar menilai tata kelola PDAM di DIY juga belum maksimal. Karena distribusi air sering banyak kendala mulai dari tersendat, keruh, dan berbagai hal lainnya. “Kalau PDAM hanya jadi satu-satunya pilihan, jelas krisis air bersih terjadi. Belum lagi kemungkinan bencana gempa, dimana bisa merusak saluran PDAM,” ucapnya.

Walhi Jogja mendorong pemerintah untuk mulai melakukan pencegahan pencemaran. Hakekatnya pemerintah mengetahui penyebab terjadinya pencemaran yang diisebutkan sendiri bahwa pembangunan septic tank di Kota Jogja terlalu rapat. Dengan demikian seharusnya ada solusi yaitu memastikan masyarakat menggunakan IPAL.

Selain pencemaran, kata dia, program menanam air juga tak serius dilakukan pemerintah. “Pencemaran ini solusinya jelas dan bisa dilakukan pemerintah, sekarang cara mempercepat agar sumur tidak makin tercemar adalah menanam air. Ini juga jelas caranya, memastikan ruang terbuka hijau cukup, memastikan area peresapan air berjalan lancar, sampai hal teknis lainnya yang pemerintah juga pasti sudah tahu,” ungkapnya.

BACA JUGA : Ini Biang Kerok Pencemaran Sungai dan Embung di Jogja

Komitmen pemerintah menjaga kualitas air patut diragukan. Padahal air memiliki peran penting namun belum menjadi prioritas penanganan. Terbukti indeks kualitas air (IKA) DIY terus menurun dari tahun ke tahun. IKA DIY mengalami penurunan selama empat tahun terakhir, dari 40,35 pada 2018 jadi 32,14 pada 2022. “Kajian Risiko Bencana DIY 2022-2026 menunjukan 3,675 juta warga DIY berisiko mengalami kekeringan,” ucapnya.

Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) DIY juga menyoroti ancaman krisis air bersih ini. Ketua FPRB DIY M. Taufiq AR menjelaskan peningkatan risiko krisis air bersih selaras dengan penurunan daya dukung lingkungan di DIY. “Artinya daya dukung lingkungan harus diperbaiki agar resiko krisis air bisa diminimalisir,” jelasnya.

Taufiq menyoroti Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) DIY pada 2018-2022 yang berada di nilai 60,05-61,6 yang mengalami penurunan jadi 59,43-59,92 pada Oktober 2022. Padahal IKLH nasional 70,27, artinya sangat berada di bawah rata-rata, sehingga penting untuk segera diperbaiki.

Perbaikan IKLH, menurut Tauqifi, secara langsung akan memperbaiki kondisi air di DIY. “Semakin baik daya dukung lingkungannya semakin minim resiko krisis airnya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement