Advertisement

Angkat Kisah Kelompok Marjinal, Teater Gadjah Mada Gelar Studi Pentas 'Bom-bom'

Media Digital
Rabu, 07 Juni 2023 - 06:37 WIB
Anisatul Umah
Angkat Kisah Kelompok Marjinal, Teater Gadjah Mada Gelar Studi Pentas 'Bom-bom' Studi pentas teater 'Bom-bom' di TBY, Selasa (6/6 - 2023). Anisatul Umah/Harian Jogja.

Advertisement

JOGJA—Rumah bedeng berdinding triplek, beratap seng dipenuhi sampah daun, wadah bekas oli, ember dan kursi. Dilengkapi dengan satu sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) komunal. Ini gambaran singkat dari Desa Soko Suryo yang menjadi latar dari studi pentas teater 'Bom-bom' yang digelar oleh Teater Gadjah Mada (TGM) di Societet Militair Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Selasa malam (6/6/2023).

Pentas yang melibatkan 20-an orang pemeran ini menceritakan kehidupan kaum marjinal di Desa Soko Suryo. Dikisahkan seorang pengusaha bernama Suryo mengalami kendala dalam bisnisnya. Sebagai bos yang bertanggungjawab, ia memberikan tempat untuk tinggal bagi mantan karyawannya. Sehingga diberilah nama Sokosuryo yang artinya pemberian Suryo.

Advertisement

Pementasan ini mengemas dengan apik kondisi objektif kehidupan kaum marjinal. Ada Narso Pekok, seorang pemuda kampung yang suka mabuk dan bikin rusuh, ada Wulan dan Tri yang sibuk jatuh cinta, dan penyesalan ayah Tri yang gagal memberikan pengobatan terbaik bagi istrinya karena keterbatasan biaya. Ditampilkan bapak-bapak yang nampak garang tapi takut istri. Semua ceritanya menampilkan kondisi-kondisi umum yang terjadi di masyarakat.

Warga yang hidup di desa kumuh selama puluhan tahun ini bertetangga dengan rukun, meski masih ada sedikit riak-riak perkelahian. Namun tidak sampai bermusuhan.

Pimpinan Produksi Studi Pentas 'Bom-bom', Iqbal Farid Ma'ruf menceritakan kehidupan yang damai selama puluhan tahun ini tiba-tiba gembar atas kabar meninggalnya Pak Suryo, mantan bos yang baik hati. Belum kering air mata duka sepeninggal Pak Suryo, rekan bisnis pak Suryo ingin menguasai tanah Soko Suryo.

"Mereka tinggal di Soko Suryo sejak remaja sampai tua, namun saat Pak Suryo ini meninggal semua jadi kacau. Banyak yang mengincar lahannya," ucapnya ditemui di TBY.

Dikisahkan pada suatu hari Narso Pekok si paling onar didatangi dua perempuan suruhan dari Ibu Wali Kota. Dia membawa surat untuk menggusur penduduk Soko Suryo. Ibu Wali Kota ini berafiliasi dengan pengusaha yang juga ingin membangun pabriknya di lahan tersebut.

Tentu saja warga kompak menolak. Mereka kekeh lahan yang ditempati adalah pemberian Pak Suryo dan legal. Mereka menolak tawaran untuk dipindahkan ke tempat tinggal baru yang harus bayar kontrak.

Meski kumuh, warga Soko Suryo sudah bahagia bertempat tinggal di situ. Selain tidak perlu bayar sewa, kekeluargaan dengan tetangga sangat kental. Saling memberi makanan adalah hal yang umum dijumpai.

Sutradara Bom-bom, Erlangga Mahendra Yudha menyampaikan melalui pementasan yang disaksikan oleh banyak civitas akademik UGM, dia ingin menyampaikan tentang kebahagiaan hidup orang meski berada di kelas bawah. Jauh sekali dari lingkup akademik. Tapi begitu adanya.

"Saya ingin memperlihatkan bagaimana cerita mereka warga Soko Suryo menjalani hidup, menghadapi suatu permasalahan, saat pak Suryo meninggal. Rekan bisnis pak Suryo menggunakan cara jahat mengajak Walikota untuk menggusur lahan," jelasnya.

Selanjutnya diceritakan di dalam pementasan, meski sempat ada sedikit penghianatan namun pada akhirnya warga Soko Suryo bisa mempertahankan tempat hidupnya.

Lebih lanjut Erlangga menceritakan secara total pementasan ini melibatkan 74 orang, mulai dari tim produksi, tim backstage, dan aktor. Pementasan ini semi kolosal karena banyak aktor yang terlibat.

"Program ini sekaligus jadi ajang memberikan pembelajaran tentang ilmu dasar keaktoran, keproduksian, management artistik, management belakang panggung. Diajarkan lewat studi kasus learning by doing di sini, anak-anak baru teater angkatan 2022 di UGM dan 2023 di teater," paparnya.

Terkait naskah yang dipilih, menurutnya mulanya ada tiga naskah. Semua naskah dibedah dan didiskusikan sampai akhirnya disepakati naskah yang dipentaskan malam ini. "Persiapan 2-3 bulan, semua dari awal 3 bulan. Kalau latihan aktor gak sampai 3 bulan," lanjutnya.

Sebagai informasi, TGM merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berdiri sejak 19 Desember 1973. Bergerak di bidang kesenian teater, UKM ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan minat dan bakatnya dalam keaktoran, keproduksian, maupun hal-hal terkait belakang panggung. (BC)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Baru Kasus Korupsi Timah, Bos Maskapai Penerbangan Terlibat

News
| Sabtu, 27 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement