Pemkab Kulonprogo Siapkan Rp100 Juta untuk Genjot Produksi Budi Daya Ikan
Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Kulonprogo terus mendorong produktivitas dari sektor pembudidayaan ikan. Beberapa upaya yang dilakukan antara lain memonitor kesehatan ikan dan lingkungan budi daya.
Kepala Bidang Pembudidayaan Ikan Dinas Kelautan dan Perikanan Kulonprogo, Suryadi mengatakan bahwa Pemkab Kulonprogo telah mengalokasikan sekitar Rp110 juta untuk mendorong produktivitas ikan.
Advertisement
“Kami punya sekitar Rp110 juta untuk penyediaan obat-obatan bagi ikan, mengecek kesehatan ikan, tempat budi daya, dan pelatihan kesehatan ikan serta vaksinasi ikan,” kata Suryadi dihubungi pada Sabtu (24/6/2023).
Apabila Kelompok Pembudi Daya Ikan (Pokdakan) memerlukan obat-obatan untuk ikan seperti hormon ovaprim untuk perbenihan ikan, mereka dapat meminta kepada DKP Kulonprogo kendati jumlahnya terbatas. Maksimal, kelompok dapat meminta satu hormon ovaprim satu kali satu tahun.
“Kalau sudah meminta hormon ovaprim itu dalam satu tahun ya sudah hanya bisa satu. Alokasi untuk pengadaan obat-obatan soalnya hanya Rp9 juta. Sangat kecil. Apalagi digunakan untuk satu kabupaten,” katanya.
BACA JUGA: Memasyarakatkan Ikan, Menyehatkan para Insan
Suryadi menambahkan monitoring kesehatan lingkungan budi daya dilakukan secara rutin setiap tahun melalui Pokdakan. Kelompok yang membutuhkan adanya pemantauan kualitas air, kondisi kesehatan ikan, dan analisa penyakit akan didatangi oleh tim dari DKP Kulonprogo. “Pelatihan kesehatan ikan yang mencakup pelatihan vaksinasi ikan baru akan kami laksanakan pada 3 dan 4 Juli 2023,” ucapnya.
Menurut dia, Pokdakan tidak perlu mengirim proposal permintaan mengecek kesehatan ikan dan lingkungan budi daya. Cukup mengirim pesan melalui Whatsapp, DKP Kulonprogo akan langsung menindaklanjuti.
“Kami punya water quality checker dari Jepang seharga sekitar Rp100 jutaan. Nanti bisa diketahui kualitas parameter air kolam, pH, DO, suhu, bahkan kadar nitratnya bisa diukur melalui alat itu. Nantinya akan kami beri rekomendasi tindakan yang harus dilakukan,” lanjutnya.
Apabila DKP Kulonprogo tidak dapat mengidentifikasi penyakit pada ikan, maka sampel yang ada akan dikirim ke DKP DIY. Infeksi penyakit pada ikan karena parasit Henneguya sp sering terjadi pada saat musim hujan dan fluktuasi suhu ekstrem.
Lebih jauh, Suradi mengatakan sampai saat ini terdapat sebanyak 469 pokdakan yang telah teregister. Dari jumlah tersebut mayoritas merupakan kelompok pembesaran ikan dan 30 kelompok bergerak di sisi perbenihan atau unit perbenihan rakyat (UPR).
“Nah, kembali lagi monitoring kesehatan ikan dan lingkungan budi daya itu penting, utamanya untuk meningkatkan produktivitas ikan. Pada 2022, pokdakan di Kulonprogo menghasilkan 16.000 ton dari berbagai jenis ikan, seperti lele ada sekitar 11.000 ton, sisanya gurameh, nila, patin. Ikan hias juga termasuk dalam jumlah tersebut,” ujar dia.
DKP Kulonprogo juga telah menetapkan target produktivitas ikan budi daya pada 2023 yang mencapai 17.000 ton. Angka tersebut naik 1.500 ton dari 2022. Target tersebut naik menyusul berbagai bantuan yang telah diberikan baik melalui DKP Kulonprogo maupun DIY.
"Karena apabila budi daya ikan tidak dikawal atau dimonitoring, maka besar kemungkinan upaya tersebut gagal."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bawaslu Bakal Terapkan Teknologi Pengawasan Pemungutan Suara di Pilkada 2024
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Angka Kemiskinan Sleman Turun Tipis Tahun 2024
- Perluasan RSUD Panembahan Senopati Bantul Tinggal Menunggu Izin Gubernur
- Gunungkidul City Run & Walk 2024: Olahraga, Pariwisata, dan Kebanggaan Daerah
- Resmi Diluncurkan, 2 Bus Listrik Baru Trans Jogja Bertahan hingga 300 Km Sekali Isi Daya
- Kemiskinan Sleman Turun Tipis, BPS Sebut Daya Beli dan Inflasi Jadi Biang
Advertisement
Advertisement